tag:blogger.com,1999:blog-13069286319436904342024-03-13T09:45:00.842+07:00Learning From Nature for LifeEducation-http://www.blogger.com/profile/06182734592281203101noreply@blogger.comBlogger47125tag:blogger.com,1999:blog-1306928631943690434.post-17619812101484348012009-09-29T01:06:00.004+07:002009-09-29T01:41:11.254+07:00Kearifan Lokal Masyarakat di Sekitar Kawasan Taman Nasional Lore Lindu, Palu, Sulawesi Tengah, dalam Pengelolaan Hutan dan Pemanfaatan SDA<a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiLvMqhyphenhyphenGRYefS2MXk63QEhMRJuBmaY7aovWfMA5xxZmBnp3vj-xaZwHMCJKokMttFUNkqlYN8a87eaLOSM5oieQGO4nesHEfRlV9gTlyML7Yq3_OQDYXQIP51YDgfMC_8lhS2SJM7lULI/s1600-h/logo.jpg"><img style="margin: 0pt 10px 10px 0pt; float: left; cursor: pointer; width: 140px; height: 137px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiLvMqhyphenhyphenGRYefS2MXk63QEhMRJuBmaY7aovWfMA5xxZmBnp3vj-xaZwHMCJKokMttFUNkqlYN8a87eaLOSM5oieQGO4nesHEfRlV9gTlyML7Yq3_OQDYXQIP51YDgfMC_8lhS2SJM7lULI/s200/logo.jpg" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5386582213210556786" border="0" /></a><br /><br />Pendahuluan<br /><br />Secara ekologis Sulawesi Tengah memiliki bentang alam yang rentan bencana banjir dan erosi. Hampir 52% wilayah Sulawesi Tengah memiliki tingkat kemiringan di atas 40%, kondisi topografi daratan didominasi pegunungan dengan kontur lipatan bumi yang rumit serta lereng-lereng yang curam. Selain itu, wilayah ini memiliki tingkat curah hujan yang tinggi mencapai 800-3000 mm pertahun (April-September), <span class="fullpost">serta 22 sungai besar dan sedang yang mengalir dari lipatan bumi (Yayasan Merah Putih, 2002). Namun, di antara kondisi alam yang seperti ini, hidup masyarakat adat yang mampu beradaptasi dan menjaga kelestarian ekosistem hutan. Mereka memiliki kearifan tradisional yang konservatif terhadap lingkungan hidup. Kearifan tradisional ini dapat dilihat pada masyarakat adat Ngata Toro, masyarakat adat Mataue, dan masyarakat adat Dataran Lindu, yang tinggal di dalam atau berbatasan dengan kawasan Taman Nasional Lore Lindu (TNLL), di Kecamatan Kulawi, Kabupaten Donggala, Sulawesi Tengah.<br /><br />Kearifan tradisional adalah pengetahuan secara turun-temurun yang dimiliki oleh masyarakat untuk mengelola lingkungan hidupnya, yaitu pengetahuan yang melahirkan perilaku sebagai hasil dari adaptasi mereka terhadap lingkungan yang mempunyai implikasi positif terhadap kelestarian lingkungan (Purnomohadi, 1985). Bagi masyarakat adat, kearifan tradisional merupakan peraturan yang harus dipatuhi dan dijunjung tinggi. Kepatuhan ini ada karena kearifan tradisional berakar kuat dalam kebudayaan mereka dan mendarah daging dalam keseharian hidup mereka.<br /><br />Masyarakat lokal yang hidup seimbang berdampingan dengan alam memiliki pengetahuan yang diwariskan turun-temurun tentang bagaimana memenuhi kebutuhan hidup mereka tanpa merusak alam. Hal ini didukung oleh pendapat Nygrin (1999) dalam Shohibuddin “A Local Community Who Lives in Ecological Balance with Nature, is Regarded as an Environmental Expert and The Keeper of The Wisdom of an Equitable and Sustainable Traditional Resource Management System”. Berdasarkan hal itu, apakah masyarakat adat Toro, Mataue, dan Dataran Lindu memiliki kearifan lokal dalam pengelolaan hutan dan pemanfaatan sumber daya alam? Bagaimanakah kearifan lokal yang ada?<br />Kearifan Lokal Masyarakat Toro<br /><br />Toro terletak sekitar 120°1` BT - 120°3`30” BT dan 1°29`30” LS - 1°32` LS, dengan luas wilayah 229,5 km2 (22.950 ha) dan ketinggian rata-rata 800 m di atas permukaan laut (dpl). Toro berada dalam wilayah kecamatan Kulawi, Donggala, Sulawesi Tengah, Masyarakatnya dikenal sebagai komunitas yang memiliki pranata sosial dan kelembagaan adat yang sangat kuat. Struktur masyarakatnya telah teratur sejak zaman nenek moyang mereka. Masyarakat Toro memiliki pemerintahan sendiri yang mengatur segala bentuk kehidupan mereka, termasuk dalam hal pengelolaan sumber daya alam. Dalam pemerintahannya ada tiga unsur yang sama tinggi, yaitu totua ngata, maradika, dan tina ngata. Ketiganya memiliki fungsi masing-masing tapi tidak berjalan sendiri-sendiri (Andrian, 2006).<br /><br />Totua Ngata adalah dewan para totua kampung yang menjalankan kepemimpinan kolektif atas seganap urusan pemerintahan desa. Maradika adalah keturunan bangsawan yang dipilh oleh Totua Ngata dan berperan sebagai kepala suku dari masyarakat bersangkutan. Sedangkan Tina Ngata adalah ibu bagi masyarakat yang terbentuk atas dasar pengakuan masyarakat. Tina Ngata terbentuk karena peran perempuan yang penting bagi masyarakat, yaitu sebagai penyimpan adat dan pemilik otoritas pengeloaan warisan orang tua (Golar, 2007).<br /><br />Sebelum adanya TNLL, masyarakat Toro sudah membagi alam menjadi zona-zona tertentu, di antaranya adalah:<br /><br /> * Wana Ngkiki, merupakan zona inti atau hutan primer, dimana pada daerah ini tidak boleh dilakukan aktifitas eksploitasi hutan. Zona ini terletak pada ketinggian 1000 mdpl dengan luas 2300 Ha, didominasi oleh rerumputan, lumut, dan perdu. Zona ini dianggap sebagai sumber udara segar sehingga keberadaannya dianggap sangat penting.<br /> * Wana, merupakan hutan primer yang merupakan habitat bagi hewan, dan tumbuhan langka. Selain itu juga merupakan zona tangkapan air.di zona ini setiap orang dilarang membuka lahan pertanian. Zona ini dimanfaatkan untuk kegiatan mengambil getah dammar, wewangian, obat-obatan, dan rotan. Seluruh sumber daya di zona ini dikuasai secara kolektif. Kepemilikan pribadi hanya berlaku pada pohon damar yang diberikan kepada orang yang pertama kali mengambil dan mengolah getah damar itu. Kawasan wana merupakan hutan yang terluas di wilayah adat Ngata Toro dengan luas 11.290 Ha.<br /> * Pangale, merupakan hutan bekas tebang (5-15 tahun yang lalu) yang telah mengalami suksesi kembali atau yang sudah dijadikan kebun dan lahan pertanian oleh masyarakat. Zona Pangale biasanya juga dimanfaatkan untuk mengambil rotan dan kayu untuk bahan bangunan dan keperluan rumah tangga, pandan hutan untuk membuat tikar dan bakul, bahan obat-obatan, getah damar dan wewangian. Kesemuanya harus berdasarkan izin dari lembaga adat atau pemerintah desa terlebih dahulu. Luas zona ini adalah 2950 Ha.<br /> * Pahawa Pongko, merupakan hutan bekas kebun yang telah ditinggalkan selama 25 tahun ke atas, yang telah mengalami suksesi kembali atau yang sudah dijadikan kebun dan lahan pertanian oleh masyarakat.<br /> * Oma, merupakan hutan belukar yang terbentuk dari bekas kebun yang sengaja dibiarkan untuk diolah lagi dalam jangka waktu tertentu menurut masa rotasi dalam sistem peladangan bergilir. Di zona ini hak kepemilikan pribadi atas lahan diakui.<br /> * Pongata, merupakan wilayah pemukiman masyarakat, biasanya berada pada dataran yang lebih rendah.<br /> * Polidae, merupakan lahan usaha pertanian masyarakat, berupa sawah dan lahan pertanian kering.<br /><br />Berdasarkan zona-zona tersebut masyarakat Toro membentuk sistem pengolahan tanah bergilir. Lahan hutan yang telah di buka disebut popangalea, orang yang membukanya pertama kali memiliki hak kepe milikan lahan. Lahan terbuka yang produktif disebut bone. Setelah beberapa kali masa tanam, kesuburan tanah akan menurun seiring dengan menurunnya nutrisi yang terkandung di dalam tanah, tanah jenis ini disebut balingkea. Apabila memungkinkan balingkea ditanami lagi untuk satu atau beberapa kali masa tanam (mobalingkea). Balingkea yang tidak ditanami lagi, dan ditinggalkan (1-25 tahun) untuk mengembalikan kesuburan tanah disebut Oma. <br /><br />Selain itu, adat Toro juga melarang adanya perburuan terhadap Anoa (Anoa Quarlesi dan Anoa Deoressicornis), Babirusa (Babyrousa Babyrusa), Enggang (Alo/rangkong) (Rhyticeros Cassidix), Maleo (Macrochepalon Maleo). Hal ini dikarenakan Anoa merupakan hewan yang dilindungi dan dianggap sebagai hewan adat yang hanya boleh dimakan dalam upacara adat, Babirusa dilindungi karena bentuk fisiknya yang unik, Enggang dilindungi karena warnanya yang indah, sementara Maleo dilindungi karena telurnya yang unik.<br /><br />Kearifan lokal masyarakat Toro dalam pemanfaatan sumber daya alam dapat terlihat dari kegiatan seperti dibawah ini:<br /><br /> * Pembukaan Lahan.<br /><br />Dalam aturan masyarakat adat Toro, lahan yang dapat dibuka adalah oma, terutama Oma Ngura (telah ditinggalkan 3-5 tahun), dan Oma Ntua (telah ditinggalkan 5-25 tahun) sedangkan lahan yang tidak diperkenankan untuk dibuka dengan alasan apapun adalah Pangale. Setiap yang ingin membuka lahan diwajibkan mengajukan permohonan kepada pemerintah desa melalui LMA (Lembaga Masyarakat Adat) disertai alasan, lokasi yang akan dimanfaatkan dan luasan yang dibutuhkan. Setelah izin diberikan, pembukaan lahan harus didahului dengan upacara adat ”Mohamele manu bula”.<br /><br /> * Pengambilan Kayu.<br /><br />Izin pengambilan kayu dikeluarkan apabila tujuan pemanfaatan semata-mata untuk kebutuhan domestik. Namun dalam perkembangannya, saat ini telah diperkenankan pula memanen kayu untuk bahan baku industri meubel dan kusen berskala lokal. setelah mendapatkan izin penebangan, terlebih dahulu harus dilakukan upacara adat ”Mowurera pu kau”. Selain itu perlu diperhatikan bahwa kayu yang ditebang berdiameter minimal 60 cm, dan tidak melakukan penebangan di daerah Taolo, yaitu lokasi yang bertopografi miring sepanjang daerah aliran sungai dan di tempat yang rawan longsor dan erosi.<br /><br /> * Pemanenan Rotan (Calamus sp).<br /><br />Rotan yang akan dipanen harus berumur lebih dari tiga tahun, dan penetapan lokasi ditentukan oleh hasil musyawarah lembaga adat dengan memperhatikan prinsip rotasi (ra ombo). Selain itu, terdapat larangan untuk menarik rotan sepanjang daerah aliran sungai pada saat tanaman padi di sawah ataupun ladang mulai berbulir.<br /><br />Masyarakat Toro hingga kini masih menjalankan tradisinya. Perusak hutan dan pemburu hewan yang dilindungi akan dikenakan hukum adat. Pada mulanya, hukuman adat yang diberikan berupa satu kerbau, satu kain besa, dan 10 dulang. Namun saat ini hukuman yang diberikan berupa denda uang disesuaikan dengan kesalahan yang ada. Dari keseluruhan kondisi hutan Lore Lindu, hutan di Toro termasuk hutan yang paling terlindungi. Perekonomian masyarakat Toro dapat berkembang tanpa harus merusak hutan ataupun alam. Kehidupan masyarakat Toro yang selaras dengan alam dapat menjadi contoh yang baik bagi masyarakat luas.<br />Kearifan Lokal Masyarakat Dataran Lindu<br /><br />Enclave Lindu merupakan kawasan pemukiman yang terletak di dalam kawasan TNLL. Enclave Lindu yang terdiri dari empat desa, yaitu Puroo, Langko, Tomado, dan Anca, sering disebut sebagai dataran Lindu masih termasuk ke dalam Kecamatan Kulawi, Kabupaten Donggala. Masyarakat dataran Lindu menyakini sebagai satu rumpun adat (etnik Lindu) yang mempunyai aturan terhadap lingkungan dataran kehidupannya. Seperti halnya dengan masyarakat Ngata Toro, masyarakat dataran Lindu telah membagi kawasan hutan di sekitar mereka ke dalam suaka-suaka/kawasan-kawasan, di antaranya adalah:<br /><br /> * Suaka Maradika, merupakan zona inti hutan yang tidak diperbolehkan adanya eksploitasi.<br /> * Suaka Todea, merupakan zona hutan pemanfaatan, boleh dilakukan kegiatan pemanfaatan berdasarkan peraturan adat.<br /> * Suaka Tontonga, merupakan zona rimba yang pemanfaatannya sangat terbatas.<br /> * Suaka Lambara, merupakan daerah penggembalaan.<br /> * Suaka Parabata, merupakan zona khusus untuk pemanfaatan danau Lindu yaitu pengkaplingan pada lokasi ikan di tepi danau Lindu.<br /><br />Selain dalam hal pengelolaan hutan, masyarakat adat Dataran Lindu pun memiliki kearifan lokal dalam pemanfaatan sumber daya perairan. Masyarakat adat Dataran Lindu memberlakukan pelarangan (ombo) apabila ada salah satu tokoh masyarakat yang meningal dunia. Kearifan lokal ini harus tetap dilestarikan untuk mendukung upaya pengelolaan TNLL dalam menjaga dan melindungi kawasan agar tetap lestari dan berfungsi sebagaimana mestinya. Selain itu penguatan kelembagaan adat sangat penting untuk menjaga kearifan lokal masyarakat tetap eksis, sehingga dapat mengurangi tekanan masyarakat terhadap perubahan hutan.<br />Kearifan Lokal Masyarakat Mataue<br /><br />Desa Mataue berbatasan langsung dengan kawasan TNLL, terletak di wilayah Kecamatan Kulawi, Kabupaten Donggala. Mayoritas masyarakat desa Mataue berasal dari suku Kaili, yang merupakan suku asli Sulawesi Tengah. Desa ini memiliki potensi air yang sangat besar untuk pemenuhan kebutuhan masyarakat baik untuk konsumsi rumah tangga, maupun irigasi. Sumber daya air yang ada di Mataue dimanfaatkan oleh masyarakat di empat desa, yaitu Desa Mataue, Desa Bolapapu, Desa Boladangko, dan Desa Sungku.<br /><br />Masyarakat Desa Mataue memiliki kearifan lokal yang unik dalam pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya air. Dalam hal pengelolaan sumber daya air masyarakat desa pengguna mempercayakannya kepada tokoh adat Desa Mataue yang merupakan desa terdekat dengan sumber mata air. Kegiatan pengelolaan yang dilakukan adalah kegiatan monitoring ke areal hulu yang hanya dilakukan oleh masyarakat Desa Mataue. Selain itu dalam pengelolaan lahan pertanian yang berada di sepanjang aliran air tidak diperkenankan mengunakan pupuk kimia dan pestisida.<br /><br />Bentuk partisipasi masyarakat desa sekitar Mataue yang memanfaatkan sumber daya air adalah dengan membayar sejumlah uang kepada pemerintahan Desa Mataue sebagai petugas pengelola. Untuk pemungutan jasa retribusi air sendiri pemerintahan Desa Mataue menyerahkan sepenuhnya kepada pemerintahan desa masing-masing. Berdasarkan kesepakatan masing-masing desa, masyarakat yang konsumsi air untuk kebutuhan rumah tangga dikenakan biaya sebesar Rp 2000,-/bulan, sedangkan untuk irigasi sawah dikenakan biaya sebesar 1-1,5 blek gabah ketika masa panen.<br /><br />Kearifan lokal lain yang terlihat adalah dalam hal pemanfaatan kulit kayu pohon beringin sebagai bahan baju adat (kain fuya). Untuk mendapatkan kulit kayu masyarakat tidak diperbolehkan menebang pohon beringin. Perubahan Lingkungan dan Respon Masyarakat Adat, Contoh Kasus Masyarakat Adat Toro Perubahan lingkungan yang disebabkan oleh faktor eksternal dan internal menimbulkan respon dari masyarakat yang berimplikasi terhadap kestabilan sumber daya alam. Pada contoh kasus masyarakat Toro, faktor-faktor tersebut adalah intervensi ekonomi pasar dan dinamika politik menyangkut ketidakseimbangan hak penguasaan lahan.<br /><br />Intervensi ekonomi pasar berdampak pada perubahan intensitas pemanfaatan lahan di Toro. Permintaan pasar yang tinggi terhadap tanaman komersil seperti kakao, kopi, dan vanila berpengaruh terhadap preferensi ekonomi masyarakat yang berdampak pada konversi lahan unuk ditanami dengan tanaman komersil. Dinamika politik masyarakat Toro diwarnai oleh ketidakseimbangan hak penguasaan akan lahan. Ditetapkannya 80% wilayah Toro sebagai bagian TNLL (sesuai SK. Menteri Kehutanan No.593/Kpts-II/1993) berimplikasi pada melemahnya kontrol lembaga adat atas pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya alam.<br /><br />Faktor-faktor di atas membuat masyarakat merespon dengan melakukan revitalisasi kelembagaan adat sebagai penyesuaian diri terhadap perubahan lingkungan. Gerakan revitalisasi di Toro diwarnai dengan pendokumentasian sejumlah pengetahuan lokal, sistem nilai, norma sosial, dan hukum adat yang berkaitan dengan pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya alam. Gerakan revitalisasi terus berlanjut hingga pembuatan peta partisipatif yang menggambarkan lokasi, batas-batas kawasan serta hak kepemilikan (bersama atau pribadi) dan restrukturisasi lembaga pemerintahan Desa Toro.<br />Implikasi Kearifan Lokal Adat bagi Zonasi Taman Nasional Lore Lindu<br /><br />Dalam Undang-Undang No. 5 tahun1990 (tentang KSDAH dan Ekosistemnya terutama yang berkaitan dengan sistem zoning taman nasional) taman nasional terbagi ke dalam zona-zona sebagai berikut: zona inti, zona rimba, zona pemanfaatan tradisional, zona pemanfaatan intensif (non budidaya), dan zona rehabilitasi. Berdasarkan konsep ini, maka zona-zona di atas diatur sedemikian rupa secara konsentris dengan bagian tengah zona inti. Pembagian zona bersifat eksklusif (tidak mengenal wilayah enclave di dalam kawasan taman nasional).<br /><br />Sementara itu, pada dasarnya, sistem zonasi pada kearifan lokal dapat digunakan sebagai pendekatan untuk sistem zonasi taman nasional. Berdasarkan pendekatan ini zonasi tidak bersifat konsentris tetapi menyebar tergantung pada wilayah adat yang ada, serta bersifat inklusif (mengenal adanya wilayah enclave dalam kawasan taman nasional). <br />Kesimpulan<br /><br />Masyarakat adat Desa Toro, Desa Mataue dan Dataran Lindu yang hidup di sekitar kawasan Taman Nasional Lore Lindu merupakan masyarakat lokal yang telah memiliki kearifan tradisional warisan nenek moyang mereka dalam mengelola lanskap hutan dan memanfaatkan sumber daya alam di sekitar tempat tinggal mereka. Kearifan masyarakat lokal ini telah ada sebelum ditetapkannya kawasan ini menjadi taman nasional.<br /><br />Perubahan lingkungan adalah tantangan yang dapat melunturkan nilai-nilai kearifan tradisional yang berimplikasi negatif pada kestabilan sumber daya alam. Respon masyarakat Toro dalam mengatasi krisis perubahan lingkungan, yaitu dengan revitalisasi kelembagaan desa dapat menjadi contoh bagi masyarakat adat lain. Kearifan lokal masyarakat adat berimplikasi terhadap zonasi TNLL. Zonasi tradisional digunakan sebagai pendekatan pada zonasi TNLL. Berdasarkan pendekatan ini zonasi tidak bersifat konsentris tetapi menyebar dan inklusif. <br /><br />Sumber :http//melayuonline.com<br />Oleh Taswirul Afiyatin Widjaya, dkk.<br /><br />Daftar Pustaka<br /><br /> * -------. "Pendidikan Lingkungan Hidup Berbasis Pengetahuan Lokal Masyarakat Adat di Sulawesi Tengah 2002-2003". Yayasan Merah Putih. http://www.ymp.or.id.<br /> * Andrian, Handi. 2006. "Kearifan Suku Toro Menjaga Hutan". Tabloid Pesona Nusantara, Jum`at, 27 Oktober 2006. Media Indonesia.<br /> * Golar. 2007. Strategi Adaptasi Masyarakat Adat Toro, Kajian Kelembagaan Lokal dalam Pengelolaan Sumber daya Hutan di Taman Nasional Lore Lindu Provinsi Sulawesi Tengah. Disertasi. Bogor: Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.<br /> * Purnomohadi, S. 1985. Sistem Pengetahuan Tradisional Masyarakat di Sekitar Kawasan Hutan Lindung Gunung Lumut, Kab. Pasir Provinsi Kalimantan Timur. Kajian: Pemanfaatan Tumbuhan. Skripsi. Bogor: Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor.<br /> * Shohibuddin, M. Discursive Strategies and Local Power in the Politics of Natural Resource Management Case of Toro Community in Western Margin of Lore Lindu National Park, Central Sulawesi. Paper berdasarkan penelitian bersama STORMA. Bogor.</span>Education-http://www.blogger.com/profile/06182734592281203101noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1306928631943690434.post-53634549303295147992009-09-28T12:44:00.000+07:002009-09-28T12:45:17.651+07:00Exploring Stress Management OptionsManaging your stress effectively make take on many different forms. While there are women who choose expensive and more complicated ways to help deal with stress, there are others who employ simpler and less costly means that are no less effective. It just takes commitment and willingness to be able to get rid of stress in the best possible ways available.<span class="fullpost"><br /><br />Here are some of the practical options on how women can achieve stress management.<br /><br />Feeling Better at the Exact Moment You Want To<br /><br />There are times when you may recognize that you are already under a lot of stress. When you need to decrease your stress level at the soonest time possible, there are a number of techniques that you can take on. Known to act considerably fast, these methods can be used so that you would feel better in a less amount of time. Doing these techniques regularly will also bring about better long term benefits.<br /><br />These techniques include:<br /><br />* Meditation<br />* Listening to music<br />* Breathing exercises<br />* Yoga<br />* Reframing your mind with some sense of humor<br />* Exercise<br />* Keeping a journal<br />* Finding perspective in your life<br />* Doing visualizations<br /><br />Sustaining the Proper Attitude in Your Daily Life<br /><br />The stress that you are experiencing could be linked directly to the attitude that you take on daily. Your perception of the daily happenings in your life also brings on added pressure. So here are some good attitude reminders that could help you relieve stress.<br /><br />* Be optimistic<br />* Be happy<br />* Stop feeling like you always need to be in control<br />* Stop being a perfectionist<br />* Always maintain positive affirmations in life<br />* Cultivate a sense of humor<br />* Let go of your anger<br />* Have fun<br />* Let go of thoughts that can cause you stress<br /><br />Taking Proper Care of Yourself<br /><br />In moments when we are stressed, women tend to forget to take proper care of their own bodies. This could result in added stress. However, there are ways that can reduce stress levels such as the following:<br /><br />* Getting proper rest and adequate hours of sleep<br />* Eating well-balanced and nutritious meals<br />* Getting plenty of exercise regularly<br />* Maintaining a healthy sex life<br />* Indulging in a number of hobbies<br /><br />Creating the Proper Atmosphere for Daily Living<br /><br />The emotional and physical environment that you are in could also affect your stress level. Although the effects that your surroundings bring may be subtle, they can become significant in the long run. Here are some ways to alter your atmosphere so that it can bring about stress relief:<br /><br />* Get rid of the clutter, as too much can affect your sense of calm<br />* Create a soothing environment by choosing light shades for the colors of your home<br />* Add some music as this could really soothe the soul and bring more relaxation<br />* Make your own spa at home<br />* Use some aromatherapy through the use of scented oils and candles<br />by: James Pendergraft</span>Education-http://www.blogger.com/profile/06182734592281203101noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1306928631943690434.post-8400872344169193502009-09-28T12:36:00.000+07:002009-09-28T12:41:32.952+07:00Studying English at University - Secrets to SuccessEnglish is a core subject in British schools. All pupils from infant to school leaving age are required to study it in one way or another. The study of English at a higher level continues to be popular but it is not for everyone.<span class="fullpost"><br /><br />Most traditional English courses were largely literature based. This meant, and still means, that you have lots to read. If you enjoy reading then this is no problem, but much of the reading in fact most of it is likely to be done in your own time. You will be asked to read literature from different ages and of different genre. It is likely you will study prose, poetry and drama. Unlike some other subjects where there is heavy emphasis on absorbing facts, English is often different because it relies more on your personal responses to what you have read.<br /><br />More recently there has been a growth in the number of English courses which are language based and look at different aspects of English and linguistics. In courses like this for instance, you may be asked to translate a text from one genre to another. There has also been a development in writing courses which enable students to write expertly in both creative and functional language. Subjects often associated with English are Media Studies and Drama.<br /><br />The downside of studying English particularly in the more traditional courses is the huge emphasis on reading. If you are not an avid reader and get little pleasure from reading then it might be wise for you to think twice about studying English. With the emphasis being on personal response and opinion rather than on fact based outcomes, then this may cause problems for some. The requirement to write long essays is not specific to English. Other subjects require projects, dissertations, and long essays, but it is unlikely you will be expected to write quite as much as you would for English study.<br /><br />A qualification in English at whatever level is likely to be an important factor in making the search for a job easier. There are many opportunities for people with English at degree level because its value is recognised in business and the professions.<br /><br />At some point in your course, you will almost certainly be required to do at least one big project. So where do you start? The library of course! In addition, remember that there is a wealth of information available via the internet.<br /><br />The internet is a fantastic aid to all forms of study and if you need information when researching a project then there is an abundance of it. Information is made available on virtually any subject you can name by search engines and electronic encyclopaedia, and the information is made available in great quantities. It is important therefore, to find out exactly what you need, what is relevant.<br /><br />A lot of the information will also be opinion or just drivel, peddled as knowledge. You need to be careful and separate the two. Generally speaking, information that is well established will be found in several places or be attributable to a reliable source. It is often worth trying to verify any potentially controversial points independently offline. This can take time and effort, using the internet is seen by many as a quick way of getting information. It is not. Allow sufficient time for your project to allow you to verify your facts and to develop your own opinions. Your tutor’s time is valuable, s/he will not thank you for wasting it with unverified rubbish from unreliable sources.<br /><br />Be selective; decide what the project requires. Try to be specific and focused. If your project contains irrelevant information and detail it is not likely to be viewed favourably, so make sure you use only what is necessary to improve your project. Do not make the mistake of copying great extracts from the net; this is not a good idea. Even more important than copying great chunks is that you do not try to pass off what you do copy as you own work. This is plagiarism and is viewed very seriously by examiners and moderators at all levels of academic study. It is also completely pointless as it removes all learning opportunities.<br /><br />When you do find the information that you require, you need to read it, understand it and then attempt to express it in your own words. At first this maybe difficult for you to achieve but the more you do it the easier it will become. You will learn how to process the information to your advantage.<br /><br />If your project requires you to include photographs, pictures or other images then the internet can be very useful in providing these and incorporating them into your work. But always make sure that you get permission to use the images. It is unlikely that you would ever be prosecuted for stealing someone else’s intellectual property but it is a matter of courtesy.<br /><br />Finally, remember it is important that your project is presented in the most effective way. It should be cohesive, clearly indexed and easy to read. You can always get a friend to read it through in order to proofread and critique your work.<br /><br /><br />by: Sam Pearce</span>Education-http://www.blogger.com/profile/06182734592281203101noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1306928631943690434.post-45329170982986710382009-09-28T12:13:00.001+07:002009-09-28T12:16:54.422+07:00Have Fun Learning Creativity<a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjMsewJmWZkX5_vngIrBkB-pbjiZs8Hz7Pg86iuO-goxPECDM1yvVrm-H6vLPNZI4it-zGzhmkh-K7g7sLUFFTaQdQksNZJ2r9csN6FlS8L1XPf3BIUDZsjuoUYzSGTX4kyR-v_MZXru_M/s1600-h/self_improvement_and_motivation.jpg"><img style="margin: 0pt 10px 10px 0pt; float: left; cursor: pointer; width: 80px; height: 80px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjMsewJmWZkX5_vngIrBkB-pbjiZs8Hz7Pg86iuO-goxPECDM1yvVrm-H6vLPNZI4it-zGzhmkh-K7g7sLUFFTaQdQksNZJ2r9csN6FlS8L1XPf3BIUDZsjuoUYzSGTX4kyR-v_MZXru_M/s200/self_improvement_and_motivation.jpg" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5386382727792575090" border="0" /></a> <span class="fullpost"><br /><br />You have some great ideas. You toss them around in your mind. You tell friends about them. They go nowhere. Why? They go nowhere because of what your friends said or because you have the misconception that only a select few are able to unleash a steady flow of creative genius. And, you, of course, couldn't be one of that select group. That is not true at all.<br /><br />Anyone who has creative genius will tell you that creativity is very much like a muscle that needs to be developed in order to perform at top efficiency. If you don't learn how to develop creative thinking, this skill, like a muscle will become withered and useless to you when you most need it. On the other hand, keep working at it and this skill will soon be ready for action whenever you need it.<br /><br />So how do you develop your own personal style of creative thinking?<br /><br />Well, the first thing is to realize your brain has a greater capacity and speed than the world's biggest and fastest super computer. That's right! Even the world's biggest and fastest super computer cannot store as much information or handle it faster than your brain. You are not limited like a super computer because your brain is not limited and that's where creativity comes from - your brain. It doesn't come from thin air, it comes from within you and you already have the tools needed to exercise it.<br /><br />So, the first thing is to begin absorbing as much information as you can every day. Grab as much knowledge and learning as you can find. Read, watch, and listen to everything available -- good and bad. Don't judge anything at this point of development because it's not the content that is important, only the process of absorption. Keep your mind open to the infinite possibilities that each piece of information presents. The more you know, the more you'll want to know, and the more your brain will be exercised. Prepare to be amazed at little facts that add a bit of color to your conversations with people. They will begin to see you in a new light.<br /><br />Next, focus on a creative activity every day. This is as simple as doodling. Doodling is a creative activity. Don't let anything hinder you. Just doodle away, mindlessly. You will unleash a little bit of creative thinking and it will be encouraging to see something you created. In addition to doodling, practice drawing something specific for a couple of minutes each day. You might unleash the artist in you.<br /><br />Or, grab a camera and start snapping photos of anything and everything. Don't try to be "artsy,” just snap away! You might find you have a knack for photography.<br /><br />Keep a journal and make a point to write in it at the end of each day. Describe your experiences using words that capture your five senses. What did it smell like, taste like, feel like - you get the idea? You may discover a writer lurking in your brain.<br /><br />In a short time you'll have built yourself a tiny portfolio or doodles, art, photographs and writings and you'll be amazed at the growth of your creativity. You might actually enjoy those exercises so much that they will become a part of you and you'll be addicted to them.<br /><br />You've heard it said - Think out of the box. Well, not just yet. Be aware of constraints or blocks to your creative process. Constraints are actually a good thing. It's your brain telling you it needs more knowledge about that which you are struggling. Constraints are the brain's mechanisms to force discipline upon you. Discipline forces you to be more resourceful. Creative freedom is great, but limitations are too. There must be balance.<br /><br />Oscar winner, Anthony Hopkins, would just get in his car and drive across country alone with no destination in particular. It helped him experience different people in different parts of the country, away from the unreality of Hollywood. These little trips helped him to become a better actor.<br /><br />Try something new every day and let your experiences broaden your view of the world and people around you. Explore a new neighborhood in your town. Spend an afternoon in a museum to which you've never been before. Chat up someone in the checkout line at the store. You need to open up to the people around you. You need to step out of your comfort zone more and more each day. This will heighten your sense of adventure and your zest for life.<br /><br />Think about it. When was the last time you did something out of your comfort zone? When you stay in your comfort zone, you miss out on a whole lot of experiences that could add to your growth - emotionally, mentally, physically, or spiritually.<br /><br />I would love to try bungee jumping and skydiving but I'm a coward when it comes to risking life and limb. If you have the courage, go for it! At the very least, you will have plenty of exciting stories to share, enabling you to develop your storytelling skills, making you the life of any gathering. People will love to hear you tell about doing the things they only dream of doing.<br /><br />This next thing will seem nutty. It is. You need to embrace insanity. I'm not talking about the kind that will land you in a rubber room. As John Russell once said, "Sanity calms, but madness (insanity) is more interesting."<br /><br />History shows that nearly every creative thinker was once deemed insane by "normal" people. Lucky for us, the critics couldn't stop the creative geniuses from changing the world. Being "normal" confines’ people to think - normally, that is, to think within limits society has deemed to be normal. Creativity is essentially ignoring those limits, within the Law, of course. Your creativity may seem bizarre and downright strange to the "normals.” Ignore them and seek out others who also ignore the "normals" of this world. They will know how to help you to cultivate your new sense of creativity.<br /><br />Now, a word of caution as you step out in your search for creativity. Don't strive to develop a creative "personality." There is a difference between a creative personality and creative thinking. Examples of wacky creative personalities would be George Washington, who often rode into battle naked, or James Joyce, who wrote "Dubliners" with beetle juice because he had an intense fear of ink, or Albert Einstein, who thought his cat was a spy sent by his rival. They were all great men, for sure, but a little wacky at times because they lost touch with reality.<br /><br />It's important that your creativity doesn't blind you to the real world. Keep your feet on the ground and your head in the clouds! (Look familiar?)<br /><br />Starting today, begin thinking beyond your "limits." Follow these steps and you'll soon be living a life full of interesting and exciting adventures. Your new level creative thinking will bring about a new zest for living life.<br /><br />Who knows, your idea might be the next great idea to change the world.<br />by: Malkeet Singh</span>Education-http://www.blogger.com/profile/06182734592281203101noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1306928631943690434.post-40067555455817522872009-09-28T11:33:00.004+07:002009-09-28T11:37:03.719+07:00Developing Documentation During System DevelopmentSystem documentation and user documentation are the two types of documents. System documentation is required for better understanding and maintenance of the application software. User documentation is designed to help the user operate the system. A good-quality document requires designing the documents, writing and editing the text, <span class="fullpost">and testing them, and hence takes longer time for documentation. Lower-quality documentation can be produced faster. Nowadays online documentation is becoming more important compared to traditional paper-based manuals. Users are more familiar with paper-based documents and these are simpler to use. Although online documents require people to be familiar with additional software commands, searching for information is easier in online documents. These also enable the users to interact with the document.<br /><br />There are mainly three types of user documentation: reference documents, procedure manuals and tutorials. Reference documents are used when the user needs to learn how to perform a specific function. Procedure manuals describe how to perform business tasks. Tutorials teach people how to use major components of the system.<br /><br />Introduction<br /><br />There are two types of documents.<br /><br />System documentation is intended to help programmers and systems analysts understand the application software and enable them to build it or maintain it after the system is installed. System documentation is a by-product of the system analysis and design process, and is created as the project unfolds.<br /><br />Each step and phase produce documents that are essential in understanding how the system is built or is to be built, and these documents are stored in the project binder(s).<br /><br />User documentation (such as user’s manuals, training manuals and online help systems) is designed to help the user operate the system. Although most project teams expect users to have received training and read the user’s manuals before operating the system, unfortunately this is not always the case. It is more common today – especially in the case of commercial software packages for microcomputers – for users to begin the software without training or reading the user’s manual.<br /><br />User documentation is often left until the end of the project, which is a dangerous strategy. Developing a good documentation takes longer than many people expect because it requires much more than simply writing a few pages.<br /><br />Producing documentation requires designing the documents (whether paper or online), writing the text, editing them and testing them. For good-quality documentation, this process usually takes about 3 hours per paper page (single-spaced) for paper-based documentation or 2 hours per screen for online documentation.<br /><br />Thus, a “simple” set of documentation such as a 20-page user’s manual and a set of 20 help screens take 100 hours. Of course, lower-quality documentation can be produced faster.<br /><br />The time required to develop and test user documentation should be built into the project plan. Most organizations plan for documentation development to start once the interface design and program specifications are complete. The initial draft of documentation is usually scheduled for completion immediately after the unit tests are complete.<br /><br />This reduces – but does not eliminate – the need for the documentation to be tested and revised before the acceptance tests is started.<br /><br />Although paper-based manuals are still significant, online documentation is becoming more important. Paper-based documentation is simpler to use because it is more familiar to users, especially novices who have less computer experience; online documentation requires the users to learn one more set of commands. Paper-based documentation is also easier to flip through to gain a general understanding of its organization and topics, and can be used far away from the computer itself.<br /><br />There are four key strengths of online documentation that all but guarantee that it will be the dominant format form for the next century. First, searching for information is often simpler (provided the help search index is well designed). The user can type in a variety of keywords to view information instantaneously, rather than having to search through the index or table of contents in a paper document. Second, the same information can be presented several times in many different formats, so that the user can find and read the information in the most informative way.<br /><br />Third, online documentation enables the users to interact with the documentation. For example, it is possible to use links or “tool tips” (i.e., pop-up text) to explain unfamiliar terms, and programmers can write “show me” routines that demonstrate on the screen exactly what buttons to click and text to type. Finally, online documentation is significantly less expensive to distribute and keep up-to-date than paper documentation.<br /><br />Types of Documentation<br /><br />There are fundamentally three different types of user documentation: reference documents, procedure manuals and tutorials. Reference documents (also called the help system) are designed to be used when the user needs to learn how to perform a specific function (e.g., printing a monthly report, taking a customer order). Typically, people read reference information only after they have tried and failed to perform the function. Writing reference documentation requires special care because users are often impatient or frustrated when they begin to read them.<br /><br />Procedure manuals describe how to perform business tasks (e.g., printing a monthly report, taking a customer order). Each item in the procedures manually guides the user through a task that requires several functions or steps in the system. Therefore, each entry is typically much longer than an entry in a reference document.<br /><br />Tutorials teach people how to use major components of the system (e.g., an introduction to the basic operations of the system). Each entry in the tutorial is typically longer than the entities in procedure manuals and the entities are usually designed to be read in sequence, whereas entries in reference documents and procedure manuals are designed to be read individually.<br /><br />Regardless of the type of user documentation, the overall process for developing it is similar to the process of developing interfaces. The developer first designs the general structure for the documentation and then develops the individual components within it.<br /><br />Documentation and managing the documentation in company’s Intranet are critical for a company, and the resource spent on it is worthwhile. For more info on these topics and training refer to Business Analysis & Data Modeling Training Bangalore<br /><br />by: Narain Balchandani<br /><br />i<br /><br /><br />System documentation and user documentation are the two types of documents. System documentation is required for better understanding and maintenance of the application software. User documentation is designed to help the user operate the system. A good-quality document requires designing the documents, writing and editing the text, and testing them, and hence takes longer time for documentation. Lower-quality documentation can be produced faster. Nowadays online documentation is becoming more important compared to traditional paper-based manuals. Users are more familiar with paper-based documents and these are simpler to use. Although online documents require people to be familiar with additional software commands, searching for information is easier in online documents. These also enable the users to interact with the document.<br /><br />There are mainly three types of user documentation: reference documents, procedure manuals and tutorials. Reference documents are used when the user needs to learn how to perform a specific function. Procedure manuals describe how to perform business tasks. Tutorials teach people how to use major components of the system.<br /><br />Introduction<br /><br />There are two types of documents.<br /><br />System documentation is intended to help programmers and systems analysts understand the application software and enable them to build it or maintain it after the system is installed. System documentation is a by-product of the system analysis and design process, and is created as the project unfolds.<br /><br />Each step and phase produce documents that are essential in understanding how the system is built or is to be built, and these documents are stored in the project binder(s).<br /><br />User documentation (such as user’s manuals, training manuals and online help systems) is designed to help the user operate the system. Although most project teams expect users to have received training and read the user’s manuals before operating the system, unfortunately this is not always the case. It is more common today – especially in the case of commercial software packages for microcomputers – for users to begin the software without training or reading the user’s manual.<br /><br />User documentation is often left until the end of the project, which is a dangerous strategy. Developing a good documentation takes longer than many people expect because it requires much more than simply writing a few pages.<br /><br />Producing documentation requires designing the documents (whether paper or online), writing the text, editing them and testing them. For good-quality documentation, this process usually takes about 3 hours per paper page (single-spaced) for paper-based documentation or 2 hours per screen for online documentation.<br /><br />Thus, a “simple” set of documentation such as a 20-page user’s manual and a set of 20 help screens take 100 hours. Of course, lower-quality documentation can be produced faster.<br /><br />The time required to develop and test user documentation should be built into the project plan. Most organizations plan for documentation development to start once the interface design and program specifications are complete. The initial draft of documentation is usually scheduled for completion immediately after the unit tests are complete.<br /><br />This reduces – but does not eliminate – the need for the documentation to be tested and revised before the acceptance tests is started.<br /><br />Although paper-based manuals are still significant, online documentation is becoming more important. Paper-based documentation is simpler to use because it is more familiar to users, especially novices who have less computer experience; online documentation requires the users to learn one more set of commands. Paper-based documentation is also easier to flip through to gain a general understanding of its organization and topics, and can be used far away from the computer itself.<br /><br />There are four key strengths of online documentation that all but guarantee that it will be the dominant format form for the next century. First, searching for information is often simpler (provided the help search index is well designed). The user can type in a variety of keywords to view information instantaneously, rather than having to search through the index or table of contents in a paper document. Second, the same information can be presented several times in many different formats, so that the user can find and read the information in the most informative way.<br /><br />Third, online documentation enables the users to interact with the documentation. For example, it is possible to use links or “tool tips” (i.e., pop-up text) to explain unfamiliar terms, and programmers can write “show me” routines that demonstrate on the screen exactly what buttons to click and text to type. Finally, online documentation is significantly less expensive to distribute and keep up-to-date than paper documentation.<br /><br />Types of Documentation<br /><br />There are fundamentally three different types of user documentation: reference documents, procedure manuals and tutorials. Reference documents (also called the help system) are designed to be used when the user needs to learn how to perform a specific function (e.g., printing a monthly report, taking a customer order). Typically, people read reference information only after they have tried and failed to perform the function. Writing reference documentation requires special care because users are often impatient or frustrated when they begin to read them.<br /><br />Procedure manuals describe how to perform business tasks (e.g., printing a monthly report, taking a customer order). Each item in the procedures manually guides the user through a task that requires several functions or steps in the system. Therefore, each entry is typically much longer than an entry in a reference document.<br /><br />Tutorials teach people how to use major components of the system (e.g., an introduction to the basic operations of the system). Each entry in the tutorial is typically longer than the entities in procedure manuals and the entities are usually designed to be read in sequence, whereas entries in reference documents and procedure manuals are designed to be read individually.<br /><br />Regardless of the type of user documentation, the overall process for developing it is similar to the process of developing interfaces. The developer first designs the general structure for the documentation and then develops the individual components within it.<br /><br />Documentation and managing the documentation in company’s Intranet are critical for a company, and the resource spent on it is worthwhile. For more info on these topics and training refer to Business Analysis & Data Modeling Training Bangalore<br />by: Narain Balchandani<br /></span>Education-http://www.blogger.com/profile/06182734592281203101noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1306928631943690434.post-66280549328422779452009-09-27T00:05:00.003+07:002009-09-27T00:10:11.576+07:00Pemulung Bakar Ilalang Sumber Air Langka Picu Tersendatnya Pemadaman<a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjb9LMyMGLEaLBFTGgzzaAaEUuTNe2fDlniWGP_EGfQ2_QVkcL6Ux-VSs5O2v2jK14izeU2O5Mn2CQCy6gkrxhFo9u_MBXt63F7gWJPppIfkcbqS5WqaHX75w40FghzHqzEdrYCUSyHawA/s1600-h/pmk-dalam.jpg"><img style="margin: 0pt 10px 10px 0pt; float: left; cursor: pointer; width: 150px; height: 150px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjb9LMyMGLEaLBFTGgzzaAaEUuTNe2fDlniWGP_EGfQ2_QVkcL6Ux-VSs5O2v2jK14izeU2O5Mn2CQCy6gkrxhFo9u_MBXt63F7gWJPppIfkcbqS5WqaHX75w40FghzHqzEdrYCUSyHawA/s200/pmk-dalam.jpg" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5385824284430233650" border="0" /></a><br /><br />Imam Wahyudiyanta<br />Sumber : detik.com<br /><br />Surabaya - Upaya pemadaman kebakaran di RT I RW III Tubanan Lama Kecamatan Tandes, Surabaya mengalami kesulitan.<span class="fullpost"><br /><br />Sebab di lokasi kejadian tidak ada sumber air. Akibatnya proses pemadaman pun menjadi tersendat.<br /><br />"Kami harus mengambil air di Sungai Balongsari dan jaraknya lumayan jauh dari<br />lokasi kebakaran," kata Komandan Operasional PMK, Suparman kepada<br />detiksurabaya.com di lokasi kejadian, Sabtu (26/9/2009).<br /><br />Suparman mengatakan bila sumber air terpenuhi maka kebakaran itu tidak sampai<br />merembet ke bangunan rumah lainnya. "Kalau kebakaran seperti ini cukup satu<br />jam," ujar dia.<br /><br />Pantauan detiksurabaya.com, petugas PMK terpaksa menghentikan pemadaman karena<br />menunggu pasokan air dari Balongsari. Sementara itu api masih terlihat di antara<br />reruntuhan rumah yang sudah hangus.<br /><br />Warga setempay pun terlihat berusaha membuat jarak untuk memisahkan sumber api dengan lokasi yang masih aman.<br /><br />Kebakaran yang terjadi Sabtu petang itu diduga berawal dari ulah pemulung yang membakar ilalang. Akibat api yang meluas, dilaporkan 6 rumah, gudang dan bengkel ikut ludes.</span>Education-http://www.blogger.com/profile/06182734592281203101noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1306928631943690434.post-78229267910613249072009-09-26T23:48:00.005+07:002009-09-27T00:02:00.363+07:00Hutan di Lereng Gunung Lawu Terbakar.detik.com<a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiwUrukRHhV51OKMYuYW-4GlJwMH4V_AcVXh8A-KLOB5qTTmeb9jL9QKoG5x-604_z2MJosKK-I4aQxqbYN_Uhq9e_4KvnNDzCm_bC1NRtKCDZdyoF1eezWFZDl1JiJjM5qru2c4-CyJeI/s1600-h/lawu2-dalam.jpg"><img style="margin: 0pt 10px 10px 0pt; float: left; cursor: pointer; width: 200px; height: 105px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiwUrukRHhV51OKMYuYW-4GlJwMH4V_AcVXh8A-KLOB5qTTmeb9jL9QKoG5x-604_z2MJosKK-I4aQxqbYN_Uhq9e_4KvnNDzCm_bC1NRtKCDZdyoF1eezWFZDl1JiJjM5qru2c4-CyJeI/s200/lawu2-dalam.jpg" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5385820630979958722" border="0" /></a><br />Ngawi - Setelah Gunung Penanggungan Pasuruan, giliran hutan di lereng Gunung Lawu yang terbakar. Si jago merah mengamuk terlihat pukul 14.00 WIB di Ngrayudan Kecamatan Jogorogo Kabupaten Ngawi, Jawa Timur, Sabtu (26/9/2009).<span class="fullpost"><br /><br />Hingga pukul 21.00 Wib masih terlihat berkobar. Api berkobar dengan ganas karena angin di puncak gunung yang memiliki ketinggian 3.265 dpl bertiup cukup kencang.<br /><br />Meski belum bisa dipadamkan, namun petugas gabungan Polri, TNI AD maupun Perhutani maupun warga berusaha melokalisir api agar tak merambah ke permukiman penduduk.<br /><br />"Saat ini lokasi api sudah kita lokalisir agar tidak merembet ke pemukiman warga<br />di bawah. Sedangkan luas hutan yang terbakar sampai saat ini mencapai 200<br />hektar," kata Kapolres Ngawi AKBP Budi Sajidin saat dihubungi detiksurabaya.com.<br /><br />Budi mengungkapkan, saat ini seluruh kekuatan baik dari Polres Ngawi, Polwil<br />Madiun, Kodim, Polisi Kehutanan, dan warga berada di lokasi untuk melakukan<br />pemadaman.<br /><br />Ada dua cara yang dilakukan untuk memadamkan api kata Budi. Yang pertama dengan melokalisir titik api dan pemadaman secara tradisional (dahan dibasahi lalu dipukulkan ke bara api).<br /><br />"Kita sekarang all out untuk memadamkan api. Bahkan baru saja malam ini puluhan<br />warga dikerahkan untuk membantu pemadaman," tuturnya.<br /><br />Gunung Lawu terletak di perbatasan Provinsi Jatim dengan Jateng. Status gunung ini adalah gunung api yang telah lama tidak aktif.<br /><br />Seperti dilansir wikipedia, di lerengnya terdapat kepundan kecil yang masih mengeluarkan uap air (fumarol) dan belerang (solfatara). Gunung Lawu mempunyai kawasan hutan Dipterokarp Bukit, hutan Dipterokarp Atas, hutan Montane, dan hutan Ericaceous.<br /><br />Gunung Lawu memiliki tiga puncak, Puncak Hargo Dalem, Hargo Dumiling dan Hargo Dumilah. Yang terakhir ini adalah puncak tertinggi.<br /><br />Di lereng gunung ini terdapat sejumlah tempat yang populer sebagai tujuan wisata, terutama di daerah Tawangmangu, Cemorosewu, dan Sarangan. Agak ke bawah, di sisi barat terdapat dua komplek percandian dari masa akhir Majapahit: Candi Sukuh dan Candi Cetho.<br /><br />Di kaki gunung ini juga terletak komplek pemakaman kerabat Praja Mangkunagaran: Astana Girilayu dan Astana Mangadeg. Di dekat komplek ini terletak Astana Giribangun, mausoleum untuk keluarga presiden Suharto.</span>Education-http://www.blogger.com/profile/06182734592281203101noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1306928631943690434.post-63139837857336069942009-09-25T13:06:00.001+07:002009-09-25T13:08:47.895+07:00Social Skill Repair: Creative Methods To Build Students' Peer SkillsBy Ruth Wells<br />From : www.edarticle<br /><br />Peer interaction problems can make any school or agency site chaotic, loud, unpleasant or unsafe. There are no quick fixes to instantly turnaround all your peer problems, but here are some fun ways to begin the process.<br /><br />The more you can use creative, unexpected and humorous methods, the more success you may achieve repairing poor peer skills. Rely on methods that catch your resistant, oppositional, depressed, withdrawn and defiant youth off-guard and powerfully engage them in learning despite themselves. The interventions below offer those benefits.<span class="fullpost"><br /><br />** Who You Gonna Call? Gropes Busters! Here's a fun multiple choice quiz that teaches while your students are laughing. Permission is granted to you to print out the quiz for use with students.<br /><br />The Gropes-Busters Quiz<br /><br />1. When standing near other kids, it is very important to stand: a) Nose to nose b) On their toes c) About one arm length away<br /><br />2. When other students say "No," it really means: a) "Yes" with an attitude b) The "n" and "o" are silent c) Stop!<br /><br />3. When touching others, a guideline to follow is: a) Grope first, ask second b) Ask first, grope second c) Ask first and comply with the answer<br /><br />4. When watching pro sports like football and hockey, it is important to remember that a) Slapping people's backsides is a universal greeting b) Violent contact is welcomed everywhere c) No one should ever behave as badly as misbehaved pro athletes<br /><br />5. When touching others, it is always best to a) Never touch anything labeled "radioactive" b) Never touch anything you can't reach c) Never touch until receiving permission first<br /><br />**BONUS INTERVENTION<br />To generate a dialogue about interacting with peers who are ethnically, culturally, or otherwise different, use this group experience exercise: Divide students into two groups. Each group will be given the task of either buying or selling items. Privately provide separate instructions to each group on how they may behave, and have these instructions conflict. For example, one group may talk only to blondes; the other group may not permit blondes to talk to others from outside the group. The resulting conflict will mirror real-life clashes and can be followed by a discussion on identifying, understanding and managing cultural, ethnic and interpersonal differences.<br /><br />**BONUS INTERVENTION<br />"Problem hands" can be a big problem. It is important to teach youngsters who are being victimized, how to avoid additional problems. But, in addition, remember to teach the victimized kids that they are not to blame. Victims sometimes don't report problem touching by peers for reasons that relate to self-blame. Teach these youngsters that they were not to blame regardless of their dress, demeanor, reputation or personal history. Self-blame issues can be especially important for girls and young women.</span>Education-http://www.blogger.com/profile/06182734592281203101noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1306928631943690434.post-38477399286199572692009-09-25T12:03:00.000+07:002009-09-25T12:05:46.180+07:00YouTube Rilis Update TerbaruSumber : www.detik.com<br />Fajar Widiantoro<br /><br />Jakarta - YouTube telah merilis beberapa update terbarunya. Layaknya situs mikro blogging Twitter, kini YouTube pun memiliki 'trending topics'.<br /><br />Selain 'trending topics', masih ada 'friend suggestions' dan 'sticky hq' serta fitur komentar terbaru, yang menggantikan fitur komentar model lama dengan siatem halaman yang dirasa kuno.<span class="fullpost"><br /><br />Berdasarkan keterangan blog resmi YouTube yang dikutip detikINET, Jumat (25/9/2009), ada fitur 'recommended friends list' yang langsung menunjukan<br />homapage sang user. Diharapkan nantinya hal ini juga bakal terintegrasi langsung dengan Gmail.<br /><br />Selain itu, <a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhbVdUT_9kWq68VYFwWuidV24-xwUFoC-paU4P443wNSNpNeAtHASrTkH803McLLxmjM-n-QviBuGss_uYV_ZL-cG4HCe0mK77otyzRbhHMTVhq7iM_R-8a44AOKzN74Mm1u3XnzOnB9Y4/s1600-h/YouTUbe150.jpg"><img style="margin: 0pt 10px 10px 0pt; float: left; cursor: pointer; width: 150px; height: 150px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhbVdUT_9kWq68VYFwWuidV24-xwUFoC-paU4P443wNSNpNeAtHASrTkH803McLLxmjM-n-QviBuGss_uYV_ZL-cG4HCe0mK77otyzRbhHMTVhq7iM_R-8a44AOKzN74Mm1u3XnzOnB9Y4/s200/YouTUbe150.jpg" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5385266504459426546" border="0" /></a>masih ada fitur 'topik terpopuler' layaknya milik Twitter, yang terletak di bagian atas saat akan melakukan browsing video.<br /><br />Secara fungsional, perubahan-perubahan serta update fitur terbaru YouTube tersebut akan menambah pengalaman pengguna, dalam mengeksplorasi situs sharing<br />video tersebut.<br /><br />Berikut ini adalah beberapa update lain dari YouTube:<br />- Friend suggestion<br />- Activity subscription<br />- Sticky HQ<br />- New Discovery Features in Insight<br />- Resume where you left off<br />- Subscriptions comes to Shows, Movie Trailers<br />- Poster art in Movies<br />( ash ) </span>Education-http://www.blogger.com/profile/06182734592281203101noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1306928631943690434.post-40051197085476336242009-09-25T11:51:00.000+07:002009-09-25T11:55:21.568+07:00Tiap Detik Pengguna Opera Mini Bertambah' Fajar WidiantoroJakarta - Br<a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg7zwdY_U8cBSA_ZuL18hURjz8Hn3umkiA2hj4ZMBS26iUqRZuRKju1X3fyMQS-6Z4gkMvjBVWOenFKTRhEGWeZ2Oa3i1fe1C96LrX-i0LQIpGvxss4MM1PUYkiVB-hENXnU4yrtfT-kUE/s1600-h/Opera-200.jpg"><img style="margin: 0pt 10px 10px 0pt; float: left; cursor: pointer; width: 200px; height: 200px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg7zwdY_U8cBSA_ZuL18hURjz8Hn3umkiA2hj4ZMBS26iUqRZuRKju1X3fyMQS-6Z4gkMvjBVWOenFKTRhEGWeZ2Oa3i1fe1C96LrX-i0LQIpGvxss4MM1PUYkiVB-hENXnU4yrtfT-kUE/s200/Opera-200.jpg" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5385263617439887122" border="0" /></a>owser mobile Opera mini mencapai angka pertumbuhan yang luar biasa. Bahkan Opera mengklaim tiap detiknya, pengguna Opera mini bertambah pada bulan Agustus lalu.<span class="fullpost"><br /><br />Hal tersebut dijelaskan pihak Opera, sesuai keterangan resmi yang diterima detikINET, Jumat (25/9/2009). Berdasarkan laporan itu, kini 31,9 juta orang telah menggunakan mobile internet browser dengan logo O tersebut. Jumlah ini pun meningkat 9,9 %, dibandingkan Juli 2009 dan meningkat 147 % jika dibandingkan periode Agustus 2008.<br /><br />Lebih lanjut disebutkan bahwa pada Agustus 2009, jumlah halaman yang dibuka oleh 31,9 juta pengguna opera mencapai 13,9 miliar halaman situs. Sementara itu jumlah keseluruhan trafik data pengguna Opera pada bulan Agustus lalu kini telah mencapai 209 juta MB di seluruh dunia.<br /><br />"Opera Mini telah membuktikan bahwa kunci dari kecepatan laju pertumbuhan ini, adalah terletak pada browser yang lengkap dan dapat memenuhi kebutuhan para pengguna," ujar CEO Opera Jon von Tetzchner dalam keterangan resminya.<br /><br />Perkataan CEO Opera tersebut memang benar adanya. Pasalnya untuk memenuhi kebutuhan pengguna, Opera mini selalu melakukan update. Seperti beberapa pekan lalu, dengan diluncurkannya Opera mini beta 5, yang membawa perubahan besar, bagi pengalaman pengguna Opera mini.<br /><br />Dengan demikian bukan tak mungkin, bahwa pengguna Opera mini semakin bertambah dari waktu ke waktu. Jika berminat pengguna bisa mengunduh software berbasis J2ME ini pada link berikut. ( fw / ash )<br />Sumber : www.detik.com</span>Education-http://www.blogger.com/profile/06182734592281203101noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1306928631943690434.post-9525892941039822382009-09-25T11:19:00.002+07:002009-09-25T12:00:44.999+07:00ALL CHILDREN BY NATURE HAVE A MUSICAL BRAINGeorgia G. Markea<br />Post-doc and PhD in Music Education,<br />University of London, Institute of Education<br />School Adviser for Music Education,<br />Based in Athens<br />From : edarticle.com<br /><br /><br />‘We are all musical; we just need the opportunity’, claims Welch (2001) and certainly he is right. Music is a langu<a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhJ0IgvoFCcKkY7oSHOfZ2_3nqO9sUnVa5NJHIDhqE2yxdBIFdRY7r50271pF2z1SPRmQkfoTBSzL5lfXPysg1CQgMdBelpbMkn8PxGMGOpZJ1uxyVoUUqEzc1cgYice6L-nkaN2hca1oE/s1600-h/music1.jpg"><img style="margin: 0pt 10px 10px 0pt; float: left; cursor: pointer; width: 168px; height: 200px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhJ0IgvoFCcKkY7oSHOfZ2_3nqO9sUnVa5NJHIDhqE2yxdBIFdRY7r50271pF2z1SPRmQkfoTBSzL5lfXPysg1CQgMdBelpbMkn8PxGMGOpZJ1uxyVoUUqEzc1cgYice6L-nkaN2hca1oE/s200/music1.jpg" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5385257309658629138" border="0" /></a>age and expressing it in words constitutes a natural activity for us; so also our need to sing derives from our very same nature. Music was born with speech. In ancient Greece indeed our language was called ‘prosodic’ because it was sung. As characteristically mentioned by ancient writers on harmony, ‘Greeks used to sing through words and speak through song’.<br /><span class="fullpost"><br />International research has shown that when children are born not especially gifted in music, if they begin from an early age to study a musical instrument they will develop further skills, with positive results not only in music, but also in whatever other field they choose. Indeed recent research (see Gorman, 2005) shows that involvement with music can check the destruction which occurs in brain cells with Alzheimer’s disease.<br /><br />Nevertheless, the human brain in each case is musical. Consequently we are all able to sing, whether in tune or out of tune. Also, irrespective of the level of our musical abilities, we all have the same disposition to express musically, listen to, or perform ourselves the melodies which touch our hearts.<br /><br />The fact that Music educators have students to teach who biologically are always in command of a musical brain significantly facilitates their work. In each case the Music educator can trust to the abilities of all his students regardlessly, as well as expressing high expectations for them. On the other hand, students could develop their skills to the highest level if at the same time they did the requisite practice (see Picture 1). This readiness to study is inspired in them chiefly by their teacher or by an individual from their background (family or friends) who they really love and through their progress want to please.<br /><br />Even the exceptionally talented Mozart possibly would not have achieved the same success in music if he had not been so industrious as well. As characteristically mentioned in the book Mozart (see Solomon, 1995), this great composer was successful since ‘he simply wanted to learn music’. In short the existence of musical abilities which a musical brain affords is not sufficient. Even Mozart’s progress in music was significantly due to the fact that he actually studied a great deal. In constant study his true love guided him to music itself, a matter, however, which again stems from what you command, as we all do – a musical brain.<br /><br />What occurs in the inner part of the human brain?<br /><br />According to research carried out in the Centre concerned with the Education of Gifted Children on Rhode Island in America, one of the prevailing myths about our brain is that we employ only 10% of it. By contrast, in neurological studies carried out up to the present moment it has been demonstrated that there is not a single person on earth who has any part of the brain albeit small, unexploited. This favours us educators if a person considers that in the course of our teaching we address ourselves to students of whom 100% of their brain is functional. Besides, it leads us to stricter self-assessment when we measure the results of our teaching.<br /><br />As regards what happens in our brains concerning the development of our musical skills, Trainor et al. (2002) confirm the view that our brains are musical from birth. The researchers in question claim that the registering of special elements of music takes place automatically in the human brain and consequently there exists a certain part of our brain which is mainly concerned with music (see Image 1).<br /><br />According to research carried out, the brain of a professional musician who has begun studying music from <a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhwcmktlQ9F8jP4RevI9DNUGjZ0Ew2IUImpEmbopdqPJWiVxo6KOaDjOzlTxwbGmrTu2Q_13dJnlc5IKAVVf5hmkeH_R57HR7n18iGqjuAMoJvCdbkcQVDxidIxgynVkIM3tjpUPKsA10c/s1600-h/music2.jpg"><img style="margin: 0pt 10px 10px 0pt; float: left; cursor: pointer; width: 200px; height: 154px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhwcmktlQ9F8jP4RevI9DNUGjZ0Ew2IUImpEmbopdqPJWiVxo6KOaDjOzlTxwbGmrTu2Q_13dJnlc5IKAVVf5hmkeH_R57HR7n18iGqjuAMoJvCdbkcQVDxidIxgynVkIM3tjpUPKsA10c/s200/music2.jpg" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5385257599464546034" border="0" /></a>a very early age presents a disproportionate size in the acoustic crust (see Zatorre et al., 1998; Pantev et al., 1998). Likewise, in a study by the pathologist Thomas Harvey on the brain of Einstein (his brain has been preserved for purposes of research) a small clot was located in his kinetic crust. This usually relates to musical ability. In fact Einstein played the violin from a very early age. One further finding from the same research which deserves to be mentioned is that genius in whatever branch of science or art has nothing to do with the size of the brain, but with difference in its structure (see www.press-argolida.blogspot.com). As noted, Einstein’s brain differs chiefly in this respect from the average.<br /><br />Are the musically talented created or born?<br /><br />We are all by our nature gifted with musical abilities. An exception is the case of ‘Congenital Amusia’ (see Peretz, 2001), which nevertheless most probably is acquired and brought on by damage to the brain chiefly owing to lack of a suitable environment during the course of critical periods for the development of musical ability. Also, one other special case for children is the exceptionally talented in music who could really survive or learn music no matter what the environment (see Markea, 2005).<br /><br />Most students command a musical brain. Nevertheless, finally their development in music will depend chiefly on the environment in which they grow up. For all of us, our first favourite music was our mother’s singing when we were still in her womb. With her singing began the acquired development, just in our foetal stage, of our musical skills. Indeed, as has been demonstrated, it is of great significance whether our mother’s singing was in a musical tone. This will function as a ‘diapason’ and will later ‘tune’, correctly or not, our own singing also. Moreover, according to the musical preferences of the background in which we develop, we usually choose what music we will listen to for the rest of our lives.<br /><br />The attempt to develop motivation for learning music from children’s backgrounds has been demonstrated also to contribute to their musical development. According to Deci & Ryan (1985), when students’ motivation proceeds from within themselves, they are instigated by external factors, or their behaviour is based on the choice which proceeds from their own decision and is boosted by their self-awareness, which is also the basis for autonomous orientation. According to McPherson & Davidson (2006) also, students succeed in music when they have acquired their own motivation, their own goals and sense of purpose for learning to play music. Then they will form their own methods for dealing with technical or musical difficulties on each occasion and will find under their own responsibility the way to secure the necessary time for their daily study as well as tailoring the world of their study according to their own tastes. Also, they will be able to evaluate their playing by themselves. In each case, even the exceptionally talented students, will have better results if they have close to them people (such as their teachers, parents or relatives and friends) to support them in their studies.<br /><br />Gagné (1991; 1995) distinguishes the terms ‘gifted’ and ‘talented’. A gifted person is considered to be the one who has natural abilities in a certain field, while a talented person is one whose abilities are moulded and developed within the environment. In each case, whether we characterize a student as ‘talented’ or ‘gifted’ it will be difficult for us to evaluate with certainly the level of talent which he commands. And this is because even the students who attend the same classes never have the same truly musical background. This is usually influenced by the student’s musical environment (chiefly family). If children’s parents have the appropriate culture they will have succeeded in guiding them promptly to study music or at least to love the world of art. Also the social background of children can have a positive or negative influence on their interest in music as well as their performance in it.<br /><br />The connection between innate musical talent and the appropriate learning environment is what leads to the most perfect outcomes in the Music lesson. Nevertheless, according to research carried out in the Greek environment (see Markea, 2005), it seems that the exceptionally talented students on each occasion get better results than their fellow-students, not however because of the teaching or the environment in which they develop, but chiefly because of their innate talent.<br /><br />Conclusion<br /><br />If we accept that we are all by nature musical, our expectations for our students can really become greater, but also the interest of the community in the Music lesson is in urgent need of being increased. In the contemporary Greek educational system which rests on interdisciplinariness, in accordance with which all topics complement each other, Music cannot but constitute in itself ‘nothing more nor less’ than a major lesson.<br /><br />References<br /><br />Deci, E. L., & Ryan, R. M. (1985). Intrinsic Motivation and Self-determination in Human Behavior. New York: Plenum.<br /><br />Gagné, F. (1991). Toward a Differentiated Model of Giftedness and Talent. In N. Colangelo & G. A. Davis, Allyn & Bacon (Eds.), Handbook of Gifted Education. Boston: MA.<br /><br />Gagné, F. (1995). From Giftedness to Talent: A Developmental Model and Its Impact on the Language of the Field. Roeper Review, 18(2), 103-111.<br /><br />Gorman, C. (2005). Music and the Mind. www.time.com, 14 November 2005.<br /><br />Markea, G. G. (2005). Talent in Piano Playing: A Study of Exceptionally Gifted Soloists. Athens: Athens Institute for Education and Research. ISBN 960-88672-1-5.<br /><br />McPherson, G. E. & Davidson, J. W. (2006). Playing An Instrument. In G. E. McPherson (Ed.), The Child As Musician: A Handbook of Musical Development. Oxford: Oxford University Press.<br /><br />Pantev, C., Oostenveld, R., Engelien, A., Ross, B., Roberts, l. E., & Hock, M. (1998). Increased Auditory Cortical Representation. Nature, 392, 811-813.<br /><br />Peretz, I. (2001). Brain Specialization for Music: New Evidence from Congenital Amusia. In B. Zatorre & I. Peretz (Eds.), The Biological Foundations of Music. Annals of the New York Academy of Sciences, 930, 153-165.<br /><br />Solomon, M. (1995). Mozart. London: Hutchinson.<br /><br />Trainor, L., McDonald, K.L. & Alain, C. (2002). Automatic and Controlled Processing of Melodic Contour and Interval Information Measured by Electrical Brain Activity. Journal of Cognitive Neuroscience, 14(3), 430-442.<br /><br />Welch, G. F. (2001). United Kingdom. In D.J. Hargreaves and A.C. North (Eds.), Musical Development and Learning: The International Perspective. London: Continuum.<br /><br />Zatorre, R., Perry, D., Beckett, C., Westbury, C., & Evans, A. (1998). Functional Anatomy of Musical Processing in Listeners with Absolute Pitch and Relative Pitch. Proceedings of the National Academy of Sciences, 95, 3172-3177.<br /><br />www.press-argolida.blogspot.com, PRESS-Argolida, 27 April 2009.<br /><br />About the Author<br /><br />Georgia G. Markea is a Doctor in Music Education of the University of London (Institute of Education), where she studied under Professor Keith Swanwick with the aid of a grant from the Greek Government (IKY). At the Institute of Education she has also completed post-doctoral research in Talent in Piano Playing under the guidance of Professor Graham Welch. Since the academic year 2007-2008 she has been seconded as a School Adviser for Music Education in Athens. She is the vice -president of the Union for Primary Music Teachers (Ε.Ε.Μ.Α.Π.Ε.). She is a member of the Hellenic Union for Music Education (E.E.M.E.) and she has been head of its Piano Pedagogy Group from 2002 until 2006. She is a founder member and in charge of the music department of the Artistic and Intellectual Association of Egaleo, and also member of the Athens Institute for Education and Research (AT.IN.E.R.). She is an assessor for the Ministry of Labour with responsibility for the activities for human resources in the sphere of Culture, Sports and the Mass Media. Her oeuvre consists of nine books and dozens of articles in books and journals selected by critical committees.<br /><br />Georgia G. Markea, 16 L. Kifisias, 11526, Athens, 00-30-6974765321, gmarkea@gmail.com</span>Education-http://www.blogger.com/profile/06182734592281203101noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1306928631943690434.post-42339099347377540462009-09-23T11:21:00.000+07:002009-09-23T11:29:24.243+07:00Aku<a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj-IX00ThXr4QNU6Lx3DYQmcrAllBBOWy-8lGT5YeUxDpbq-MwBuUDtHIDU6JToH7MpYKhfYlzXnIKJq4qvzxHn_o-3kfToP-7MOj-hS2GsHBHQGQF8UdnqRE4ZCAcZUVexMV5CJ8w8T68/s1600-h/gua.jpg"><img style="margin: 0pt 10px 10px 0pt; float: left; cursor: pointer; width: 151px; height: 200px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj-IX00ThXr4QNU6Lx3DYQmcrAllBBOWy-8lGT5YeUxDpbq-MwBuUDtHIDU6JToH7MpYKhfYlzXnIKJq4qvzxHn_o-3kfToP-7MOj-hS2GsHBHQGQF8UdnqRE4ZCAcZUVexMV5CJ8w8T68/s200/gua.jpg" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5384514490882941298" border="0" /></a><br /><p style="text-align: justify;"><span style=";font-family:";" >Saya lahir pada tanggal 07 November 1981. Masa-masa kecil hingga remaja saya tempuh dengan pendidikan dari lingkungan keluarga yang memiliki pemahaman Sufi, sehingga spiritualitas menjadi dasar pola pikir dalam warna warni pendidikan yang saya peroleh.<o:p></o:p></span></p> <p style="text-align: justify;"><span style=";font-family:";" >Pernah kuliah di Perguruan Tinggi Teknokrat Lampung namun tidak selesai, dan diselesaikan di Sekolah Tinggi Teknik Nusantara Lampung pada tahun 2006, selain lingkungan keluarga pola pikir saya juga dipengaruhi oleh lingkungan organisasi Pecinta Alam Mapala Sharpa Kenaka Teknokrat.<o:p></o:p></span></p> <p style="text-align: justify;"><span style=";font-family:";" >Mendaki gunung, keluar masuk hutan adalah kegemaran saya. Kadang ujian semesteran kalah dengan acara pendakian, uang SKS kuliah terpotong untuk ongkos ekspedisi. Untuk sekedar melihat, mengenal dan belajar secara langsung dan lebih dekat dengan masyarakat agar bias mengenal, Budaya, Tradisi, Adat Istiadat dan Kekayaan Alam Indonesia secara nyata untuk mencintainya secara mendalam.<o:p></o:p></span></p> <span style=";font-family:";" >Sekarang saya aktif diberbagai organisasi diantaranya ketua harian Federasi Panjat Tebing Indonesia cabang Lampung Timur, Majelis Wilayah PBHI Lampung, dan demi keberlangsungan hidup saya gadaikan harta kebebasan saya kepada perusahaan yang ingin menggunakan jasa saya.</span>Education-http://www.blogger.com/profile/06182734592281203101noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1306928631943690434.post-81168163069474337242009-09-22T12:43:00.000+07:002009-09-22T12:46:12.782+07:00Internet Bisa Tolong Mahasiswa Pemabuk Berat<a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj8isiXF2JC9M4wIRBTT7LMtvKgLbkTEzEShj72uWBKXi101wnF1LukOd4p3tPALYgiivnw50FzGG8kCvYrRTZRiwJh9M6mPDwKMmNcNTvNy_VDz15_0A-0HUz-Zh5b-DEd0IYKsC_1bvU/s1600-h/ilustrasi150(cbc).jpg"><img style="margin: 0pt 10px 10px 0pt; float: left; cursor: pointer; width: 150px; height: 150px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj8isiXF2JC9M4wIRBTT7LMtvKgLbkTEzEShj72uWBKXi101wnF1LukOd4p3tPALYgiivnw50FzGG8kCvYrRTZRiwJh9M6mPDwKMmNcNTvNy_VDz15_0A-0HUz-Zh5b-DEd0IYKsC_1bvU/s200/ilustrasi150(cbc).jpg" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5384163649699436098" border="0" /></a><br /><br />Fino Yurio Kristo - detikinet<br />Newscastle - Sebagian mahasiswa perguruan tinggi terbiasa mengkonsumsi minuman keras dan akhirnya mabuk-mabukan. Berdasarkan riset baru, kebiasaan negatif ini kemungkinan dapat ditanggulangi dengan bantuan internet.<span class="fullpost"><br /><br />Para periset di University of Newcastle Australia dan University of Otago, Selandia Baru, melakukan tes pada lebih dari 7200 mahasiswa di Australia. Hasilnya cukup mencengangkan, lebih dari 2400 di antara mereka dikategorikan sebagai peminum berat.<br /><br />Separuh dari para mahasiswa yang suka mabuk ini kemudian ditempatkan dalam grup pemulihan dan ditolong dengan campur tangan internet. Mereka mendapatkan motivasi dan umpan balik via web. Sedangkan separuh yang lain tidak mendapatkannya.<br /><br />Dikutip detikINET dari USNews, Minggu (20/9/2009), bantuan via internet yang diberikan tersebut beragam, di antaranya adalah informasi mengenai risiko kesehatan, konsentrasi alkohol dalam darah, dan juga link untuk menolong mereka dari masalah kecanduan alkohol.<br /><br />"Setelah satu bulan, partisipan yang dibantu dengan internet minum lebih jarang, kuantitasnya juga lebih kecil," demikian kesimpulan dari Kypros Kypri, periset yang membesut studi ini.<br /><br />Berdasarkan hasil tersebut, medium internet dinyatakan punya potensi besar untuk membantu mahasiswa mengatasi kebiasaan mabuk mereka. ( fyk / sha )<br />Sumber :www.detik.com<br /></span>Education-http://www.blogger.com/profile/06182734592281203101noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1306928631943690434.post-67499222804562931952009-09-22T12:34:00.000+07:002009-09-22T12:41:35.129+07:00Ini Dia...Negara dengan Daya Saing TI Paling Top<a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjvq8KniNx9hKjz0J-n7DHlsFC4_4OVcL149EAE4cvc6cmdBiFXJ810bG3OL_KcfOkEWeivzP-Boj3DfhoM4S1VEi_4IPuKe4Fc1YbY1VoBL5RD25b2HWMp0aVCRUYKXi2OK2Z6NQkgaG0/s1600-h/laptop150.jpg"><img style="margin: 0pt 10px 10px 0pt; float: left; cursor: pointer; width: 150px; height: 150px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjvq8KniNx9hKjz0J-n7DHlsFC4_4OVcL149EAE4cvc6cmdBiFXJ810bG3OL_KcfOkEWeivzP-Boj3DfhoM4S1VEi_4IPuKe4Fc1YbY1VoBL5RD25b2HWMp0aVCRUYKXi2OK2Z6NQkgaG0/s200/laptop150.jpg" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5384161450323018866" border="0" /></a><br /><span class="judul"></span><span class="reporter"><strong>Santi Dwi Jayanti</strong> - detikinet<br /> </span> <div class="illustrasi"> <span style="font-family:Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif;color:#000000;"><small></small></span><strong>Washington</strong> - Amerika Serikat (AS) berhasil menduduki rangking 1 dalam hal daya saing di bidang Teknologi Informasi (TI), mengalahkan negara Finlandia yang berada di nomor 2.<br /></div><br />Hasil ini mengacu pada survei tahunan yang dilakukan oleh Business Software Alliance pada 66 negara di seluruh dunia. Survei dilakukan untuk mengetahui negara mana yang memiliki sektor teknologi informasi yang paling kompetitif.<br /><span class="fullpost"><br />Poin-poin yang digunakan dalam survei tersebut antara lain tentang iklim bisnis di negara bersangkutan, daya saing infrastruktur teknologi, transparasi dan kekuatan sistem legalnya, serta kekuatan sumber daya manusianya.<br /><br />Amerika, sebagai markas dari perusahaan-perusahaan besar seperti IBM, Oracle, Intel, Apple, HP, Google memang langganan juara satu dalam urutan ini. Namun meski begitu, untuk kategori lain, ia harus mengaku kalah dengan negara-negara lain.<br /><br />Untuk kategori riset dan pengembangan misalnya, posisinya berada di belakang Kanada, Singapura dan Israel.<br /><br />Ingin tahu urutan negara-negara lain dalam kategori daya saing di bidang TI? Setelah AS di posisi puncak, beberapa di antaranya adalah Finlandia di rangking ke-2, kemudian dibuntuti oleh Swedia, lalu Kanada. Tempat 5 dan 6 masing-masing diduduki Belanda dan Inggris Raya.<br /><br />Dalam urutan ini, yang mengalami penurunan drastis adalah negara Taiwan dan Korea Selatan di mana tahun ini masing-masing ada di posisi 15 dan 16, padahal sebelumnya mereka ada di 10 besar. Demikian seperti yang dilansir <strong>detikINET</strong> dari BusinessWeek, Jumat (18/9/2009). <b> ( sha / fyk )</b><br />Sumber :www.detik.com<br /></span>Education-http://www.blogger.com/profile/06182734592281203101noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1306928631943690434.post-5274244927392761482009-09-22T12:27:00.000+07:002009-09-22T12:30:40.598+07:00Hinaan di Facebook Berujung Bunuh Diri<a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgyGwNX6wLD6wVEGqd_DYIU3HMTaj5e_V6NwVCPdPXVDc1ZZ1763-D4745MXgWcqApxsb6JjXbNVCIZQ_fJQKLEr17EIL1f_TsGPpvRnLA58o834bB2QZXWsR3L-grZRNozIO6ZuTX_fYM/s1600-h/facebook-productivityjpg150.jpg"><img style="margin: 0pt 10px 10px 0pt; float: left; cursor: pointer; width: 150px; height: 150px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgyGwNX6wLD6wVEGqd_DYIU3HMTaj5e_V6NwVCPdPXVDc1ZZ1763-D4745MXgWcqApxsb6JjXbNVCIZQ_fJQKLEr17EIL1f_TsGPpvRnLA58o834bB2QZXWsR3L-grZRNozIO6ZuTX_fYM/s200/facebook-productivityjpg150.jpg" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5384159479284256402" border="0" /></a><br /><span class="judul"></span><span class="reporter"><strong>Fino Yurio Kristo</strong> - detikinet<br /> </span> <strong>London</strong> - Seorang gadis asal Inggris, Holly Grogan, nekat bunuh diri. Orang tua korban menyalahkan situs jejaring Facebook sebagai penyebab kenekatan buah hatinya yang baru berusia 15 tahun itu.<span class="fullpost"><br /><br />Pasalnya, aksi maut Grogan yang bunuh diri dengan terjun dari jembatan diduga kuat adalah akibat pelecehan online yang dilakukan teman-temannya via situs jejaring. Pesan-pesan bernada hinaan diposting di <em>account </em>korban sehingga jiwanya tertekan.<br /><br />Orang tua korban, Steve dan Anita pun memperingatkan akan bahaya pelecehan <em>cyber</em>. Chloe Davis selaku teman korban berkisah bahwa Grogan sebenarnya adalah seorang gadis yang ceria. Namun malangnya, ia jadi target ejekan oleh beberapa teman di sekolahnya.<br /><br />"Gadis-gadis itu terus melecehkannya di Facebook dan meninggalkan komentar penghinaan," tukas Chloe seperti dilansir NYDailyNews dan dikutip <strong>detikINET</strong>, Selasa (22/9/2009).<br /><br />Begitu parah hinaan yang datang sehingga akhirnya korban pindah sekolah. Namun di sekolah baru pun, ia tetap mendapat hinaan yang tak kalah kejam. Rupanya, orang yang mengejeknya di sekolah lama memberitahu kawannya di sekolah korban yang baru untuk meneruskan aksi jahat itu.<br /><br />Ejekan bertubi-tubi ini diduga membuat korban tak kuat menanggungnya dan akhirnya memilih bunuh diri. Orang tua korban pun mengaku sangat kehilangan puterinya yang harus jadi korban pelecehan cyber. <b> ( fyk / fyk )<br />Sumber : www.detik.com<br /></b> </span>Education-http://www.blogger.com/profile/06182734592281203101noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1306928631943690434.post-1256348835669987622009-09-22T12:21:00.000+07:002009-09-22T12:25:24.185+07:005 Tips Hindari Mata Lelah di Depan Monitor<a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjmua6DLP56Pee0PU3WzChBjkmeawu2HyFIpEY3XmZwYFsvK8YeoJJxsfCKa9NPbja567-Ja3HVwD0zCJkzHmfMG36plJJiLnb4l3mjnpkmQoCHiBSu4a7oTm8JLQUe4dxPmF9fbYPubKI/s1600-h/eye_strain.jpg"><img style="margin: 0pt 10px 10px 0pt; float: left; cursor: pointer; width: 200px; height: 128px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjmua6DLP56Pee0PU3WzChBjkmeawu2HyFIpEY3XmZwYFsvK8YeoJJxsfCKa9NPbja567-Ja3HVwD0zCJkzHmfMG36plJJiLnb4l3mjnpkmQoCHiBSu4a7oTm8JLQUe4dxPmF9fbYPubKI/s200/eye_strain.jpg" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5384158022879959922" border="0" /></a><br /><span class="judul"></span><br /> <span class="reporter"> </span> <strong>Jakarta</strong> - Beberapa dari kita tentu memiliki kebiasaan untuk bekerja berlama-lama di depan monitor PC, entah untuk bekerja atau melakukan hal lain seperti bermain game dan browsing. Alhasil efek mata lelah dan kepala pening pun tak dapat dihindari.<span class="fullpost"><br /><br />Walau banyak yang menganggap fakta ini tidak sepenuhnya benar, namun kenyataannya hal ini tetap mempengaruhi kesehatan mata kita. Efeknya terkadang kita sedikit kesulitan untuk memfokuskan objek pandang, dan sebagainya. Hal ini tentunya diakibatkan pancaran radiasi monitor yang terlalu lama saat kita bekerja.<br /><br />Seperti dikutip <strong>detikINET</strong> dari softpedia, Senin (14/9/2009) berikut ini adalah beberapa tips menghindari mata lelah, saat berada di depan monitor:<br /><br /><strong>1. Jaga jarak pandang dari monitor.</strong><br /><br />Berada terlalu dekat dengan monitor memang sedikit membahayakan bagi mata kita. Seharusnya kita menjaga jarak pandang ke monitor kita dengan baik. Jarak yang disarankan adalah sekitar 20-40 inchi (50-100cm) dari mata.<br /><br />Jika kita masih kesulitan membaca padahal monitor sudah berada pada jarak 20 inchi, cobalah untuk memperbesar font kita hingga kita merasa nyaman.<br /><br /><strong>2. Singkirkan CRT, Beralih ke LCD</strong><br /><br />Monitor tabung (CRT) memang memberi efek yang lebih buruk dibanding LCD, selain energi yang dibutuhkan juga lebih besar. Cobalah mengganti monitor CRT kita dengan LCD.<br /><br />Namun harga monitor LCD memang lebih mahal dibanding CRT. Bagi kita yang masih menyeyangi monitor CRT, ada baiknya kita membeli filter anti-radiasi. ini adalah solusi untuk mengurangi rasa nyeri mata akibat duduk berlama-lama di depan monitor, namun dengan harga yang murah.<br /><br /><strong>3. Atur monitor setting </strong><br /><br />Beberapa monitor yang ada sekarang banyak menyediakan <em>pre-set display</em> mode, untuk memudahkan pengguna mengganti setting layar mereka. Pre-set setting tersebut memberi level <em>brightnes</em> yang berbeda, untuk menyesuaikan kondisi penggunaan monitor. Adakalanya manfaatkan hal tersebut.<br /><br />Misal settingan seperti, 'text' atau 'internet' akan terasa lebih sejuk di mata, saat kita gunakan untuk mengetik ataupun browsing. Setingan 'game' atau 'movie' akan terlihat lebih terang saat digunakan.<br /><strong><br />4. Gunakan kacamata anti radiasi</strong><br /><br />Walau hal ini membutuhkan biaya yang relatif lebih mahal, namun ada baiknya saat memiliki cukup uang kita membeli kacamata anti-radiasi. Selain bisa dibawa kemanapun kita bekerja, kacamata ini tak hanya berguna saat kita bekerja di depan monitor, namuna juga melindungi mata dari cahaya lampu mobil, radiasi TV, dan sebagainya.<br /><br />Faktanya lapisan anti-radiasi pada kacamata tersebut, sangat berguna bagi mata kita. Karena lapisan tersebut secara otomatis mengurangi efek nyeri di mata akibat radiasi cahaya berlebih.<br /><strong><br />5. Mengistirahatkan mata sejenak, secara berkala</strong><br /><br />Cara termudah menghindari mata lelah akibat radiasi monitor adalah mengistirahatkannya secara berkala. Cobalah untuk mengistirahatkan mata sekitar 5 menit tiap jamnya. Kita dapat menggunakan waktu 5 menit tersebut untuk berjalan-jalan, melihat pemandangan, mencuci muka dan sebagainya. Yang penting menjauh dari monitor.<br /><br />Sumber : www.detik.com<br /></span>Education-http://www.blogger.com/profile/06182734592281203101noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1306928631943690434.post-72629189464161711062009-09-22T11:36:00.001+07:002009-09-22T12:15:44.663+07:00Dasar-Dasar CavingI. PENDAHULUAN<br /><br />1. Definisi Telusur Gua<br /><br />Kegiatan di alam bebas semakin berkembang. Mendaki gunung sudah sangat dikenal, meniti tebing terjal, bahkan menginjak puncak gunung es atau salju kini bukan lagi merupakan suatu impian. Ada satu kegiatan lain di alam bebas yang mulai berkembang, yaitu Telusur Gua.<br /><br />Jika bentuk kegiatan di alam bebas kebanyakan dilakukan di alam terbuka, tidak demikian halnya dengan telusur gua ; kegiatan ini justru dilakukan di dalam tanah.<br /><br />Telusur Gua atau Caving berasal dari kata cave, artinya gua. Menurut Mc Clurg, cave atau gua bearti “ruang alamiah di dalam bumi”, yang biasanya terdiri dari ruangan-ruangan dan lorong-lorong.<span class="fullpost"><br /><br />Aktivitas Caving diterjemahkan sebagai ‘aktivitas penelusuran gua’. Setiap aktivitas penelusuran gua, tidak lepas dari keadaan gelap total. Justru keadaan seperti ini yang menjadi daya tarik bagi seorang caver, sebutan untuk seorang penelusur gua. Petualangan di lorong gelap bawah tanah menghasilkan pengalaman tersendiri. Perasaan ingin tahu yang besar bercampur dengan perasaan cemas karena gelap total. Ada apa dalam kegelapan itu ? membahayakankah ? adakah kehidupan di sana ? Pertanyaan lebih jauh bagaimana lorong-lorong itu terbentuk ? Pertanyaan yang kemudian timbul, kemudian berkembang menjadi pengetahuan tentang gua dan aspeknya, termasuk misteri yang dikandungnya. Maka dikenal istilah “speleologi”. Ruang lingkup ilmu pengetahuan ini tidak hanya keadaan fisik alamaiahnya saja, tetapi juga potensinya; meliputi segi terbentuknya gua, bahan tambang, tata lingkungan, geologi gua, dan segi-segi alamiah lainnya.<br /><br />Kalau sebagian orang merasa enggan untuk mendekati “lubang gelap mengangga”, maka para penelusur gua justru masuk kedalamnya, sampai berkilo-kilometer jauhnya. Lubang sekecil apapun tak luput dari perhatiannya, jika perlu akan ditelusuri sampai tempat yang paling dalam sekalipun.<br /><br />Mc. Clurg mencatat, setiap penelusuran gua tidak menginginkan lorong yang ditelusurinya berakhir, mereka mengharapkan di setiap kelokan di dalam gua dijumpai lorong-lorong yang panjangnya tidak pernah disaksikan oleh siapapun sebelumnya. Sehingga apabila orang bertanya, “ Mengapa mereka memasuki gua ?”, barangkali catatan Norman Edwin adalah jawabannya, “ Adalah suatu kepuasan bagi seorang penelusur gua bila lampu yang dibawanya merupakan sinar pertama yang mengungkapkan sebuah pemandangan yang menakjubkan di bawah tanah”.<br /><br />2. Sejarah Penelusuran Gua<br /><br />Sejarah penelusuran gua dimulai di Eropa sejak 200 tahun lalu. Eksplorasi pertama tercatat dalam sejarah adalah tanggal 15 Juli 1780, ketika Louis Marsalliers menuruni gua vertikal Fairies di Languedoc, Perancis. Kemudian pada tanggal 27 Juni 1888, seorang ahli hukum dari Paris bernama Eduard Alfred Martel mengikuti jejak Marssalliers. Penelusurannya kali ini direncanakan lebih matang dengan menggunakan peralatan lengkap seperti katrol, tangga gantung, dan perahu kanvas yang pada waktu itu baru diperkenalkan oleh orang-orang Amerika. Bahkan telephone yang baru diperkenalkan digunakan untuk komunikasi di dalam tanah. Usaha Martel ini dianggap sebagai revolusi di bidang penelusuran gua, sehingga ia disebut sebagai “Bapak Speleologi Modern”.<br /><br />Prestasi Martel juga dalam hal memetakan gua yang merupakan kewajiban seorang penelusur gua ketika ia melakukan eksplorasi gua ketika ia melakukan eksplorasi gua. Antara tahun 1888-1913, Martel telah banyak memetakan gua dalam setiap penelusurannya, ini digunakan untuk kepentingan ilmiah, dan untuk merekam kedalaman serta panjang gua-gua tersebut.<br /><br />Ketika Perang Dunia II selesai, kegiatan penelusuran gua memunculkan kembali dua orang tokoh ; Robert de Jolly dan Norman Casteret. De Jolly merupakan pembaharu di bidang peralatan peralatan penelusuran gua, seperti tangga gantung dari aluminium dan perahu kanvas yang lebih sempurna. Penemuan ini mejadi standar bagi para penelusur gua sampai 50 tahun kemudian. Sedangkan Casteret menjadi pioneer di bidang “cave diving”. Usahanya ini dilakukan pada tahun 1922, ketika Casteret pertama kali menyelami lorong-lorong yang penuh air di gua Montespan tanpa bantuan peralatan apapun. Karangan-karangan Casteret antara lain “My Cave” dan “Ten Years Under Ground”, yang kemudian menjadi buku pegangan bagi para penggemar cave diving dan ahli speleologi.<br /><br />Kebanyakan penelusur gua memulai kegiatannya sebagai pemanjat tebing, karena memang kegiatan yang dilakukan hampir serupa. Para pemanjat tebing pula yang memberi inspirasi bagi perkembangan penelusuran gua. French Alpine Club, sebuah perkumpulan pendaki gunung ternama di Eropa telah mengadakan ekspedisi bawah tanah, dan untuk pertama kalinya menggunakan tali sebagai pengganti tangga gantung. Kelompok ini pula yang mencipatakan rekor penurunan gua vertikal sedalam 608m.<br /><br />Sejarah penelusuran gua sejalan dengan sejarah penelitian gua (speleologi), kedua kegiatan ini tak dapat dipisahkan satu dengan lainnya. Hal inilah yang dilakukan oleh Eduard Martel, Robert de Jolly, Norman Casteret dan banyak lagi penelusur gua di seluruh dunia.<br /><br />II. TERJADINYA GUA DAN JENISNYA<br /><br />Dua unsur penting yang memegang peran terjadinya gua, yaitu rekahan dan cairan. Rekahan atau lebih tepat disebut sebagai “zona lemah”, merupakan sasaran bagi suatu cairan yang mempunyai potensi bergerak keluar. Cairan ini dapat berupa larutan magma atau air. Larutan magma menerobos ke luar karena kegiatan magmatis dan mengikis sebagian daerah yang dilaluinya. Apabila kegiatan ini berhenti, maka bekas jejaknya (penyusutan magma cair) akan meninggalkan bentuk gua, lorong, celah atau bentuk lain semacamnya. Ini sering disebut gua lava, biasanya di daerah gunung berapi.<br /><br />gambar 1. proses terbentuknya gua<br /><br />Proses yang terjadi terhadap batuan yang dilaluinya, tidak hanya proses mekanis, tetapi juga proses kimiawi. Karenanya, dinding celah atau gua, biasanya mempunyai permukaan yang halus dan licin.<br /><br />Pembentukan gua lebih sering terjadi pada jenis batuan gamping, karst, dengan komposisi dominan Kalsium Karbonat (CaCO3), disebut gua batu gamping. Batuan ini sangat mudah larut dalam air, bisa air hujan atau air tanah. Oleh karenanya, reaksi kimiawi dan pelarutan dapat terjadi di permukaan dan di bawah permukaan. Tetapi sering kali ditemukan juga mineral-mineral hasil reaksi yang tidak larut di dalam air, misalnya kuarsa dan mineral ‘lempung’. Lazimnya bahan-bahan ini akan membentuk endapan tersendiri. Sedangkan larutan jenuh kalsium, di tempat yang tidak terpengaruh oleh tenaga mekanis, diendapkan dalam bentuk kristalin, antara lain berupa stalagtit dan stalagmit, yang tersusun dari mineral kalsit, dan variasi-variasai ornamen gua lainnya yang menarik untuk dilihat.<br /><br />Air cenderung bergerak ke tampat yang lebih rendah. Sama dengan yang terjadi di bawah permukaan. Sama dengan yang terjadi di bawah permukaan. Hal ini berakibat daya reaksi dan pengikisan bersifat kumulatif. Tidak heran betapapun kecilnya sebuah celah tempat masuknya air di permukaan dapat menyebabkan hasil pengikisan berupa rongga yang besar, bahkan lebih besar di tempat yang lebih dalam. Rongga yang terbentuk mestinya berhubungan pula, hal ini mungkin karena sifat air yang mudah menyusup ke dalam celah yang kecil dan sempit sekalipun.<br /><br />Ukuran besarnya gua tidak hanya tergantung pada intensitas proses kimiawi dan pengikisan yang berlangsung, akan tetapi juga ditentukan oleh jangka waktu proses itu berlangsung. Sedangkan pola rongga yang terjadi di bawah permukaan tidak menentu. Seandainya ditemukan pola rongga yang spesifik (mengikuti arah tertentu) maka dapat diperkirakan faktor geologi ikut berperan, misalnya adanya sistim patahan atau aspek geologis lainnya.<br /><br />gambar 2. proses pembentukan stalaktit<br /><br />Selain jenis lava dan batu gamping yang dapat menyebabkan terjadinya gua, jenis batu pasir juga kadang-kadang memungkinkan terjadinya gua, demikian pula batuan yang membentuk lereng curam di tepi pantai. Kedua jenis batuan yang terakhir ini, biasanya mengakibatkan terjadinya gua yang tidak begitu dalam. Tenaga yang mempengaruhinya adalah tenaga mekanis berupa hantaman air atau hempasan ombak. Gua yang terjadi di sini disebut gua laut.<br /><br />Di dalam proses pembentukan lorong ada banyak sekali kemungkinan bentuk, termasuk juga pembentukan apa yang kemudian kita sebut sebagai ornamen gua atau speleothem, beberapa ornamen yang memiliki sifat sama diberi nama; diantaranya;<br /><br />gambar 3. stalaktit dan straw<br /><br />1. Aragonite : Crystalline / cristal yang terbentuk dari CaCO3, jarang dijumpai.<br />2. Flow Stone : Kalsit (Calsite) yang terdeposisi (diendapkan) pada dinding lorong gua.<br />3. Gours : Kumpulan kalsit yang terbentuk di dalam aliran air atau kemiringan tanah. Aliran ini mengandung banyak CO2. Semakin CO2 memuai (menguap), kalsit yang terbentuk semakin banyak.<br />4. Helectite : Formasi gua yang timbul dengan sudut yang berlawanan dari gaya tarik bumi. Biasanya melingkar.<br />5. Marble : Batu gamping yang mengalami perubahan bentuk dimetamorfasekan oleh panas dan tekanan sehingga merubah struktur yang unik dari batu tersebut.<br />6. Stalactite : Formasi kalsit yang menggantung<br />7. Stalacmite : Formasi kalsit yang tumbuh ke atas, di bawah atap stalactite.<br />8. Straw : seperti stalactite tapi diameternya kecil, sebesar tetasan air.<br />9. Styalalite : Garis gelombang yang terdapat pada potongan batu gamping.<br />10. Pearls : Kumpulan batu kalsit yang berkembang di dalam kolam di bawah tetesan air. Disebut pearls karena bentuknya mirip mutiara.<br />11. Curtain : Endapan yang berbentuk seperti lembaran yang terlipat, menggantung di langit-langit gua atau di dinding gua.<br />12. Column<br />13. Couli Flower<br />14. Rimstone Pool : Berbentuk seperti bendungan yang berbentuk ketika terjadi pengendapan air, CO2-nya menghilang dan menyisakan kalsit yang bersusun-susun.<br /><br />gambar 4. curtain, rimestone pool, pearl cave<br /><br />III. ETIKA DALAM PENELUSURAN GUA<br /><br />Penelusuran gua merupakan kegiatan kelompok, karenanya dalam setiap penelusuran tidak dibenarkan seorang diri. Jumlah minimal untuk sebuah eksplorasi gua adalah 4 orang. Hal ini didasarkan atas pertimbangan, jika terjadi kecelakaan pada salah seorang anggota kelompok, satu orang dibutuhkan untuk menjaganya, sedangkan dua lainnya mempersiapkan pertolongan (rescue), atau kalau tidak mungkin, cari pertolongan kepada penduduk.<br /><br />Sebelum memasuki gua, hal yang harus dilakukan adalah meninggalkan pesan kepada orang lain tentang : tujuan gua yang akan dimasuki, jumlah penelusur, lama kegiatan, bagian gua yang akan dimasuki, dan lain-lain. Kemudian tinggalkan seorang pengamat di luar gua. Orang ini akan sangat berguna untuk memberi peringatan, jika terjadi sesuatu di luar gua, misalnya hujan lebat yang dapat mengakibatkan banjir dalam gua. Kalau tidak mungkin, pelajarilah keadaan cuaca terakhir di daerah tersebut, juga disiplin waktu yang disepakati.<br /><br />Hal lain yang harus diperhatikan, yaitu membawa makanan dan minuman. Paling penting kondisi badan harus selalu fit di saat melakukan penelusuran gua. Sikap yang baik, menyadari kemampuan diri sendiri dan tidak memaksakan diri untuk menelusuri gua, jika kondisi atau kemampuan tidak memungkinkan.<br /><br />Satu hal yang harus diresapi dan disadari oleh setiap penelusur gua yaitu masalah “konservasi”. Jangan mengambil apapun, jangan meninggalkan apapun dan jangan bunuh apapun. Setiap buangan yang ditinggalkan akan merusak lingkungan biologis gua yang sangat rapuh, misalnya sampah karbit. Bawalah semua sampah-sampah ke luar gua dan buang ke tempat pembuangan sampah. Setiap kerusakan yang ditimbulkan oleh penelusur adalah tindakan tercela, karena untuk merusakkan benda-benda dalam gua misalnya stalagmit dan stalagtit hanya butuh beberapa detik saja, sedangkan proses pembentukan benda-benda tersebut membutuhkan waktu ribuan bahkan jutaan tahun.<br /><br />Jika prinsip-prinsip di atas disadari dan dilaksanakan oleh penelusur gua, maka semboyan: take nothing but picture, leave nothing but footprint, kill nothing but time, terasa semakin berarti.<br /><br />IV. TEKNIK DALAM PENELUSURAN GUA<br /><br />IV.1. Penelusuran Gua Horisontal<br /><br />Pada dasarnya setiap penelusur gua, harus memulai perjalanannya dalam kondisi tubuh fit . Malah dalam sebuah buku teks disebutkan , apabila badan terasa kurang fit, sebaiknya perjalanan eksplorasi gua dibatalkan (etika penelusuran gua). Hal ini disebabkan karena udara di dalam gua sangat buruk, penuh deposit kotoran burung dan kelelawar, ditambah kelembaban yang sangat tinggi. Mudah sekali dalam kondisi demikian seorang penelusur gua terserang penyakit paru-paru, beberapa pioneer penelusur gua menghentikan kegiatan eksplorasinya karena terserang penyakit ini.<br /><br />Selain memerlukan kondisi tubuh yang baik, seorang penelusur gua sedikit banyak harus harus memiliki kelenturan tubuh dan yang terpenting tidak cepat menjadi panik dalam keadaan gelap dan sempit. Bentuk tubuh juga mempengaruhi kecepatan gerak seorang penelusur gua. Penelusur Gua ideal adalah yang memiliki badan relatif kecil meskipun belum tentu menjadi jaminan akan menjadi penelusur handal.<br /><br />Dalam penelusuran horisontal, kita lakukan gerak, jalan membungkuk, merangkak, merayap, tengkurap, dan kadang terlentang, menyelam serta berenang. Dengkul dan ujung siku merupakan sisi penting buat seorang penelusur atau caver.<br /><br />Peralatan pribadi untuk gua horisontal<br /><br />1. Helm<br />2. Caving sling<br />3. Cover all<br />4. Caving pack sack<br /><br />Peralatan tim untuk gua horisontal<br /><br />1. Perahu karet<br />2. Tali<br />3. Kamera<br />4. Kompas<br />5. Topofil<br /><br />IV.2 Penelusuran Gua Vertikal<br /><br />Sampai dengan saat ini, ada beberapa sistem yang digunakan dalam penelusuran gua vertikal. Yang dianggap terbaik karena efektifitasnya adalah Single Rope Technique (SRT).<br /><br />SRT hanya menggunakan satu tali tunggal, dan menggunakan prinsip pemindahan beban ketika menaiki tali tersebut, sehingga menggunakan dua alat naik.<br /><br />IV.2.1 Peralatan Penelusuran Gua Vertikal<br /><br />Disini hanya akan dibahas mengenai peralatan yang digunakan untuk keperluan SRT, dan sedikit alternatifnya.<br /><br />A. Peralatan Pribadi<br /><br />Perlengkapan/peralatan yang disebutkan di bawah ini merupakan perlengkapan yang harus melekat pada seorang penelusur gua pada saat melakukan penelusuran gua vertikal. Secara garis besar peralatan yang harus dikenakan pribadi dibagi menjadi 3, yaitu alat untuk naik, alat untuk turun dan peralatan penunjang.<br /><br />Peralatan Naik (ascender)<br />Ada beberapa jenis peralatan yang dapat dikategorikan dalam ascender, yang memiliki keistimewaan apabila terbeban akan semakin mengunci ke tali.<br /><br />1. Foot Loop Jammer<br />Alat ini akan digunakan oleh tangan untuk menarik beban badan, dihubungkan dengan webbing ke sit harness, sehingga juga menjadi pengaman kita. Pada alat ini ditempatkan foot-loop (sling injak) dan security link (tali pengaman). Alat ini menggunakan gigi-gigi runcing untuk mencengkram mantel dari tali, sehingga semakin terbeban akan semakin mengunci ke tali. Yang biasa digunakan sebagai Foot Loop Jammer adalah Jumar produksi Petzl, yang memiliki dua warna, kuning untuk tangan kiri, dan biru untuk tangan kanan. Ada beberapa jenis ascender lain yang memiliki bentuk dan fungsi hampir sama dengan Jumar Petzl, diantaranya CMI Jammer.<br /><br />2. Chest Jammer<br />Alat untuk naik yang prinsipnya hampir sama dengan Jumar, namun bentuknya lebih ringkas (tidak ada pegangan untuk tangan), dan dihubungkan langsung dengan Sit Harness dan Chest Harness, selain sebagai alat naik, juga berguna untuk menjaga agar badan tetap sejajar dengan tali. Chest Jammer keluaran Petzl biasa disebut Croll yang memang sudah dirancang untuk kepentingan SRT.<br /><br />Jumar dan Croll merupakan dua alat utama yang digunakan dalam SRT, ketika badan kita menggunakan Croll sebagai pengaman, dalam artian beban kita bergantung di Croll, tangan kita dapat menggunakan Jumar untuk menambah ketinggian.<br /><br />Peralatan Turun (Descender)<br /><br />1. Figure Of Eight<br />Dapat digunakan sebagai alat turun, namun dalam SRT hal ini tidak dianjurkan, mengingat Figure Of Eight mengandalkan friksi dengan tali dengan cara membelokkan arah tali, sementara tali yang digunakan di SRT adalah Tali Statis yang akan lebih mudah rusak apabila arah gayanya diubah.<br /><br />2. Bobin Descender<br />Alat yang dikeluarkan Petzl ini, dikhususkan penggunaannya untuk menuruni tali pada SRT, yang digunakan adalah Bobin Single Rope. Bobin digunakan oleh orang yang sudah terbiasa menuruni tali dengan SRT, karena tidak memiliki kunci pengaman, kontrol kecepatan diatur oleh tangan kita.<br /><br />3. Rack<br />Rack memiliki batang-batang yang dapat dirubah posisinya, untuk mengatur friksi antara alat dengan tali, hal ini akan mempengaruhi kecepatan. Rack akan relatif lebih dingin setelah pengunaan jangka panjang.<br /><br />4. Auto Stop Descender<br />Auto Stop merupakan alat turun yang paling aman untuk digunakan dalam melakukan SRT. Hal ini karena Auto Stop dilengkapi dengan sistem kunci otomatis, dan dapat dipasang tanpa melepaskannya dari kaitan ke harness.<br /><br />Peralatan Penunjang<br />Merupakan peralatan yang juga harus dikenakan ketika melakukan SRT, yang digambarkan disini adalah prinsip-prinsipnya, bisa digunakan benda lain dengan prinsip sama<br /><br />1. Sit Harness<br />Ada berbagai jenis Sit Harness, untuk keperluan SRT Petzl khusus mengeluarkan Avanti. Sit Harness ini berbeda dengan harness untuk keperluan memanjat ataupun canyoning. Avanti dapat diubah ukurannya sesuai dengan badan kita, karena dalam melakukan SRT, ukurannya harus benar-benar tepat agar terasa nyaman.<br /><br />2. Linking Maillon<br />Semacam karabiner tetapi tidak memiliki sebuah gate (pintu dengan per). Maillon sangat kuat, terdiri dari berbagai tipe dan ukuran. Linking Maillon gunanya sebagai penghubung foot-loop jammer dengan foot-loop dan safety link. Alternatif lain dapat menggunakan small oval screwgate carabiner.<br /><br />3. Foot Loop<br />Atau tangga, digunakan waktu naik meniti tali. Foot loop merk “Camp” dapat dipanjang dan pendekkan sesuai dengan keperluan. Alternatif lain memakai etrier atau sling.<br /><br />4. Security Link<br />Disebut juga “safety link”, gunanya sebagai safety pada waktu naik. Terbuat dari Dynamic Climbing Rope, berdiameter 9mm. Panjangnya sejangkau tangan atau lebih. Pada kedua ujungnya dibuat “figure of eight knot”. Ujung pertama di foot loop jammer dan ujung lainnya di attachment pada sit harness. Bisa juga menggunakan webbing.<br /><br />5. Chest Harness<br />Merupakan harness khusus di dada. Bentuknya seperti angka delapan. Chest harness berguna untuk menempatkan “petzl croll” waktu naik, sehingga badan tetap sejajar dengan tali. Figure of eight chest harness merupakan perlengkapan standar. Alternatif lain memakai sling/chest strap.<br /><br />6. Main Attachment<br />Delta maillon 10mm adalah main attachment. Terbuat dari baja (steel) atau aluminium. Main attachment merupakan tempat utama untuk berbagai kaitan/sangkutan. Selain untuk mengunci sit harness, delta maillon juga untuk mengkaitkan croll, security link, cow’s tail dan descender. Untuk posisi main attachment tidak pernah digunakan carabiner.<br /><br />7. Cow’s tail<br />Sebagai pengaman pada saat melewati sambungan tali dan pindah anchor, waktu menuruni tali atau menaiki tali. Cow’s tail dapat dibuat dari “climbing rope 11mm”. Panjangnya kemudian dilipat dua tidak sama panjang. Masing-masing ujungnya dibuat figure of eight knot juga bagian tengahnya, bagian yang membagi dua. “loop” pada bagian tengah ini dikaitkan pada delta maillon.<br /><br />8. Karabiner<br />Oval karabiner digunakan untuk cow’s tail sedangkan oval screw gate karabiner untuk descender. Pada umumnya dalam penelusuran gua vertikal digunakan ‘oval screw gate carabiner’.<br /><br />9. Helmet<br /><br />Merupakan perlengkapan vital dan wajib dikenakan oleh para penelusur gua. Gunanya untuk melindungi kepala dari kemungkinan terbentur atau tertimpa batu. ‘Petzl helmet’ diperlengkapi dengan lampu karbit.<br /><br />gambar 8. peralatan pribadi SRT<br /><br />B. Perlengkapan Tim<br /><br />1. Tali<br /><br />Tali yang dipakai dalam penelusuran gua vertikal, harus mempunyai karakteristik sebagai berikut : kuat, memiliki daya tahan terhadap gesekan, daya lentur kecil dan dapat menyerap kejut. Speleo rope memenuhi syarat ini. Biasanya, spleleo rope yang dipakai berdiameter 9,5 mm sampai 11 mm.<br /><br />Pemeliharaan :<br /><br />Untuk memperpanjang umur tali, jauhkan dari asam (acid), alkali, hindarkan dari kemungkinan gesekan dengan batu, atau gunakan “rope pad” (alas tali). Cucilah tali setelah digunakan, tetapi jangan memakai sabun, pakailah sikat halus. Jemur tali di tempat teduh da berangin, jangan sekali-kali menjemur di panas matahari.<br /><br />2. Webbing<br /><br />Disebut juga tape (pita) terbuat dari nilon. Digunakan untuk membuat harness, anchor, dan lain-lain.<br /><br />3. Perlengkapan lainnya<br /><br />Perlengkapan lain yang diperlukan seperti tas untuk membawa tali (rucksack, tackle bag), juga untuk membawa perlengkapan lainnya. Alat penerangan seperti lampu batre, lampu karbit, atau lainnya. Sebaiknya membawa batre atau karbit cadangan. Untuk membawa karbit dapat digunakan ban dalam mobil atau motor.<br /><br />Untuk mengarungi sungai di dalam gua diperlukan perahu karet khusus.<br /><br />IV.2.2 Tali Temali (Knots)<br /><br />Merupakan pengetahuan dasar yang wajib diketahui oleh penelusur gua. Simpul-simpul yang biasa digunakan di dalam penelusuran gua, yaitu:<br /><br />1. Bowline<br /><br />Digunakan untuk membuat anchor karena sifatnya yang semakin mengikat apabila mendapat beban. Bowline juga digunakan dalam teknik rescue. Waktu membuat simpul ini, ujung tali harus overhand knot.<br /><br />gambar 9. Bowline dan Figure of 8<br /><br />2. Figure of eight<br /><br />Merupakan simpul yang paling penting karena sering digunakan. Mudah membuatnya dan melepaskannya. Dipakai untuk membuat anchor, sebagai tali belay dan untuk menyambung tali.<br /><br />3. Tape knot<br /><br />Simpul ini digunakan untuk menyambung webbing dengan menggabungkan kedua ujungnya. Tidak ada simpul lain untuk keperluan tersebut.<br /><br />4. Butterfly knot<br /><br />Berfungsi untuk mengikat tali yang patah sehingga tidak terbeban. Simpul ini untuk tali dengan beban vertikal.<br /><br />5. Prusik knot<br /><br />Untuk prusikking (naik tali dengan bantuan prusik)<br /><br />gambar 10. Tape Knot dan Prusik Knot<br /><br />IV.2.3 Sistim Anchor<br /><br />Anchor merupakan sebuah “titik keamanan”. Anchor yang baik, menjamin keselamatan penelusur gua, saat menuruni sumuran (potholing) maupun pada saat kembali naik. Dalam verical caving dikenal sistim “back up” dengan menggunakan beberapa titik (point). Selain untuk keamanan juga agar tali tergantung bebas (hang belay) , guna menghindari gesekan batu.<br /><br />Kegunaan lain anchor adalah , untuk membelay dan untuk keperluan tertentu, seperti hauling, lowering, rescue dll.<br /><br />Ada dua macam sistim anchor, yaitu :<br /><br />1. Anchor Alam (Natural Anchor)<br /><br />Natural Anchor relatif sangat kuat, dengan memanfaatkan batu, pohon dan lain-lain. Caranya dengan melingkarkan sling pada batu atau pohon. Dapat juga langsung menggunakan tali, dengan simpul bowline.<br /><br />gambar 11. Natural Anchor dan Artificial Anchor<br /><br />2. Artificial Anchor<br /><br />Dinding gua biasanya tidak mempunyai rekahan, polos dan licin. Karenanya dibuat anchor buatan. Dalam vertikal caving, dapat menggunakan ‘bolt’, sedangkan piton dan chock jarang digunakan. Dua hal yang sangat penting untuk diperhatikan :<br /><br />2. 1 Posisi Anchor : Posisi yang benar akan menghindarkan tali dari gesekan batu<br /><br />2.2 Periksa keadaan dinding gua sebelum dipasang anchor, dengan cara mengetukkan hammer ke dinding gua. Bunyi gaung yang hampa menandakan batu yang rapuh.<br /><br />gambar 12. rigging the rope<br /><br />IV.2.4 Abseiling (teknik menuruni tali)<br /><br />Dengan sistem SRT, teknik menuruni menjadi sangat mudah dan nyaman, dibandingkan dengan penggunaan tangga gantung yang rumit. Yang harus diingat ialah ketika melakukan SRT badan kita harus selalu berada dalam kondisi aman, dalam artian ada paling tidak satu buah pengaman yang menjaga apabila terjadi sesuatu. Dalam hal ini, pengaman yang paling terakhir dilepas dan paling awal dipasang adalah Cow’s Tail.<br /><br />Cara menuruni tali :<br /><br />Pertama pasang cow’s tail pada back up belay, kemudian pasang tali pada descender. Setelah descender terpasang, lepaskan cow’s tail dan lakukan abseiling. Tangan kiri pada descender, sedangkan tangan kanan memegang tali bawah sebagai kontrol laju pada waktu turun.<br /><br />Kecepatan waktu abseiling sebaiknya konstan, jangan terlalu cepat atau tersendat-sendat selain berbahaya juga akan merusak tali. Untuk mengurangi laju percepatan gunakan carabiner untuk menambah friksi. Carabiner ini dikaitkan pada main attachment. Sebelum melakukan abseiling, jangan lupa membuat simpul pada ujung tali.<br /><br />gambar 12. memasang dan mengunci autostop<br /><br />Pindah Anchor (passing a re-bellay on the descend)<br /><br />Seringkali pada saat penelusuran gua harus memasang anchor lebih dari satu. Untuk dapat melewati anchor waktu turun atau naik, diperlukan pengetahuan atau teknik pindah anchor.<br /><br />Teknik pindah atau melewati anchor :<br /><br />- Pasang cow’s tail pendek pada anchor, pada saat posisi descender sejajar dengan anchor.<br />- Turun lagi sampai beban ada pada cow’s tail pendek, pasang cow’s tail panjang pada hang belay, buka descender yang sudah bebas beban.<br />- Buka cow’s tail pendek dengan cara berdiri pada foot loop.<br />- Lanjutkan abseiling, lepaskan cow’s tail panjang dan lepas foot loop jammer.<br /><br />Pindah Sambungan (Passing a knot on the descend)<br /><br />Kadang-kadang tali yang digunakan untuk menuruni gua tidak cukup panjang dan harus disambung dengan tali lain agar dapat mencapai dasar.<br /><br />Teknik melewati sambungan :<br /><br />- Turunkan descender hingga menyentuh sambungan tali<br />- Pasang cow’s tail pada safety loop figure of eight<br />- Pasang chest jammer, croll pada tali di atas descender, jangan terlalu jauh atau terlalu dekat<br />- Buka descender dan pasang di tali bawah sambungan dengan posisi mengunci<br />- Buka croll, dengan bantuan foot loop<br />- Lanjutkan abseiling setelah melepas cow’s tail dan foot loop jammer.<br /><br />IV.2.5 Prussiking (teknik menaiki tali)<br /><br />Yaitu bagaimana supaya penelusur gua dapat tiba kembali ke permukaan. Dalam vertikal caving, telah dikembangkan berbagai teknik memakai tali dengan kelemahan dan kelebihannya.<br /><br />Ada dua system, yaitu :<br /><br />1. Rope Walking System<br /><br />Ciri utama dari sistim ini adalah kedua kaki diikat pada ascender yang terpisah, sehingga setiap kaki dapat bergerak dengan bebas. Gerakan yang terlihat seperti seorang yang sedang menaiki tangga. Semakin tegak badan seseorang, semakin efisien sistim ini berjalan. Rope walking system terdiri dari Floating system, Basis Mitchell system, Pigmy system dan gabungan ketiganya.<br /><br />gambar 13. sit-stand system<br /><br />2. Sit-stand system<br /><br />Berbeda dengan rope walking system, pada sistim ini tidak menggunakan dua ascender, tetapi cukup hanya satu ascender. Kedua kaki bergerak bersama, sehingga beban ditopang bersama. Keuntungannya kaki tidak cepat capai dan mudah untuk istirahat. Sit stand system terdiri dari frog system, inchworm system, texas system dan a one ascender prusik system. Dari keempat sistim, frog system paling sering digunakan karena efisien dan aman.<br /><br />Frog system menggunakan satu jummar dan chest jammer croll di dada. Tangan kanan mendorong jumar ke atas, sehingga kedua kaki dalam foot loop berada dalam posisi terlipat. Pada posisi berdiri, croll ikut bergerak ke atas, sampai berada di bawah jummar. Demikian seterusnya.<br /><br />Pindah anchor (passing a re-belay on the ascend)<br /><br />Seperti pada abseiling, teknik melewati anchor waktu naik tidak banyak berbeda. Teknik melewati anchor :<br /><br />- Pasang cow’s tail pada anchor<br />- Pindahkan foot loop jammer ke tali di atas anchor berdiri<br />- Berdiri di foot loop, buka croll dan pasang pada tali atas.<br />- Buka cow’s tail dan lanjutkan ascending.<br /><br />Pindahan sambungan (passing a knot in the ascend)<br /><br />- Pasang cow’s tail pada ‘safety loops’ figure of eight knot.<br />- Pindahkan foot loop jammer ke tali di atas sambungan.<br />- Berdiri di foot loop, buka croll dan pasang tali atas.<br />- Buka cow’s tail dan lanjutkan ascending.<br /><br />V. KEMUNGKINAN KECELAKAAN YANG TERJADI<br /><br />Sebagian besar kecelakaan yang terjadi di dalam gua, berasal dari kesalahan si penelusur sendiri. Dalam keadaan yang sangat gelap sering kali seorang penelusur melakukan kesalahan dalam menaksir jarak, sehingga sebuah lubang yang cukup dalam, terlihat dangkal. Tipuan ini menyebabkan ia merasa mampu untuk meloncat ke dalam lobang tersebut. Etikanya tidak diperkenankan melakukan lompatan apapun di dalam gua.<br /><br />Tertimpa batu, merupakan kejadian yang sering terjadi, karena runtuhan alami akibat rapuhnya dinding gua atau akibat ketidaksengajaan si penelusur gua yang menyebabkan jatuhnya batuan dan menimpa penelusur lain. Helm menjadi wajib dikenakan untuk melindungi kepala.<br /><br />Jenis kecelakaan yang lain, akibat buruknya atau tidak memenuhi syarat perlengkapan yang dipakai, misalnya tali putus, ascender tidak berfungsi. Oleh karena itu perawatan dan pemeliharaan alat-alat setelah digunakan mutlak dilakukan. Jangan ragu-ragu untuk memotong tali pada bagian yang terkoyak akibat gesekan, misalnya.<br /><br />Bahaya banjir merupakan faktor penyebab utama kecelakaan lainnya. Demikian pula faktor suhu udara yang dingin, perlu diperhatikan terutama pada saat melakukan eksplorasi di gua yang basah.<br /><br />Kejadian-kejadian di atas bukan tidak mungkin untuk dihindari, semuanya tergantung dari persiapan dan pengalaman yang dimiliki oleh penelusur gua.<br /><br />VI. PEMETAAN<br /><br />Dalam kegiatan penelusuran gua, pemetaan merupakan suatu hal yang penting, bahkan pemetaan dapat disebut sebagai aspek ilmiah dari suatu kegiatan yang bersifat petualangan. Meskipun sebenarnya banyak penelitian ilmiah yang dapat dilakukan di dalam gua, seperti penelitian Biologi, Geologi, Geomorfologi, Arkeologi, Hidrologi, Geografi, dan lain sebagainya. Tetapi sebenarnya pemetaan menduduki posisi yang paling penting. Boleh-boleh saja dalam penelusuran gua tidak melakukan penelitian Biologi atau Geologi atau yang lainnya, tetapi pemetaan merupakan hal yang wajib dikerjakan oleh seorang yang berpredikat ‘caver’.<br /><br />Begitu penting pemetaan, sampai-sampai ada seorang teman dari jurusan Geografi yang menyatakan bahwa “sebuah peta lebih mempunyai banyak arti daripada seribu kata-kata”.<br /><br />gambar 14. Peralatan pemetaan standar<br /><br />Pemetaan merupakan bagian dari kegiatan yang bersifat perekaman atau pendokumentasian. Dalam hal ini adalah yang berhubungan dengan rekaman bentukan fisik gua, misalnya bentuk atau denah lorong, panjangnya, tingginya, keletakan ornamen, apa saja ornamennya, posisi aliran air, lumpur, sump, dan lain sebagainya.<br /><br />Pemetaan sebuah gua merupakan salah satu upaya untuk mendokumentasikan gua tersebut, sehingga peta tersebut akan menjadi informasi untuk penelusur gua lainnya, ia akan mengetahui denah guanya, ukurannya, ornamen yang menghiasinya, dan lain sebagainya, jauh dari sebelum ia sendiri memasuki gua tersebut. Pemetaan juga memberikan informasi ilmiah yang berguna bagi penelitian ilmu pengetahuan. Peta gua juga berarti sebagai bukti seorang caver telah memasuki atau mengeksplorasi suatu gua.<br /><br />VI.1. Peta Gua<br /><br />Sebuah Peta Gua yang baik, akan dapat memberikan gambaran kepada orang yang membaca peta tersebut dengan mudah.<br /><br />Sehingga sebuah peta gua harus Informatif, dan Komunikatif.<br /><br />Dianggap informatif apabila, data-data yang perlu diketahui dapat ditemukan disini, dalam hal ini data-data yang dibutuhkan untuk sebuah kepentingan eksplorasi. Tentu akan berbeda dengan peta yang dibuat untuk kepentingan penelitian, atau wisata misalnya. Dan peta tersebut akan komunikatif apabila dalam hasil akhirnya tidak membingungkan orang yang membacanya, memiliki alur dan susunan yang jelas dan sesuai dengan aturan yang telah disetujui bersama.<br /><br />Peta sebuah gua minimal menerangkan tentang;<br />1. Penampang Atas, atau denah lorong untuk menunjukkan bentukan, arah dan belokan lorong.<br />2. Penampang Samping, Irisan, atau Section untuk menunjukkan ketinggian lorong, dan kemiringan gua tersebut.<br />3. Simbol Ornamen, simbol-simbol yang telah disepakati untuk mewakili ornamen yang terdapat di dalam gua tersebut.<br />4. Potongan Stasiun, ditiap titik yang dijadikan sebagai pos atau stasiun digambarkan potongannya.<br />5. Data Gua, keterangan mengenai gua tersebut, namanya, letak geografis dan administratifnya, surveyornya, dan tanggal dilakukan survey untu pemetaan. Hal ini termasuk penting mengingat perubahan bentukan gua dapat terjadi setiap saat.<br />6. Skala, untuk menunjukkan perbandingan, biasanya digunakan skala batang karena lebih mudah untuk membayangkan keadaan sebenarnya.<br /><br />7. Arah Utara Peta<br /><br />8. Legenda, atau keterangan simbol.<br /><br />Apabila sudah terdapat hal-hal tersebut, maka peta gua yang dibuat seharusnya sudah mampu memberikan informasi yang cukup bagi penelusur gua lainnya.<br /><br />Sebuah peta gua tentunya juga memiliki tingkat akurasi yang berbeda-beda. Di dunia ada beberapa penilaian terhadap keakuratan tersebut, tergantung pada kesepakatan federasi masing-masing.<br /><br />Saat ini, yang lazim digunakan di Indonesia adalah sistem grade yang digunakan di Eropa, yang memakai skala 1 sampai 6. Mengenai hal ini akan dijelaskan lebih lanjut di tahap pendalaman.<br /><br />Untuk mendapatkan informasi yang akan dituangkan ke dalam peta gua, ada beberapa prosedur pemetaan yang harus dilakukan. Sekilas prosedur-prosedur ini akan tampak merepotkan ketika mengeksplorasi sebuah gua, namun sebenarnya kerepotan tersebut akan terbalas dengan hasil yang nantinya kita dapatkan.<br /><br />tabel 1. contoh Field Note<br /><br />VI.2. Alat-alat perlengkapan pemetaan<br /><br />1. Drafting film atau Kodak Trace sejenis kertas kedap air, seperti kertas kalkir tetapi lebih tebal dan kedap air juga bisa dihapus jika menggunakan alat tulis pinsil.<br />2. Topofil, alat untuk mengukur jarak antara stasiun. Kalau tidak ada dapat juga dipakai rollmeter.<br />3. Alas tulis dan alat tulis (pinsil, penghapus, dan serutan)<br />4. Kompas, alat untuk mengukur sudut deviasi atau azimuth. Biasanya kompas Silva atau Suunto yang digunakan.<br />5. Clinometer, alat untuk mengukur kemiringan gua (turun atau naik) Suunto PM5/360 adalah Clinometer yang terbaik.<br /><br />gambar 15. contoh simbol peta gua<br /><br />VI.3. Prosedur Pemetaan<br /><br />Prosedur pemetaan yang dimaksud disini adalah teknis pengambilan data untuk menghasilkan sebuah peta gua, data-data tersebut akan dicatat di sebuah catatan lapangan untuk kemudian diterjemahkan. Secara garis besar, pengambilan data dilakukan dengan membuat bentukan kasar gua yang dieksplorasi, dengan cara mengambil beberapa titik untuk dijadikan sebagai stasiun. Di stasiun-stasiun tersebutlah data-data direkam, diantaranya arah lorong, ketinggian lorong, kemiringan antara stasiun, tinggi langit-langit gua, lebar lorong dan keterangan lainnya.<br /><br />Pemetaan dapat dilakukan oleh minimal dua orang, dimana satu orang menjadi leader yang memegang ujung alat ukur dan menentukan posisi stasiun, sementara orang kedua menjadi pencatat data yang memasukkan data ke dalam field note.<br /><br />Leader, adalah orang yang berhak menentukan posisi stasiun. Satu titik dapat dijadikan stasiun karena beberapa sebab yaitu;<br /><br />- Lorong yang dieksplorasi berubah arah<br />- Leader sudah tidak dapat terlihat oleh orang kedua<br />- Terdapat kemiringan yang ekstrim<br />- Terdapat perubahan bentukan lorong yang ekstrim<br />- Terdapat ornamen yang unik<br />- Jarak dengan stasiun terakhir sudah menjadi jarak maksimal untuk membuat peta dengan grade tertentu.<br />Satu hal yang mutlak diperhatikan adalah bahwa posisi leader harus masih terlihat oleh pencatat data.<br /><br />Contoh catatan lapangan<br /><br />Keterangan :<br />STS; Adalah nama stasiun, dapat dinamakan sesuai kehendak, misalnya A-B,B-C, atau 1-2,2-3, dll.<br />Jarak; adalah jarak antara stasiun yang satu dengan yang lainnya<br />Azim.; adalah sudut yang ditunjukkan oleh kompas antara satu stasiun dengan stasiun disepannya<br />Clino; adalah derajat kemiringan antar stasiun, biasanya + apa bila stasiun didepannya lebih tinggi, dan – bila stasiun didepannya lebih rendah.<br />Kanan dan Kiri; adalah jarak dari poros orang ke dinding gua kanan dan kiri.<br />Atas dan Bawah; adalah Tinggi dan kedalaman gua.<br />Keterangan; diisi dengan hal-hal khusus yang ditemui, seperti ornamen yang unik, keterangan mengenai bentukan lorong, dll<br />Selain itu dalam pemetaan, pencatat data juga membuat sketsa lorong dan irisan stasiun yang akan memudahkan pembuatan peta gua.<br /><br />VI.4. Cara Kerja<br /><br />1. Stasiun A biasanya pada mulut atau pintu masuk gua. Di sini berdiri pencatat data yang membawa kompas, clinometer dan catatan lapangan.<br />2. Leader membawa topofil atau rollmeter (ujung benang atau pita meter dipegang oleh Pencatat data) hingga tempat yang dianggap sebagai stasiun B<br />3. Pencatat data mencatat hasil pengukuran panjang, azimuth, clino juga mencatat lebar kiri dan kanan lorong pada stasiun A pada lembar catatan lapangan.<br />4. Pencatat data juga membuat sketsa denah lorong gua antara stasiun A dan stasiun B. Pekerjaan ini dapat dibantu dengan adanya benang atau pita meter yang memanjang antara stasiun A dan stasiun B. Pintu masuk juga dibuat denah dan irisannya.<br />5. Rekam dan catat juga atau ploting pada sketsa jika dijumpai hal-hal yang istimewa atau khusus, seperti adanya stalagmit yang besar atau adanya aliran air, flowstone, dsb.<br />6. Selanjutnya pencatat data menuju stasiun B dan surveyor 2 menuju stasiun C dan kembali melakukan pengukuran, pemetaan dan pembuatan sketsa denah.<br />7. Pada prakteknya dapat dilakukan bergantian<br />8. Jangan lupa membuat gambar potongan / irisan dari lorong-lorong tertentu atau khusus.<br /><br />VI.5. Menyalin data lapangan menjadi sebuah peta gua<br /><br />Langkah pertama yang harus dilakukan di tahap ini adalah menyalin kembali data lapangan sesegera mungkin, karena catatan lapangan kita pasti akan kotor, dan kemungkinan tidak jelas terbaca.<br /><br />Kemudian kita membuat peta gua kasar di kertas milimeter block. Data Azimuth, Kanan, kiri dan jarak akan berguana dalam membuat Penampang atas atau denah, sementara data kemiringan, atas dan bawah akan berguna untuk membuat irisan atau penampang samping.<br /><br />Setelah itu, kita dapat menyalin draft peta yang telah kita buat ke kertas kalkir, dan kemudian ditambahkan kelengkapan-kelengkapan lainnya.<br /><br />gambar 16. contoh peta gua<br /><br />VI.6. Hambatan<br /><br />Berbeda dengan pembuatan / survey pemetaan yang biasanya dilakukan di tempat terbuka, maka pemetaan gua sepenuhnya dilakukan di dalam gua, jauh di bawah muka bumi. Kondisi gua yang pastinya gelap total, hanya ada penerangan lampu karbit yang terbatas cahayanya, belum lagi lantai gua yang penuh lumpur, ruangan yang sempit, dan waktu yang terbatas dimana kita tidak dianjurkan lupa waktu di dalam gua. Tetapi itu semua bukan menjadi alasan untuk tidak melakukan pemetaan gua, lebih-lebih bagi mereka yang mengaku sebagai ‘caver’. Yang ingin digarisbawahi di sini adalah bahwa apapun kondisinya seorang caver wajib membuat peta gua di dalam eksplorasinya, khususnya gua-gua yang belum dipetakan.<br /><br />sumber : http://rimbakalimantan.multiservers.com/tips4.html<br /> http://pendakigunung.wordpress.com/2009/03/23/teknik-telusur-gua-caving/<br /><br />Bibliografi<br /><br />Budworth, Geoffrey. “The Knot Book”, Great Britan : Paerfronts<br />Judson, David. “Caving Practice and Equipment”, London : British Cave Research Association, 1984.<br />Lyon, Ben. “Venturing Underground”, London : EP Publishing Ltd, 1983.<br />Mc Clurg, Dain. “ Exploring Caves : A Guide to The Underground Wilderness”, Ontario : Thomas Nelson & Sons Ltd, 1980.<br />Meredith, Mike, “ Vertikal Caving”, Paris , 1982.<br />Montgomery, R.Neil. “ Single Rope Technique : A guide for vertical cavers”, Sydney : The Sydney Speleological Society, 1977.<br />Edwin, Norman, “ Etika Dasar Penelusuran Gua”, Jakarta : Paper Kursus Dasar III 1983.<br />Edwin, Norman, “ Caving : Menelusuri Kegelapan”, Jakarta : Paper Kursus Dasar III 1983.<br />Soemarno, Sidarta Ir, “Gua ditinjau dari segi Geologi”, Jakarta : Paper Kursus Dasar III 1983.<br />. Williams, Tony Lewis, “ Manual of US Cave Rescue Techniques”, Alabama : National Cave Res </span>Education-http://www.blogger.com/profile/06182734592281203101noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1306928631943690434.post-84989911032256768712009-09-22T11:23:00.000+07:002009-09-22T12:11:28.497+07:00Arapahoe Charter School - A Community GemArapahoe, a small eastern North Carolina town with a population approximately 450, is located six minutes north of Minnesott Beach and 16 miles from Havelock. Greenville and Raleigh, the state capital, are 60 and 133 miles away, respectively.<br /><br />The only school in this rural town for kindergarten through eighth grade is Arapahoe Charter School, led by administrative director Tom McCarthy, who doesn't hesitate to say that in five years his school "will be the most successful charter school in the state of North Carolina.<span class="fullpost"><br /><br />"I really believe we can be," said McCarthy, an alum of nearby Havelock High School. "This is a great school. Coming from traditional public schools, I have found this school to be a diamond in this community with its small size and family atmosphere. It's good for kids."<br /><br />Arapahoe Charter School operates on a $3.5 million annual budget. Enrollment is 346, and it employs some 60 staff members, including 22 teachers. Many were employees in 1997, when it was founded amid the Pamlico County School District's plans to shut down the town's school, which had existed since the 1860s. Today, it is one of 98 charter schools of a 100-maximum allowed by the North Carolina Department of Public Instruction (DPI) under the state's Charter School Law that was enacted in 1996. The school, among the first 38 to apply for charter status, is guided by a Board of Directors consisting of three staff members, three parents and three community members.<br /><br />Running a charter school is not without challenges, said McCarthy, who holds a bachelor's degree in social sciences education from Elon College and a master's degree in education administration from East Carolina University. He joined Arapahoe Charter School in August 2008 after working 14 years in the public school system, where he served as a teacher and then an administrator at the junior high level. McCarthy, born in North Carolina to a U.S. Marine father, spent much of his childhood, until eighth-grade, up and down the East Coast until his family returned to Havelock.<br /><br />The greatest challenges his school faces are meeting standards of both the federal No Child Left Behind (NCLB) Act of 2001 and state-directed assessment tests. The latter, McCarthy said, drives the curriculum and leaves little elbow room for new or experimental courses.<br /><br />"No Child Left Behind is an admirable act," he said. "I just think there are some holes and gaps that need to be filled in." Among them, he said, are teacher certification standards and progress requirements.<br /><br />He tells the story of a school music teacher who has performed all over the world and is considered to be an excellent educator of young children. This teacher, however, cannot teach a core curriculum course in music despite having passed the required Praxis Exam for music, because he doesn't hold a four-year degree, a requirement for obtaining a "highly qualified" status by the state's education agency DPI, which administers federal teacher certification.<br /><br />"If he had a four-year degree in anything -- forestry, for example -- and passed the music Praxis, he would be 'highly qualified' under state rules, ignoring his life experience and the fact that his entire world has been about music," McCarthy said. "Do you see the inconsistencies there?" The teacher's music class is coded as a special topic rather than a core course, allowing him to teach.<br /><br />The state requires 75 percent of charter school teachers in elementary schools to be certified while 50 percent in middle and high school must be certified. Charter school teachers also must follow NCLB requirements for highly qualified staff.<br /><br />Meeting some of the other NCLB mandates also cause a great deal of stress for schools and teachers, mainly because of potential federal sanctions for not meeting them, including the requirement "that everybody must meet the standards 100 percent by 2013," McCarthy said.<br /><br />"I don't know how realistic that is, especially when you look at the student populations that are included: exceptional students and English-as-second-language students," he said. "I think it's very difficult to get 100 percent of anything. How many times has Congress been 100 percent on a vote? How many times do you get 100 percent of people to a goal? With some of the disabilities that some students have, I don't think it is practical.<br /><br />"If a child is labeled as exceptional, and we know he has a limited IQ or reading at a different grade level, yet we have to assess him at his current grade level. If I know a fifth grader is reading on a third-grade level, why can't I assess him on that third-grade level? You do everything that you can, but there is a reason that that child is disabled. ESL students come in at different times and different levels -- with a language barrier," he said. "Why can't they take the test in Spanish? They might be geniuses."<br /><br />Spanish-speaking students and parents present a real challenge for educators in this small town founded in 1714. The agriculturally-rich region has long drawn migrant workers. As in many U.S. cities, there are increasing numbers of immigrants that are becoming permanent residents in Pamlico County and finding year-round employment in the fishing and service industries, McCarthy said.<br /><br />To address the language challenge, Arapahoe Charter School offers evening adult-learning classes for Spanish-speaking families. By day, ESL teachers work with students in regular classes, practicing inclusion, instead of segregating students in separate rooms. The school has also begun experimenting with audio files, recorded in general Mexican-dialect Spanish, for parents to download to learn about what is going on in their children's classes or about school programs. For families without Web access, MP3 players are provided so that children can carry them to and from home to keep open lines of communication between the school and the parents.<br /><br />The school taps successful approaches by teachers, holding "sharing sessions" in which teachers of each grade discuss what's working for them. Teachers also meet for "vertical exchanges," McCarthy said, that allow second-grade teachers to give progress reports to their students' first-grade teachers and to ensure that they are on target for their third-grade teachers' expectations. Teachers also are encouraged to be innovative in their presentation of mandated materials that will be covered on the state's assessment tests.<br /><br />"I think teachers need to make sure that they are presenting lessons in a variety of modalities," McCarthy said. "One of the things I'm a firm believer in is learning styles. You have visual learners, auditory learners and kinesthetic learners. I think it is important to present information to students in a variety of ways, so that you appeal to all students."<br /><br />For more information, visit the Arapahoe Charter School's Web site: (http://arapahoecharter.wordpress.com/).<br />sumber :www.edarticle.com </span>Education-http://www.blogger.com/profile/06182734592281203101noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1306928631943690434.post-34997689402964568482009-09-22T10:37:00.000+07:002009-09-22T11:59:30.279+07:00Mengenal Refting<p style="text-align: justify;"><strong>I. PENDAHULUAN</strong></p> <p style="text-align: justify;">Arung jeram adalah suatu aktifitas pengarungan bagian alur sungai yang berjeram/riam, dengan menggunakan wahana tertentu. Pengertian wahana dalam pengarungan sungai berjeram / riam yaitu sarana / alat yang terdiri dari perahu karet, kayak, kano dan dayung. Tujuan berarung jeram bisa dilihat dari sisi olah raga, rekreasi dan ekspedisi.Jadi dengan demikian kita dapat definisikan bahwa olah raga Arung Jeram (White Water Rafting) merupakan olah raga mengarungi sungai berjeram, dengan menggunakan perahu karet, kayak, kano dan dayung dengan tujuan rekreasi atau ekspedisi.</p> <p style="text-align: justify;">Arung jeram sebagai olah raga kelompok, sangat mengandalkan pada kekompakan tim secara keseluruhan. Kerja sama yang terpadu dan pengertian yang mendalam antar awak perahu, dapat dikatakan sebagai faktor utama yang menunjang keberhasilan melewati berbagai hambatan di sungai. Tak dapat dibantah bahwa Arung Jeram merupakan olah raga yang penuh resiko (high risk sport). Namun demikian, setiap orang mampu melakukannya – asalkan dia dalam kondisi “baik”; baik dalam arti pemahaman teknis, kemampuan membaca medan secara kognitif, dan sehat fisik dan mental.</p> <p style="text-align: justify;">Jadi,arung jeram adalah olah raga yang menuntut keterampilan. Untuk itu sangat membutuhkan waktu untuk berkembang. Perkembangan ke arah mencapai kemampuan yang prima, hanya mungkin apabila mau mempelajari sifat-sifat sungai, serta bersedia melatih diri di tempat itu. Kecuali perlu mengembangkan pengetahuan mengenai sifat-sifat sungai, wajib pula berlatih berdayung, berkayuh di sungai. Implikasinya butuh mengembangkan kemampuan fisik, agar selalu mencapai kondisi seoptimal mungkin. Hal lain yang patut diingat, adalah berlatih cara-cara menghadapi keadaan darurat di sungai. Hal ini penting untuk melatih kesiapan, kemampuan dan kepercayaan diri, apabila memang harus menghadapinya.</p> <p style="text-align: justify;">Tema makalah ini memperkenalkan seluk- beluk yang mendasar dari olah raga arung jeram dengan mengkhususkan penggunaan wahana perahu karet beserta peralatannya, mempelajari kondisi sungai dan teknis berarung jeram serta menghadapi kondisi darurat.</p> <p style="text-align: justify;"><strong>II. PERALATAN DAN PERLENGKAPAN</strong></p> <p style="text-align: justify;">Peralatan dan perlengkapan yang digunakan dalam arung jeram dibedakan menurut kebutuhan kelompok/regu dan lamanya waktu mengarungi sungai, yaitu sebagai berikut:</p> <p style="text-align: justify;"><strong>II.1. PERALATAN REGU</strong></p> <p style="text-align: justify;"><strong>II.l.l. PERAHU KARET</strong></p> <p style="text-align: justify;">Perahu karet (Inflatable Raft) untuk keperluan olah raga arung jeram, dibuat dari bahan karet sintetis sedemikian rupa sehingga kuat tetapi tetap elastis. Hal ini dimaksudkan untuk menahan dari goresan dan benturan batu-batu sungai.</p> <p style="text-align: justify;">Bentuk dan rancangan bagian buritan dan baluan dibuat agak mencuat agar air tidak mudah masuk dan mampu menjaga kestabilan perahu ketika melewati ombak besar. Biasanya perahu terdiri dari beberapa bagian tabung udara, hal ini dimaksudkan apabila salah satu tabung perahu bocor /pecah, maka untuk suatu saat tertentu perahu masih dapat mengapung. Ukuran panjang dan lebar perahu biasanya 2 berbanding 1, dan ini sangat tergantung pada kapasitas berat maksimum muatan perahu tersebut.</p> <p style="text-align: justify;"> </p><p style="text-align: justify;"> </p><p style="text-align: justify;"><strong>II.1.2. DAYUNG</strong></p> <p style="text-align: justify;">Dayung sebagai alat kayuh pada olah raga arung jeram sedapat mungkin dibuat dari bahan yang kuat tetapi ringan; misalnya kayu mahogany dan kombinasi antara fiberglass dan aluminium. Dayung yang dipergunakan oleh awak perahu, panjangnya berkisar antara 4,5 – 6 kaki. Tetapi umumnya adalah 5 – 5,5 kaki. Sesungguhnya faktor penentu ukuran panjang dayung ada tiga hal, yaitu : besar badan dan kekuatan awak, diameter tabung perahu, dan fungsinya, sebagai pendayung awak atau pendayung kemudi atau kapten.</p> <p style="text-align: justify;">Tanpa memandang besar tubuh awak perahu dan ukuran perahu, dayung yang digunakan oleh kapten adalah 5,5 – 6 kaki, sedangkan untuk awak perahu ukurannya lebih pendek.</p> <p style="text-align: justify;"> </p><p style="text-align: justify;"> </p><p style="text-align: justify;"><strong>II.1.3. POMPA DAN PERALATAN REPARASI</strong></p> <p style="text-align: justify;">Pompa yang digunakan untuk mengisi tabung- tabung udara perahu harus selalu dibawa pada saat mengarungi sungai. Sebab hal itu untuk menjaga bila udara dalam tabung-tabung itu berkurang / kempes. Dimaksudkan dengan peralatan reparasi berkaitan dengan reparasi pompa dan perahu (karena sobek, berlubang dan lain-lain).</p> <p style="text-align: justify;"><strong>II.1.4. TALI</strong></p> <p style="text-align: justify;">Perahu karet dilengkapi tali jenis karmantle sepanjang 40 meter yang digunakan sebagai : tumpuan kaki, pengaman awak perahu dan tali jangkar.</p> <p style="text-align: justify;"><strong>II.1.5. PETA SUNGAI</strong></p> <p style="text-align: justify;">Biasanya digunakan adalah topografi sungai. Bermanfaat sebagai petunjuk memperkirakan situasi medan dan kondisi sungai yang akan diarungi, juga daerah aliran sekitar sungai tersebut.</p> <p style="text-align: justify;"><strong>II.1.6. EMBER PLASTIK ATAU GAYUNG</strong></p> <p style="text-align: justify;">Digunakan untuk menimba air yang masuk ke dalam bagian dalam perahu. Biasanya penggunaan ember / gayung ini dilakukan apabila air yang masuk masih relatif sedikit. Bila sudah terlalu banyak, untuk membuangnya lebih efisien dengan membalikkan perahu, yang tentunya terlebih dahulu perahu tersebut dibawa ke tepi. Pentingnya membuang air yang masuk ke dalam perahu ini adalah agar perahu mudah dikendalikan.</p> <p style="text-align: justify;"><strong>II.1.7. PERLENGKAPAN PPPK</strong></p> <p style="text-align: justify;">Mutlak harus dibawa. Jenis dan jumlah obatnya dapat disesuaikan dengan kondisi medan dan kebutuhan selama mengarungi sungai.</p> <p style="text-align: justify;"><strong>II.2. PERLENGKAPAN PRIBADI.</strong></p> <p style="text-align: justify;"><strong>II.2.1. PELAMPUNG</strong></p> <p style="text-align: justify;">Jenis pelampung yang baik dan benar untuk arung jeram adalah pelampung yang sesuai dengan ukuran postur tubuh, berisi gabus tebal (dapat berfungsi sebagai penahan benturan terhadap benda keras). Kelayakan dapat dilihat dari kualifikasi teruji dalam hal daya apung untuk berat maksimalnya.</p> <p style="text-align: justify;">Untuk kemungkinan menghadapi keadaan darurat, perlu dipertimbangkan mengenai penggunaan pelampung dengan tambahan di bagian belakang kepala, agar kepala tetap terapung tengadah, apabila ketika tidak sadarkan diri. Untuk menjaga agar pelampung tidak naik atau mencuat ke atas saat dipergunakan, maka bagian bawah pelampung dapat diikat ke pangkal paha atau bagian badan lainnya yang memungkinkan.</p> <p style="text-align: justify;"><strong>II.2.2. PAKAIAN</strong></p> <p style="text-align: justify;">Pakaian yang tepat untuk berarung jeram adalah pakaian yang memungkinkan kita tetap leluasa dalam bergerak.</p> <p style="text-align: justify;"><strong>II.2.3. SEPATU</strong></p> <p style="text-align: justify;">Untuk melindungi kaki dari kemungkinan terluka, gunakan jenis sepatu yang dapat melindungi mata kaki, namun pergelangan kaki dapat tetap bergerak bebas, termasuk memudahkan untuk berenang.</p> <p style="text-align: justify;"><strong>II.2.4. HELM (PELINDUNG KEPALA)</strong></p> <p style="text-align: justify;">Mengarungi sungai berjeram dengan letak bebatuan yang tidak beraturan atau sungai dengan derajat kesulitan yang tinggi, helm mutlak digunakan. Tujuannya untuk melindungi kepala dari kemungkinan benturan benda keras. Helm yang baik harus ringan, tahan air dan tidak mengganggu pandangan maupun gerakan.</p> <p style="text-align: justify;"><strong>II.2.5. SURVIVAL KIT</strong></p> <p style="text-align: justify;">Perlengkapan survival, harus selalu melekat di badan, tetapi usahakan jangan sampai mengganggu gerakan kita. Biasanya terdiri dari pisau lipat, korek api tahan air, dll. Sebagaimana disebut di atas, lamanya waktu mengarungi sungai juga mempengaruhi barang yang harus dibawa. Jadi peralatan tambahan diperlukan bila pengarungan memerlukan waktu sekurang-kurangnya satu minggu, yaitu :</p> <p style="text-align: justify;">1. Handy talky untuk komunikasi dengan tim darat.<br />2. Container kedap air<br />3. Bahan makanan<br />4. Perlengkapan kemah<br />5. Peralatan masak, makan, minum</p> <p style="text-align: justify;"> </p><p style="text-align: justify;"> </p><p style="text-align: justify;"> </p><p style="text-align: justify;"><strong>III. SUNGAI</strong></p> <p style="text-align: justify;">Bahasan akan berkisar pada aliran sungai serta gejalanya dan berbagai ketrampilan yang dibutuhkan untuk pengarung jeram. Memerlukan latihan yang sering dan berulang-ulang untuk jadi mahir membaca dan mengerti seluk beluk mengenai karakter sungai. Bagaimanapun bagi pengarung jeram suatu pengertian mengenai sifat dan dinamika sungai penting untuk diketahui. Suatu saat, ketika kita melintasi suatu sungai, pertanyaan yang ada di benak kita adalah : sungai itu lebar/sempit, berarus deras/lambat, debit airnya besar/kecil, landai/curam, dsb. Jawaban kesemuanya adalah merupakan faktor penyebab terjadinya jeram.</p> <p style="text-align: justify;"><strong>III.1. DEFINISI JERAM / RIAM</strong></p> <p style="text-align: justify;">Jeram adalah bagian sungai dimana air mengalir dengan deras dan cepat dan bertaburan diantara banyak batu dari berbagai ukuran dan seakaligus membentuk turbulensi dan arus balik. Hal yang paling sulit ketika mengarungi sungai adalah pada saat menjumpai jeram / riam. Tapi disitulah kegembiraan biasanya muncul.</p> <p style="text-align: justify;"><strong>III.2. FAKTOR PENYEBAB TERJADINYA JERAM</strong></p> <p style="text-align: justify;">Secara umum ada 4 faktor penyebabnya :</p> <p style="text-align: justify;"><strong>III.2.1. VOLUME AIR</strong></p> <p style="text-align: justify;">Menunjukkan ukuran jumlah air yang melewati satu titik tertentu di sungai dalam satuan waktu tertentu. Ukurannya cfs (cubiq feets per second). Data mengenai volume air penting untuk diketahui, bilamana volume air tinggi atau rendah, sehingga bisa memastikan apakah sungai bisa diarungi atau tidak.</p> <p style="text-align: justify;">Kondisi terbaik mengarungi sungai ketika volume mencapai 800 – 10.000 cfs. Biasanya ukuran volume air dapat dianggap sebagai tinggi air dan kekuatan aliran sungai.</p> <p style="text-align: justify;">Di negara kita, situasi ini dapat terjadi pada bulan April s.d November. Diluar bulan tersebut, sifat sungai akan cepat berubah secara drastis. Sungai dengan vol. 800 – 10.000cfs cenderung mudah dilalui, karena kendali melalui jeram dan rintangan relatif lebih mudah dikuasai. Sebaliknya sungai besar dengan vol diatas 40.000 cfs umumnya sulit dilalui dan dihindari.Sekali terjebak dalam lengkungan ombak dan menabrak rintangan batu, cenderung berakibat menghancurkan.</p> <p style="text-align: justify;">Untuk mengetahui jumlah volume / debit air suatu sungai pada suatu tempat dapat diukur;</p> <p style="text-align: justify;"><strong>Mengetahui luas penampang sungai<br /></strong>Hal ini dapat dilakukan dengan mengukur lebar sungai pada satu titik, kemudian mengukur kedalaman sungai setiap 5 meter dari satu titik ke titik lainnya pada satu garis lebar sungai.</p> <p style="text-align: justify;"><strong>Mengetahui kecepatan arus sungai.<br /></strong>Arus air diukur dengan menghitung waktu tempuh yang diperlukan oleh suatu obyek untuk menempuh suatu jarak tertentu.</p> <p style="text-align: justify;">Volume / debit air sungai dapat diketahui dengan mengalikan luas penampang sungai dengan kecepatan arusnya. Untuk melakukan pengukuran volume/debit air ini kita harus mencari tempat yang memungkinkan kita untuk dapat menyeberanginya dengan mudah untuk mengukur kedalaman dan lebar sungai, serta arus sungai yang relatif sama pada tempat kita mengukur volume/ debit air sungai supaya tercapai akurasi yang tinggi.</p> <p style="text-align: justify;"><strong>III.2.2. TINGKAT KECURAMAN ALIRAN SUNGAI (GRADIENT)</strong></p> <p style="text-align: justify;">Tingkat kecuraman / kemiringan aliran sungai menunjukkan nilai rata-rata penurunan dalam suatu jarak tertentu. Setiap sungai pada jarak tertentu mempunyai tingkat kecuraman yang berbeda. Kadang tajam dan sebaliknya mendatar. Kecuraman bisa dianggap sebagai petunjuk kasar tingkat kesulitan dan kecepatan alur aliran sungai.</p> <p style="text-align: justify;">Sungai dengan tingkat kecuraman lebih kecil dari 10 kaki per mil biasanya alirannya lambat dan mudah untuk dilalui, sebaliknya bila mencapai 20 kaki atau lebih per mil baisanya arusnya cepat, berbahaya serta sulit dilalui.</p> <p style="text-align: justify;">Untuk mengetahui tingkat kecuraman / kemiringan (gradient) suatu sungai dapat dilihat pada topografi sungai tersebut.</p> <p style="text-align: justify;"><strong>III.2.3. TONJOLAN DASAR SUNGAI (ROUGHNESS)</strong></p> <p style="text-align: justify;">Letak batuan atau tonjolan di dasar sungai yang tidak beraturan mengakibatkan turbulensi aliran arus sungai. Semakin tak beraturan letak batu di dasar sungai, semakin besar turbulensinya (putaran air ke hilir).</p> <p style="text-align: justify;"> </p><p style="text-align: justify;"><strong>III.2.4. PENYEMPITAN LEBAR PENAMPANG SUNGAI (CONSTRICTION)</strong></p> <p style="text-align: justify;">Penyempitan lebar penampang sungai, diakibatkan oleh pendangkalan dan kejadian alam lainnya. Semakin sempit aliran sungai, semakin deras arus air mengalir.</p> <p style="text-align: justify;"><strong>lll.3. KOMPONEN JERAM/RIAM</strong></p> <p style="text-align: justify;">Bagian dari jeram/riam, terdiri dari beberapa komponen, sebagai berikut:</p> <p style="text-align: justify;"><strong>III.3.1. LIDAH AIR (THE TONGUE)</strong></p> <p style="text-align: justify;">Terbentuk dari dua alur yang terhambat batu dan bertemu membentuk huruf ‘V’ yang mengarah ke hilir. Bila terdapat lebih dari satu lidah air,maka yang terbesar merupakan jalur utama yang sebaiknya dipilih. Biasanya setelah melalui lidah air, pada ujung lidah air akan diikuti oleh ombak besar yang teratur.</p> <p style="text-align: justify;"><span style="font-family: arial,helvetica; color: rgb(0, 0, 0); font-size: x-small;"> <img src="http://rimbakalimantan.multiservers.com/images/a8.gif" alt="" width="400" border="0" height="202" /> </span></p> <p style="text-align: justify;"><span style="font-family: arial,helvetica; color: rgb(0, 0, 0); font-size: x-small;"> gambar 5. lidah air </span></p> <p style="text-align: justify;"><strong>III.3.2. OMBAK BERDIRI (STANDING WAVES)</strong></p> <p style="text-align: justify;">Benturan akhir arus kuat yang mengalir ke bawah dengan arus lambat yang mengalir secara mendatar di dasar sungai membentuk gelombang ke atas yang permanen dan yang disebut sebagai ombak berdiri. Ombak berdiri yang mencapai ketinggian lebih dari 3 meter disebut haystacks.</p> <p style="text-align: justify;">Rangkaian ombak berdiri diawali oleh ombak yang lebih besar dan tinggi yang berangsur-angsur menjadi rendah. Selagi perahu melewati bagian ini, usahakan bagian haluan masuk dalam posisi lurus dan dayung mundur akan membantu perahu masuk melewati ombak yang berikutnya. Jika terpaksa harus melakukan ferry, maka hindari ketika perahu dalam posisi naik, dengan kata lain ferry dilakukan saat perahu menuruni ombak.</p> <p style="text-align: justify;">Perlu diketahui, bahwa deretan ombak yang curam dan bagian puncaknya terpecah, sebaiknya dihindari karena turbulensi/putaran baliknya sangat kuat, tetapi ombak dengan puncak yang relatif mendatar merupakan alur yang aman, sebab perahu dapat naik di atasnya.</p> <p style="text-align: justify;"><img src="http://rimbakalimantan.multiservers.com/images/a9.gif" alt="" width="400" border="0" height="98" /></p> <p style="text-align: justify;">gambar 6. standing waves</p> <p style="text-align: justify;"><strong>III.3.3. ARUS BALIK (REVERSAL / HOLES / STOPPER)</strong></p> <p style="text-align: justify;">Menggambarkan aliran sungai yang mengayun keatas dan berputar ke belakang dengan sendirinya. Secara umum terdapat 3 bentuk arus balik sebagai berikut :</p> <p style="text-align: justify;">1. Disebabkan oleh batu yang berada di bawah permukaan air dan menghambat aliran air, mengakibatkan permukaan berikutnya berputar ke belakang dari bawah. Reversal ini menghasilkan buih-buih yang tersebar dan mengalir ke atas dan mendatar kebawah. Reversal kecil ini, dapat sementara menahan perahu untuk berhenti, tetapi reversal besar dapat membuat perahu terbalik dan awak perahunya tenggelam dan mati. Sedapat mungkin jenis reversal ini dihindari tetapi bila terlanjur masuk, usahakan agar perahu masuk lurus dan dayung maju sekuat-kuatnya dilakukan serempak agar mencapai arus maju di dasar sungai dan sekitarnya sehingga dengan segera dapat keluar dari radius reversal ini.</p> <p style="text-align: justify;"><img src="http://rimbakalimantan.multiservers.com/images/a10.gif" alt="" width="400" border="0" height="140" /></p> <p style="text-align: justify;">gambar 7. reversal</p> <p style="text-align: justify;">2. Hydraulic, merupakan reversal yang disebabkan oleh aliran yang turun secara vertikal. Jenis reversal ini hampir sama dengan reversal di atas, tapi daya putarnya lebih kuat. Hydraulic sangat berbahaya, karena bisa membalikkan perahu dan menenggelamkan awaknya.</p> <p style="text-align: justify;"><img src="http://rimbakalimantan.multiservers.com/images/a11.gif" alt="" width="400" border="0" height="140" /></p> <p style="text-align: justify;">gambar 8. hidraulic</p> <p style="text-align: justify;">3. Back Curling Standing Wave, merupakan reversal yang ujung lidahnya bergelombang melengkung ke belakang. Arus balik ini dengan mudah dapat membalikkan perahu. Biasanya gelombang bentuk ini berpasangan dan ombak pertama dapat mengangkat perahu dan ombak berikutnya memutar dan membalikkannya. Untuk mencegah kejadian ini, dayung korektif yang kuat untuk menahan gaya putar pada ombak pertama tadi.</p> <p style="text-align: justify;"><img src="http://rimbakalimantan.multiservers.com/images/a12.gif" alt="" width="400" border="0" height="135" /></p> <p style="text-align: justify;">gambar 9. back curling</p> <p style="text-align: justify;"><strong>III.3.4. PUSARAN AIR / ARUS BALIK (EDDIES)</strong></p> <p style="text-align: justify;">Menunjukkan suatu tempat, dibalik batu dimana arus sungai berhenti dan mengalir ke arah hulu.</p> <p style="text-align: justify;">Daerah turbulensi antar suatu pusaran air dengan arus ke hilir biasanya ditandai dengan air melingkar dan bergelembung dan ini biasa disebut sebagai garis atau batas pusaran air / eddies. Jika tenaga pusarannya begitu kuat, maka batas pusaran menjadi putaran turbulensi yang berbahaya karena dapat menarik perahu berputar-putar dan terbalik.</p> <p style="text-align: justify;">Pusaran air banyak dijumpai di air yang mengalir cepat secara beruntun dan dihadang batu besar yang terletak di bagian tengah atau tepi sungai. Bermanfaat sebagai tempat beristirahat atau sebagai tempat mengamati kondisi sungai di bagian hilir.</p> <p style="text-align: justify;"><img src="http://rimbakalimantan.multiservers.com/images/a13.gif" alt="" width="400" border="0" height="211" /></p> <p style="text-align: justify;">gambar 10. eddies</p> <p style="text-align: justify;"><strong>III.3.5. BELOKAN (BENDS)</strong></p> <p style="text-align: justify;">Belokan sungai perlu dipelajari karena merupakan dasar untuk memasuki belokan jeram / riam yang terletak di antara sela batu.</p> <p style="text-align: justify;">Pada belokan sungai, arus yang cepat dan aliran yang dalam terdapat pada lingkaran bagian luar belokan sungai, antara lain akibat adanya kekuatan centrifugal, karenanya permukaan aliran arus yang berbelok cepat, sebaiknya yang dilalui bagian dalamnya. Perahu yang terperosok dan terlanjur masuk ke ke aliran tepi belokan sungai, kerap kali tidak ada pilihan lain untuk keluar dan baisanya kemungkinan akan terhempas atau menabrak bagian tepi sungai.</p> <p style="text-align: justify;"><img src="http://rimbakalimantan.multiservers.com/images/a15.gif" alt="" width="300" border="0" height="272" /></p> <p style="text-align: justify;">gambar 11. bends</p> <p style="text-align: justify;"><strong>III.3.6. AIR DANGKAL (SHALLOWS)</strong></p> <p style="text-align: justify;">Kerap kali dijumpai pada penampang sungai yang melebar, memaksa awak perahu untuk memilih serta mencari dengan berbagai cara dan hati-hati, untuk memilih berbagai jalur untuk lewat. Ketika sedang mengamati berbagai jalur di antara air dangkal, maka yang perlu diingat sebagai petunjuk bahwa permukaan air dengan ombak yang besar biasanya menunjukkan aliran / alur sungai yang terdalam dan memiliki arus yang cepat, masuklah ke jalur ini.</p> <p style="text-align: justify;">Jika suatu tepi sungai permukaannya tinggi, sedang lainnya rendah, maka jalur yang dipilih terletak mendekati tepi yang tinggi. Tempat-tempat yang perlu dihindari adalah dimana aliran sungai yang berombak kecil-kecil, karena merupakan tanda yang kuat bahwa tempat tersebut dangkal.</p> <p style="text-align: justify;"><strong>lll.4. SKALA TINGKAT KESULITAN SUNGAI</strong></p> <p style="text-align: justify;">Dengan berbekal pengetahuan tentang sifat dan dinamika sungai di atas maka dengan segera kita dapat mengatisipasi pada saat tertentu, saat kita berada dalam kesulitan.</p> <p style="text-align: justify;">Kondisi yang menyatakan bahwa sungai berjeram itu sulit atau tidak, ditunjukkan melalui skala tingkat kesulitan sungai. Saat ini ada 2 skala yang dikenal dalam olahraga arung jeram, yaitu :</p> <p style="text-align: justify;"><strong>III.4.1. INTERNATIONAL SCALE</strong></p> <p style="text-align: justify;">Angka ukurannya adalah I s.d. VI; I = mudah dan VI = amat sulit dan tidak mungkin dilalui. Angka skala kesulitan ini berlaku dan digunakan di sungai-sungai Amerika Utara dan juga daratan Eropa.</p> <p style="text-align: justify;"><strong>III.3.2. WESTERN SCALE</strong></p> <p style="text-align: justify;">Angka skala ini diperkenalkan oleh penguasa Grand Canyon di Amerika yaitu Doc Marston. Ukurannya berkisar 1 s.d 10. Angka skala ini umumnya hanya digunakan di sungai bagian Barat Amerika, salah satunya Colorado.</p> <table class="textdibodyisi" style="text-align: justify; height: 307px;" width="600" border="0" cellpadding="0" cellspacing="0"> <tbody> <tr> <td width="109"> <div><strong>INTERNATIONAL SCALE</strong></div> </td> <td width="120"> <div><strong>WESTERN SCALE</strong></div> </td> <td width="371"> <div><strong>DESCRIPTION</strong></div> </td> </tr> <tr> <td width="109"><br /></td> <td width="120"><br /></td> <td width="371"><br /></td> </tr> <tr> <td width="109"> <div>0</div> </td> <td width="120"> <div>I</div> </td> <td width="371"> <div>air mendatar dan tenang</div> </td> </tr> <tr> <td width="109" height="9"> <div>1 -2</div> </td> <td width="120" height="9"> <div>II</div> </td> <td width="371" height="9">Ombak bergelombang kecil, mudah dan tidak ada rintangan /hambatan yang berarti. Lintasan jalur/ alur sungai sangat jelas</td> </tr> <tr> <td width="109" height="22"> <div>3-4</div> </td> <td width="120" height="22"> <div>III</div> </td> <td width="371" height="22">tingkat kesulitan jeram agak moderat, sedang, dan lintasan jalur/alur sungai sangat jelas. Memerlukan pengalaman yang cukup ditambah perlengkapan dan perahu yang memadai.</td> </tr> <tr> <td width="109" height="53"> <div>5-6</div> </td> <td width="120" height="53"> <div>IV</div> </td> <td width="371" height="53">Sulit, ombak bergelombang tinggi dan tak beraturan, berbatu-batu, banyak pusaran air,jeram berlintasan sangat jelas tapi sempit. Untuk mengarunginya dibutuhkan keahlian meng-kendalikan perahu.</td> </tr> <tr> <td width="109" height="35"> <div>7-8</div> </td> <td width="120" height="35"> <div>V</div> </td> <td width="371" height="35">Sangat sulit,aliran sungai berjeram panjang dan berturut-turut dan berombak kuat,tak beraturan dan banyak batuan yang membahayakan, pusaran air yang berbuih-buih,lintasan sulit diintai.Diperlukan kendali yang tepat dan cepat.Diutamakan awak perahu yang berpengalaman dan perlengkapan yang terbaik.</td> </tr> <tr> <td width="109" height="35"> <div>9-10</div> </td> <td width="120" height="35"> <div>VI</div> </td> <td width="371" height="35">Teramat sangat sulit,jeramnya sulit dikendalikan berbahaya dan berturut-turut sepanjang jarak tertentu.Diantara awak perahu tidak ada kesempatan saling menyapa,karena setiap saat dihadapi arus berbahaya,aliran yang sangat curam.Kondisi seperti ini sangat memerlukan awak perahu dan perlengkapan yang terbaik.Seluruh awak harus berhati-hati dan tetap waspada.</td> </tr> <tr> <td width="109" height="35"> <div>U</div> </td> <td width="120" height="35"><br /></td> <td width="371" height="35">Sama sekali tidak mungkin dilalui.</td> </tr> </tbody> </table> <p style="text-align: justify;"><strong>IV. PENGETAHUAN DASAR BERARUNG JERAM</strong></p> <p style="text-align: justify;">Ketrampilan berarung jeram memerlukan waktu untuk berkembang. Kemampuan membaca sifat sungai semata-mata tidak hanya tergantung pada kemampuan intelektual, tetapi juga seringnya mempelajari dan mengarungi sungai itu sendiri. Dengan kata lain, kemampuan mengendalikan perahu memerlukan pengertian dan pemahaman tentang segala teknik mendayung dan banyak latihan. Jadi pada dasarnya merupakan gabungan antara pengetahuan teoritis dan pengalaman.</p> <p style="text-align: justify;">Bagi pemula, sungai tenang merupakan pilihan tempat berlatih, berangsur-angsur meningkat pada sungai yang makin sulit jeramnya. Berikut beberapa petunjuk pengetahuan dasar berarung jeram :</p> <p style="text-align: justify;"><strong>IV. 1. TEKNIK MENDAYUNG</strong></p> <p style="text-align: justify;">Secara umum perahu karet dikendalikan dengan dua cara :</p> <p style="text-align: justify;">1. Hanya seorang yang mendayung dengan dua buah dayung panjang. Pendayung itu sekaligus berfungsi sebagai kapten di perahu tersebut. Sistem ini disebut OAR TECHNIQUES.</p> <p style="text-align: justify;">2. Seluruh awak mendayung dan seorang sebagai kapten. Sistem ini disebut PADDLERAFT TECHNIQUES . Dan selanjutnya teknik inilah yang akan dijelaskan disini.</p> <p style="text-align: justify;"><strong>IV.1.1. MENGATUR POSISI DUDUK PADA PERAHU KARET</strong></p> <p style="text-align: justify;">Duduk di perahu karet sebenarnya tidak ada aturan mutlak, karena tergantung dari rasa keseimbangan dan kenyamanan yang dipunyai oleh tiap awak perahu. Namun begitu cara duduk yang dikenal selama ini ada dua : Pertama dengan duduk seperti menunggang kuda (Cowboy style) dimana kedua kaki menjepit lingkaran tabung udara perahu. Sedang cara kedua adalah seperti orang perempuan duduk membonceng sepeda motor, dimana kedua kaki masuk ke bagian dalam perahu.</p> <p style="text-align: justify;">Bagi awak perahu yang memilih duduk dengan cara cowboy style harus selalu waspada dan segera menarik kaki bagian luar ke dalam ketika perahu akan menabrak batu. Pada pengaturan posisi awak perahu diusahakan membagi kekuatan secara seimbang antara kedua sisi perahu, dan bila jumlahnya ganjil, maka ada yang duduk di buritan perahu untuk bertindak sebagai kapten dan mengemudi, mengarahkan perahu ketika satu sisi atau lainnya mendayung tidak serempak.</p> <p style="text-align: justify;"><strong>IV.1.2. GERAK DAN ARAH MENDAYUNG</strong></p> <p style="text-align: justify;">Dalam mendayung tidak perlu berlebihan tanpa arah yang tepat. Tetapi kalau memang dibutuhkan tambahan kecapatan, maka masukkan gagang dayung ke dalam air dan kayuh dengan tenaga penuh. Pada kesempatan ini otot perut dan tangan dikerahkan untuk mendapatkan tenaga yang optimal dan efektif.</p> <p style="text-align: justify;">Gerakan dan arah mendayung yang perlu dipahami oleh semua awak perahu adalah sebagai berikut :</p> <p style="text-align: justify;"><strong>1. Dayung Maju (Forward Strokes)<br /></strong>Dimulai dengan mendorong daun dayung ke muka dengan tangan sebelah luar. Kemudian tahan sebentar posisi ini dengan kuat dorong pegangan dayung ke muka untuk menekan daun dayung dalam-dalam ke air. Lanjutkan mendayung dengan mendorong pegangan sekaligus menarik gagang dayung, dengan mempertahankan daun dayung pada sudut yang benar sehingga dayung berada di bawah pantat. Keluarkan daun dayung kemudian putar daun dayung sejajar permukaan air. Ulangi lagi. Ini sering disebut dengan dayung kuat. Jenis mendayung maju lain adalah dengan menempatkan dayung lebih ke luar.</p> <p style="text-align: justify;"><strong>2. Dayung Balik (Back Stroke)<br /></strong>Kebalikan dari forward stroke. Celupkan daun dayung ke dalam air sehingga jauh ke belakang pantat, kemudian dorong gagang ke muka sambil menarik pegangan ke belakang dan gerakan ini berakhir ketika daun dayung berada pada posisi awal dayung maju.</p> <p style="text-align: justify;"><img src="http://rimbakalimantan.multiservers.com/images/a19.gif" alt="" width="300" border="0" height="167" /></p> <p style="text-align: justify;">gambar 13. dayung maju dan dayung balik</p> <p style="text-align: justify;"><strong>3. Dayung Tarik (Draw Stroke)<br /></strong>Dilakukan dengan menancapkan daun dayung jauh ke samping dan kemudian tarik ke arah perahu dengan lurus.</p> <p style="text-align: justify;"><strong>4. Dayung Menyamping (Pry Stroke)<br /></strong>Merupakan kebalikan dari dayung tarik dan merupakan pelengkap untuk mengendalikan perahu dan biasanya dilakukan kapten yang duduk di buritan untuk mengendalikan perahu.</p> <p style="text-align: justify;"><img src="http://rimbakalimantan.multiservers.com/images/a20.gif" alt="" width="300" border="0" height="127" /></p> <p style="text-align: justify;">gambar 14. dayung tarik dan dayung samping</p> <p style="text-align: justify;"><strong>IV.1.3. KOMANDO DAN KAPTEN</strong></p> <p style="text-align: justify;">Berarung jeram memerlukan tindakan dan keputusan yang cepat dan tepat karena setiap awak perahu memerlukan seorang pemimpin / kapten untuk menyatukan tindakan seluruh awak. Seorang kapten tidak perlu harus memiliki status atau kekuatan tertentu, tapi harus pandai membaca situasi sungai; dia merupakan seorang awak, yang untuk sementara bertindak mengendalikan perahu melalui instruksi-instruksi. Yang paling menyenangkan apabila semua mendapat kesempatan menjadi kapten. Bagi pemula, menjadi kapten berarti mempercepat proses peningkatan kemampuan dan ketrampilan berarung jeram.</p> <p style="text-align: justify;">Mengingat perlunya komunikasi yang seragam antar awak perahu dengan kapten, secara sepakat harus disetujui adanya sejumlah komando ulang jelas dan singkat :</p> <p style="text-align: justify;">1. Maju,semua mendayung maju.<br />2. Kuat,semua mendayung kuat.<br />3. Dayung balik,semua mendayung balik.<br />4. Belok kanan,sebelah kanan mendayung balik,sebelah kiri mendayung maju.<br />5. Belok kiri,sebelah kiri mendayung balik,sebelah kanan mendayung maju.<br />6. Tarik kanan,sebelah kanan dayung tarik,sebelah kiri dayung menyamping.<br />7. Tarik kiri,sebelah kiri dayung tarik, sebelah kanan dayung menyamping.</p> <p style="text-align: justify;">Selain itu ada 2 macam komando lain yang digunakan pada saat tertentu, yaitu saat kapten menginginkan perahu bergeser ke kiri atau ke kanan dengan cepat dengan hidung perahu bergerak lebih ke luar lagi. Kedua macam komando tersebut :</p> <p style="text-align: justify;">9. Pancung kanan, sebelah kiri dayung maju kuat,pendayung terdepan maju ke hidung perahu dan melakukan dayung kuat kearah kanan perahu, sebelah kanan dayung tarik.<br />10. Pancung kiri, sebelah kanan dayung maju kuat, pendayung terdepan maju sampai hidung perahu dan melakukan dayung kuat ke arah kiri perahu, sebelah kiri dayung tarik.</p> <p style="text-align: justify;">Untuk menyatakan pendayung berhenti mendayung, kapten dapat meneriakkan komando stop atau berhenti.</p> <p style="text-align: justify;"><strong>IV.1.4. MANUVER</strong></p> <p style="text-align: justify;">Ferry merupakan teknik dasar manuver. Digunakan ketika melewati belokan sungai dan menghindari hambatan / rintangan jeram.</p> <p style="text-align: justify;">Ada 2 macam ferry, haluan mengarah ke hulu (Bow Upstream ferry) dan haluan mengarah ke hilir (Bow Downstream ferry).</p> <p style="text-align: justify;">Bow Upstream ferry dilakukan dengan dayung maju dan mengarah posisi perahu ke hulu dengan sudut 45 derajat, terhadap aliran arus dan perahu akan menuju arah yang diinginkan. Sebaliknya Bow Downstream ferry dilakukan dengan dayung balik dan mengarahkan buritan ke hulu dengan sudut 45 derajat menuju arah tempat yang diinginkan.</p> <p style="text-align: justify;">Jika kecepatan perahu ke hilir ingin diperlambat, maka lakukan Bow Upstream ferry dengan sudut kurang dari 45 derajat dan sebaliknya perbesar sudut hingga tepat atau mendekati aliran alur sungai. Umumnya sudut ferry sebesar 45 derajat adalah sudut optimum. Sudut ferry adalah sudut antara perahu dengan arah aliran sungai bukan dengan tepi sungai. Pada aliran pelan sangat mungkin melakukan ferry lurus memotong aliran arus air, tetapi dengan arus cepat, kebanyakan usaha memotong aliran arus dilakukan dengan ferry bersudut ox sampai 45 derajat.</p> <p style="text-align: justify;"><img src="http://rimbakalimantan.multiservers.com/images/a23.gif" alt="" width="302" border="0" height="236" /><img src="http://rimbakalimantan.multiservers.com/images/a22.gif" alt="" width="300" border="0" height="167" /></p> <p style="text-align: justify;">gambar 15. manuver</p> <p style="text-align: justify;"><strong>IV.2. PENGINTAIAN (SCOUTING)</strong></p> <p style="text-align: justify;">Pengintaian untuk mengamati jeram yang belum dikenal, selelu dipandang sebagai tindakan yang bijaksana, khususnya bagi pemula. Pengintaian sejumlah jeram meliputi pencarian tempat mendarat yang aman, bebas dari air yang menyulitkan. Semua dilakukan dengan berjalan sepanjang tepi sungai untuk mengetahui dan menemukan bagaimana kesulitan dan bahaya yang mungkin akan dihadapi dalam berarung jeram. Sekali diputuskan untuk melewati jeram tertentu, maka usahakan seoptimal mungkin lewat jalur terbaik dan aman.</p> <p style="text-align: justify;">Pentingnya melakukan pengintaian terhadap situasi sungai berjeram karena berhubungan dengan beberapa faktor penentu untuk memutuskan untuk melewati jeram tertentu atau tidak. Adapun factor tersebut adalah sebagai berikut :</p> <p style="text-align: justify;">1. Panjang, kesulitan dan bahaya jeram yang bersangkutan.<br />2. Bagaimana sifat-sifat air yang berada di bawah jeram.<br />3. Kesanggupan dan kemampuan awak perahu untuk menyelamatkan diri pada jeram yang sulit.<br />4. Persiapan mental seluruh awak.</p> <p style="text-align: justify;">CATATAN: Biasanya awak perahu terdiri dari orang-orang berpengalaman, tetapi kadang-kadang lebih banyak yang bersumber pengalaman dan karena itu pemula seharusnya tidak ikut berarungjeram bila peralatan pengaman tidak cukup memadai, dan dalam kondisi seperti ini, mutlak pengarungan harus ditunda atau dibatalkan. Tahap selanjutnya setelah melalui pengintaian adalah berembuk merencanakan jalur pengarungan.</p> <p style="text-align: justify;"><strong>IV.3. PERENCANAAN JALUR (PLANNING A COURSE)</strong></p> <p style="text-align: justify;">Sebelum melewati jeram, rencanakan dahulu jalur mana yang mungkin dipilih, karena bila diamati dengan seksama ada banyak alur jeram yang secara langsung merupakan rintangan yang harus dihindari. Pilih jalur termudah. Dengan melewati suatu jalur jeram yang tepat, berarti jeram yang dilewati tersebut tidak perlu dengan melakukan manuver yang berlebihan. Cukup mengikuti kecepatan aliran arus air yang ada pada jeram tersebut.</p> <p style="text-align: justify;">Pada aliran yang bertenaga kuat, minimumkan usaha manuver, karena manuver cenderung memepercepat keadaan perahu terbalik. Sebab akhir dari aliran arus yang kuat membentuk ombak dan gelombang yang tinggi.</p> <p style="text-align: justify;">Dalam memutuskan suatu jalur tetentu, resiko melakukan kesalahan harus diperhitungkan. Kerap kali setelah kita menentukan suatu jalur, berulang kali harus diamati dari mulut hingga kaki lidah air.Setelah berhasil melalui alur diantara batu-batu, maka jalur-jalur tersebut dipelajari dan diingat kembali untuk digunakan sebagai pegangan / patokan dalam pengarungan selanjutnya.</p> <p style="text-align: justify;"><img src="http://rimbakalimantan.multiservers.com/images/a24.gif" alt="" width="300" border="0" height="276" /></p> <p style="text-align: justify;">gambar 16. merencanakan jalur</p> <p style="text-align: justify;"><strong>IV.4. MENGHADAPI KEADAAN DARURAT</strong></p> <p style="text-align: justify;">Suatu keadaan darurat dalam olah raga arung jeram disebabkan beberapa hal sebagai berikut:</p> <p style="text-align: justify;"><strong>IV.4.1. MENABRAK BATU</strong></p> <p style="text-align: justify;">Menabrak batu yang muncul di permukaan air, umumnya jarang berakibat fatal bila diatasi dengan cepat dan tidak panik. Jika tabrakan dengan batu tak mungkin dihindari, maka arahkan haluan ke batu tersebut. Akibat dari tindakan ini, perahu akan terhenti sesaat dan arus di sekitar batu akan memutar perahu dan bagi awak perahu yang kurang waspada biasanya akan terpental dari perahu. Lakukan langkah-langkah pengamanan dengan posisi siap mendayung untuk keluar dari situasi berbahaya lebih lanjut, di sebelah hulu.</p> <p style="text-align: justify;"><img src="http://rimbakalimantan.multiservers.com/images/a26.gif" alt="" width="250" border="0" height="278" /></p> <p style="text-align: justify;">gambar 17. wrapped</p> <p style="text-align: justify;"><strong>IV.4.2. MENEMPEL DI BATU</strong></p> <p style="text-align: justify;">Bilamana perahu menabrak batu pada sisi kiri / kanan maka seluruh awak dari sisi lainnya harus segera berpindah ke sisi dimana perahu itu menempel di batu. Dorongan arus yang kuat dari hulu akan mengengkat naik perahu dan menempel di batu.</p> <p style="text-align: justify;"><strong>IV.4.3. TERBALIK</strong></p> <p style="text-align: justify;">Bila perahu akan terbalik waspada dan hati-hatilah terhadap bahaya berikutnya, baik terhadap benda-benda keras di dalam perahu atau batu itu sendiri. Jika perahu akibat dari tabrakan itu terbalik, maka segera melompat kearah yang bebas dan aman. Bagi awak perahu yang tidak dapat segera lepas dari perahu yang terjebak, tertutup dalam bagian perahu yang terbalik. Segera keluarlah pada situasi seperti ini, sehingga akan terhindar dari benturan batu bagian bawah yang tidak terlihat.</p> <p style="text-align: justify;">CATATAN : Bila menabrak batu dengan haluan di muka, reaksi dan respon orang-orang di buritan harus segera berpindah ke tengah, dengan demikian perahu akan terhindar dari terbalik atau terangkat menempel di batu.</p> <p style="text-align: justify;">Perahu yang terbalik dan tidak dapat segera dikembalikan ke posisi semula dengan ringan / mudah, maka tali dan tenaga aliran sungai dari hulu dapat membantunya, dan ini dilakukan setelah perahu bebas dari aliran arus yang kuat dan berjeram.</p> <p style="text-align: justify;">Awak perahu naik ke sisi perahu yang mengarah ke hulu. Setelah perahu dimiringkan dengan bantuan tali, arus sungai dari bagian hulu akan membantu mendorong bagian bawah yang memutar perahu untuk dan mudah dibalikkan kembali.</p> <p style="text-align: justify;"><img src="http://rimbakalimantan.multiservers.com/images/a25.gif" alt="" width="300" border="0" height="226" /></p> <p style="text-align: justify;">gambar 18. membalikkan perahu</p> <p style="text-align: justify;"><strong>IV.4.4. BERENANG DI JERAM</strong></p> <p style="text-align: justify;">Bila awak perahu terlempar dari perahu, berteriaklah agar diketahui oleh teman yang lain. Berenanglah ke arah tepi atau ke arah perahu. Posisi berenang yang benar pada sungai yang berjeram dan berbatu yaitu dengan muka menghadap ke hilir. Tetapi pada jeram tanpa batu, posisi berenang adalah mendatar di atas perut seperti biasa. Bagaimanapun saat berenang harus memperhatikan rintangan atau hambatan batu di depan, perhitungkan arah arus agar dapat menghindar terhadap rintangan berikutnya.</p> <p style="text-align: justify;"><img src="http://rimbakalimantan.multiservers.com/images/a14.gif" alt="" width="272" border="0" height="71" /></p> <p style="text-align: justify;">gambar 19. berenang di jeram</p><p style="text-align: justify;">Sumber : http://rimbakalimantan.multiservers.com/tips3.html</p>Education-http://www.blogger.com/profile/06182734592281203101noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1306928631943690434.post-24504573274502525502009-09-22T10:07:00.000+07:002009-09-22T11:59:30.279+07:00Panjat Tebing<b><br /></b> <span style="color: rgb(0, 0, 0);font-family:verdana,arial,sans-serif;font-size:11px;" > </span><div style="text-align: right;"><div style="text-align: center;"><span style="color: rgb(0, 0, 0);font-family:verdana,arial,sans-serif;font-size:11px;" ><span style="font-weight: bold;font-size:78%;" ><span style="font-family:Verdana,Arial,Helvetica,sans-serif;">BAB 1<br /></span></span><span style="font-weight: bold;font-size:78%;" ><span style="font-family:Verdana,Arial,Helvetica,sans-serif;">PENDAHULUAN *<br /></span></span><span style="font-size:78%;"><span style="font-family:Verdana,Arial,Helvetica,sans-serif;"></span></span><span style="font-style: italic;font-size:78%;" ><span style="font-family:Verdana,Arial,Helvetica,sans-serif;"></span></span></span></div><span style="color: rgb(0, 0, 0);font-family:verdana,arial,sans-serif;font-size:11px;" ><span style="font-style: italic;font-size:78%;" ><span style="font-family:Verdana,Arial,Helvetica,sans-serif;"><span class="fullpost"><br /><br />The mountains tell you, quite ruthlessly, </span></span><span style="font-size:78%;"><br /></span><span style="font-style: italic;font-size:78%;" ><span style="font-family:Verdana,Arial,Helvetica,sans-serif;">who you are, and what you are. </span></span><span style="font-size:78%;"><br /></span><span style="font-style: italic;font-size:78%;" ><span style="font-family:Verdana,Arial,Helvetica,sans-serif;">Mountaineering is a game where you can’t cheat ...,</span></span><span style="font-size:78%;"><br /></span><span style="font-style: italic;font-size:78%;" ><span style="font-family:Verdana,Arial,Helvetica,sans-serif;"> more than that, what’s important is your determination cool nerves,</span></span><span style="font-size:78%;"><br /></span><span style="font-style: italic;font-size:78%;" ><span style="font-family:Verdana,Arial,Helvetica,sans-serif;"> and knowing how to make the right choice.</span></span><span style="font-size:78%;"><br /></span><span style="font-weight: bold;font-size:78%;" ><span style="font-family:Verdana,Arial,Helvetica,sans-serif;">George L. Mallory</span></span><span style="font-size:78%;"><br /></span></span></span></div><span style="color: rgb(0, 0, 0);font-family:verdana,arial,sans-serif;font-size:11px;" ><span style="font-size:78%;"><br /><br /></span><span style="font-size:78%;"><span style="font-family:Verdana,Arial,Helvetica,sans-serif;">Pada dasarnya Rock Climbing adalah bagian dari Mountaineering (kegiatan mendaki gunung, suatu perjalanan petualangan ke tempat-tempat yang tinggi), hanya di sini kita menghadapi medan yang khusus. Dengan membedakan daerah atau medan yang dilalui, Mountaineering dapat dibagi menjadi : </span><br /></span><span style="font-size:78%;"><span style="font-family:Verdana,Arial,Helvetica,sans-serif;">• Hill Walking, merupakan perjalanan biasa melewati serangkaian hutan dan perbukitan dengan berbekal pengetahuan peta/kompas dan survival. Kekuatan kaki menjadi faktor utama suksesnya suatu perjalanan. </span><br /></span><span style="font-size:78%;"><span style="font-family:Verdana,Arial,Helvetica,sans-serif;">• Rock Climbing, disini medan yang dihadapi berupa bentukan vertikal (perbukitan atau tebing )di mana sudah diperlukan bantuan tangan untuk menjaga keseimbangan tubuh atau untuk menambah ketinggian.</span><br /></span><span style="font-size:78%;"><span style="font-family:Verdana,Arial,Helvetica,sans-serif;">• Ice/Snow Climbing, hampir sama seperti halnya dengan Rock Climbing, namun medan yang dihadapi adalah perbukitan atau tebing es/salju . </span><br /><br /></span><span style="font-size:78%;"><span style="font-family:Verdana,Arial,Helvetica,sans-serif;">Beberapa catatan sejarah Panjat Tebing :</span><br /></span><span style="font-weight: bold;font-size:78%;" ><span style="font-family:Verdana,Arial,Helvetica,sans-serif;">1865 </span></span><span style="font-size:78%;"><br /></span><span style="font-size:78%;"><span style="font-family:Verdana,Arial,Helvetica,sans-serif;">Dinding selatan Mont Blanc dipanjat untuk pertama kali lewat lintasan Old Brenva, menandai lahirnya panjat es (ice climbing). Sementara itu di Alpen bagian tengah, Edward Whymper dan enam rekannya berhasil menggapai Puncak Matterhorn (4474 m)di Swiss. Tetapi 4 anggota tim, yang saling terikat dalam satu tali, tewas dalam perjalanan turun, ketika salah seorang terpeleset jatuh dan menyeret yang lain. Musibah ini mengakhiri 11 tahun Zaman Keemasan. Tak urung lebih dari 180 puncak besar telah didaki dalam masa itu, sedikitnya satu kali, dan lebih dari setengahnya oleh orang-orang Inggris. </span><br /></span><span style="font-weight: bold;font-size:78%;" ><span style="font-family:Verdana,Arial,Helvetica,sans-serif;">1874 </span></span><span style="font-size:78%;"><br /></span><span style="font-size:78%;"><span style="font-family:Verdana,Arial,Helvetica,sans-serif;">WA Coolidge mendaki Puncak Jungfrau dan Wetterhorn di musim dingin, sehingga digelari Bapak Winter Climbing. Pada tahun 1870-an ini muncul trend baru, pendakian tanpa pemandu, yang segera menjadi ukuran kebanggaan di antara pendaki. </span><br /></span><span style="font-weight: bold;font-size:78%;" ><span style="font-family:Verdana,Arial,Helvetica,sans-serif;">1878 </span></span><span style="font-size:78%;"><br /></span><span style="font-size:78%;"><span style="font-family:Verdana,Arial,Helvetica,sans-serif;">Regu yang dipimpin Clinton Dent berhasil memanjat Aiguille du Dru di Perancis, memicu trend baru lagi, yaitu pemanjatan tebing-tebing yang tak seberapa tinggi namun curam dan sulit. </span><br /></span><span style="font-weight: bold;font-size:78%;" ><span style="font-family:Verdana,Arial,Helvetica,sans-serif;">1883 </span></span><span style="font-size:78%;"><br /></span><span style="font-size:78%;"><span style="font-family:Verdana,Arial,Helvetica,sans-serif;">WW Graham menjadi orang Eropa pertama yang mengunjungi Pegunungan Himalaya dengan tujuan mendaki gunung sebagai olahraga dan petualangan. Dia mendaki beberapa puncak rendah di kawasan Nanda Devi dan Sikkim India, bahkan konon berhasil mencapai Puncak Changabang (6864 m). </span><br /></span><span style="font-weight: bold;font-size:78%;" ><span style="font-family:Verdana,Arial,Helvetica,sans-serif;">1910 </span></span><span style="font-size:78%;"><br /></span><span style="font-size:78%;"><span style="font-family:Verdana,Arial,Helvetica,sans-serif;">Karabiner buat pertama kali dipakai dalam pendakian gunung, diperkenalkan oleh pemanjat-pemanjat dari Munich, Jerman Barat, diilhami oleh penggunaannya dalam pasukan pemadam kebakaran. </span><br /></span><span style="font-weight: bold;font-size:78%;" ><span style="font-family:Verdana,Arial,Helvetica,sans-serif;">1931 </span></span><span style="font-size:78%;"><br /></span><span style="font-size:78%;"><span style="font-family:Verdana,Arial,Helvetica,sans-serif;">Schmid bersaudara mencapai Puncak Matterhorn lewat dinding utara, sekaligus melahirkan demam North Wall Climbing. Peningkatan taraf hidup di Inggris dan Eropa daratan pada umumnya, menimbulkan perubahan pola penduduk kota melewatkan waktu luangnya, menyebabkan populernya panjat tebing. </span><br /></span><span style="font-weight: bold;font-size:78%;" ><span style="font-family:Verdana,Arial,Helvetica,sans-serif;">1932 </span></span><span style="font-size:78%;"><br /></span><span style="font-size:78%;"><span style="font-family:Verdana,Arial,Helvetica,sans-serif;">Grivel memperkenalkan cakar es (crampoon) model 12 gigi, yang karena efektifnya tetap disukai hingga kini. </span><br /></span><span style="font-weight: bold;font-size:78%;" ><span style="font-family:Verdana,Arial,Helvetica,sans-serif;">1933 </span></span><span style="font-size:78%;"><br /></span><span style="font-size:78%;"><span style="font-family:Verdana,Arial,Helvetica,sans-serif;">Comici dari Italia memanjat overhang dinding utara Cima Grande Lavredo di kawasan Dolomite, Alpen Timur, menandai aid climbing yang pertama. Sekitar tahun ini pula sol sepatu Vibram ditermukan oleh Vitale Bramini. </span><br /></span><span style="font-weight: bold;font-size:78%;" ><span style="font-family:Verdana,Arial,Helvetica,sans-serif;">1937 </span></span><span style="font-size:78%;"><br /></span><span style="font-size:78%;"><span style="font-family:Verdana,Arial,Helvetica,sans-serif;">Bill Murray mengubah tongkat pendaki yang panjang menjadi kapak es, menandai lahirnya panjat es modern. </span><br /></span><span style="font-weight: bold;font-size:78%;" ><span style="font-family:Verdana,Arial,Helvetica,sans-serif;">1938 </span></span><span style="font-size:78%;"><br /></span><span style="font-size:78%;"><span style="font-family:Verdana,Arial,Helvetica,sans-serif;">Dinding utara Eiger di Swiss akhirnya berhasil dipanjat, oleh tim gabungan Jerman Barat dan Austria, yang oleh Hitler diiming-imingi dengan medali emas olympiade. Dinding maut ini sebelumnya telah menelan cukup banyak korban, dan berlanjut hingga kini. </span><br /></span><span style="font-weight: bold;font-size:78%;" ><span style="font-family:Verdana,Arial,Helvetica,sans-serif;">1949 </span></span><span style="font-size:78%;"><br /></span><span style="font-size:78%;"><span style="font-family:Verdana,Arial,Helvetica,sans-serif;">Nepal membuka perbatasannya bagi orang luar. </span><br /></span><span style="font-weight: bold;font-size:78%;" ><span style="font-family:Verdana,Arial,Helvetica,sans-serif;">1950 </span></span><span style="font-size:78%;"><br /></span><span style="font-size:78%;"><span style="font-family:Verdana,Arial,Helvetica,sans-serif;">Tibet dicaplok Cina. Pendakian Himalaya dari sisi ini tak diperkenankan lagi. Maurice Herzog memimpin ekspedisi Perancis mendaki Annapurna (8091m), puncak 8000-an yang pertama, menandai awal 20 tahun Zaman Keemasan pendakian di Himalaya. Di Alpen, tali nilon mulai dipergunakan. Sebelumnya, tali serat tumbuhan hampir tak memiliki kelenturan, sehingga ada 'hukum' bahwa seorang leader tak boleh jatuh, sebab hampir pasti pinggangnya patah tersentak. Pakaian bulu angsa mulai membuat malam-malam di bivouac lebih nyaman. </span><br /></span><span style="font-weight: bold;font-size:78%;" ><span style="font-family:Verdana,Arial,Helvetica,sans-serif;">1951 </span></span><span style="font-size:78%;"><br /></span><span style="font-size:78%;"><span style="font-family:Verdana,Arial,Helvetica,sans-serif;">Don Whillan menemukan pasangannya, Joe Brown, duet pemanjat terkuat yang pemah dimiliki Inggris. Panjat bebas (free climbing) gaya Inggris menjadi tolok ukur dunia panjat tebing. Walter Bonatti dkk. menyelesaikan dinding timur Grand Capucin, awal aid climbing pada tebing yang masuk kategori big wall. Bermula di Inggris, terjadi Revolusi Padas. Tebing batu gamping ternyata tak serapuh yang selama itu disangka. Tebing-tebing granit dan batuan beku lainnya mendapat saingan. </span><br /></span><span style="font-weight: bold;font-size:78%;" ><span style="font-family:Verdana,Arial,Helvetica,sans-serif;">1952 </span></span><span style="font-size:78%;"><br /></span><span style="font-size:78%;"><span style="font-family:Verdana,Arial,Helvetica,sans-serif;">Herman Buhl solo di dinding timur laut Piz Badile di Swiss, dalam waktu 4 1/2 jam. Inilah nenek moyang speed climbing. Rekor waktu pada rute tersebut, yang dibuat tahun 1937 adalah 52 jam. </span><br /></span><span style="font-weight: bold;font-size:78%;" ><span style="font-family:Verdana,Arial,Helvetica,sans-serif;">1955 </span></span><span style="font-size:78%;"><br /></span><span style="font-size:78%;"><span style="font-family:Verdana,Arial,Helvetica,sans-serif;">Walter Bonatti solo pilar barat daya du Dru 6 hari. </span><br /></span><span style="font-weight: bold;font-size:78%;" ><span style="font-family:Verdana,Arial,Helvetica,sans-serif;">1957 </span></span><span style="font-size:78%;"><br /></span><span style="font-size:78%;"><span style="font-family:Verdana,Arial,Helvetica,sans-serif;">Herman Buhl dan tim Austria mencapai Puncak Broad Peak (8047 m), sekaligus mematok pendakian pertama gunung 8000-an dengan alpine tactic. </span><br /></span><span style="font-weight: bold;font-size:78%;" ><span style="font-family:Verdana,Arial,Helvetica,sans-serif;">1960 </span></span><span style="font-size:78%;"><br /></span><span style="font-size:78%;"><span style="font-family:Verdana,Arial,Helvetica,sans-serif;">Claudio Barbier dari Belgia solo ketiga dinding utara di Tre Cima Laverdo dalam 1 hari. Pertama kali speed climbing menggunakan teknik gabungan free dan aid climbing. Helm mulai sering digunakan para pemanjat tebing. Harness menjadi wajib, menyusul kematian seorang pemanjat Inggris di Dolomite. Harness pertama yang diproduksi massal dan dijual untuk umum terbuat dari webbing, merek Tankey. Tebing 48 Citatah mulai digunakan sebagai ajang latihan bagi pasukan Angkatan Darat Indonesia. </span><br /></span><span style="font-weight: bold;font-size:78%;" ><span style="font-family:Verdana,Arial,Helvetica,sans-serif;">1961 </span></span><span style="font-size:78%;"><br /></span><span style="font-size:78%;"><span style="font-family:Verdana,Arial,Helvetica,sans-serif;">Ekspedisi dari Selandia Baru coba mendaki Carstensz Pyramide tapi mengalami kegagalan sebab keterlambatan dukungan logistik lewat jembatan udara. </span><br /></span><span style="font-weight: bold;font-size:78%;" ><span style="font-family:Verdana,Arial,Helvetica,sans-serif;">1962 </span></span><span style="font-size:78%;"><br /></span><span style="font-size:78%;"><span style="font-family:Verdana,Arial,Helvetica,sans-serif;">Puncak Cerstensz Pyramide akhirnya berhasil digapai oteh tim Heinrich Heiner. Juga Puncak Eidenburg didekatnya, oleh ekspedisi yang dipimpin oleh Phillip Temple. Awal pemakaian baut tebing di Alpen; Tebing pantai mulai diminati. Pemanjat Amerika Serikat mulai bicara di Alpen, diawali Hemmings dan Robbins yang menciptakan lintasan super sulit di dinding barat du Dru. </span><br /></span><span style="font-weight: bold;font-size:78%;" ><span style="font-family:Verdana,Arial,Helvetica,sans-serif;">1963 </span></span><span style="font-size:78%;"><br /></span><span style="font-size:78%;"><span style="font-family:Verdana,Arial,Helvetica,sans-serif;">Tim gabungan Inggris-AS memanjat dinding selatan Aiguille du Fou, hardest technical climbing di Alpen waktu ilu, dengan teknik-teknik aid climbing gaya AS. Kode etik dalam panjat tebing mulai banyak diperdebatkan di rumah-rumah minum. Pemanjatan solo pertama Eiger Nordwand, oleh Michel Darbellay, dalam satu hari. Bonatti dan Zapelli menyantap mix climbing (ice dan rock) tersulit di Alpen, dinding utara Grand Pilier d'Angle di Mont Blanc. Seorang ahli gletser yang baru kembali dari Antartika berusaha mendaratkan pesawat terbangnya di di Puncak Jaya, dekat Carstensz. Untung angin kencang mengurungkan niatnya, sebab salju tebal di sana terlalu lunak sebagai landas pacu. Tapi buntutnya, dua pesawat DC 3 kandas di lereng utara dan selatannya, pada ketinggian sekitar 4300 meter. </span><br /></span><span style="font-weight: bold;font-size:78%;" ><span style="font-family:Verdana,Arial,Helvetica,sans-serif;">1965 </span></span><span style="font-size:78%;"><br /></span><span style="font-size:78%;"><span style="font-family:Verdana,Arial,Helvetica,sans-serif;">Seratus tahun pendakian pertama Matterhorn diperingati dengan peliputan pendakian Hornli dkk oleh BBC TV sampai ke puncak. Untuk pertama kalinya pendakian gunung maupun panjat tebing menjadi olahraga yang juga dapat 'ditonton' orang banyak. Robbins dan John Harlin dri AS bikin lintasan lurus di dinding barat du Dru, mendemonstrasikan keunggulan pemanjat AS dalam pemanjatan panjang dan berat. Pemerintah Nepal menutup pendakian Himalaya di wilayahnya. </span><br /></span><span style="font-weight: bold;font-size:78%;" ><span style="font-family:Verdana,Arial,Helvetica,sans-serif;">1967 </span></span><span style="font-size:78%;"><br /></span><span style="font-size:78%;"><span style="font-family:Verdana,Arial,Helvetica,sans-serif;">Revolusi bagi para pemanjat es. Chouinnard memperkenalkan kapak es berujung lengkung, dan McInnes menawarkan jenis Terodactyl. Lahirnya sekrup es berbentuk pipa meningkatkan standar pemanjatan ice climbing. Penggunaan tali kernmantel dipelopori oleh Inggris. </span><br /></span><span style="font-weight: bold;font-size:78%;" ><span style="font-family:Verdana,Arial,Helvetica,sans-serif;">1968 </span></span><span style="font-size:78%;"><br /></span><span style="font-size:78%;"><span style="font-family:Verdana,Arial,Helvetica,sans-serif;">Nafas segar bagi para pendaki, sejumlah lapangan terbang milik misi Katolik dibuka di Irian. Tapi hampir bersamaan dengan itu Pemerintah Rl tidak lagi mengeluarkan izin pendakian di kawasan Carstensz. </span><br /></span><span style="font-weight: bold;font-size:78%;" ><span style="font-family:Verdana,Arial,Helvetica,sans-serif;">1969 </span></span><span style="font-size:78%;"><br /></span><span style="font-size:78%;"><span style="font-family:Verdana,Arial,Helvetica,sans-serif;">Reinhold Messner keluar dari pertapaannya di tebing-tebing Alpen Timur, meluruk ke barat, menyikat dinding es raksasa tes Drotes dalam waktu 81/2 jam solo, membuyarkan rekor sebelumnya, 3 hari. Pemanjat-pemanjat Jepang mulai membanjiri pasaran di Alpen, antara lain membuat lintasan baru di Eiger. Sensus yang dilakukan British Mountaineering Club (BMC) mengatakan, ada 45.000 pemanjat dan 500.000 walkers, di Inggris saja. Nomer perdana majalah 'Mountain' beredar, menjadi media pendaki gunung dan pemanjat tebing pertama yang beredar luas dalam bahasa Inggris, sehingga banyak mempengaruhi perkembangan lewat perdebatan dan opini. </span><br /></span><span style="font-weight: bold;font-size:78%;" ><span style="font-family:Verdana,Arial,Helvetica,sans-serif;">1970 </span></span><span style="font-size:78%;"><br /></span><span style="font-size:78%;"><span style="font-family:Verdana,Arial,Helvetica,sans-serif;">Dinding Selatan Annapurna dirambah tim Inggris, menggunting pita pembukaan era pendakian jalur-jalur sulit di gunung-gunung besar. Tingkat kesulitan lintasan menjadi lebih penting dari pada sekedar mencapai puncak. Ini tak lepas dari kian canggihnya perlengkapan panjat es, kecepatan pemanjatan meningkat drastis. Di Alpen, artificial climbing tambah populer dan kaya teknik. Kurang lebih tahun ini pula lahir cabang panjat dinding. Tebing buatan yang pertama dikenal orang kemungkinan besar didirikan di Universitas Leeds, Inggris. Perancangnya Don Robinson, yang kemudian juga merancang dinding panjat di Acker's Trust, Birmingham, dinding panjat pertama yang diklaim mampu menampung segala pegangan, pijakan dan gerakan panjat tebing, sekaligus menawarkan bentuk sculpture yang artistik. Sejalan dengan itu, bentuk-bentuk latihan terpisah dalam panjat tebing mulai menggema. Salah seorang pelopornya ialah Pete Livesey, pemanjat yang juga pecinta speleologi dan olahraga kano, serta punya dasar di atletik sebagai pelari. Pete tahu benar pentingnya latihan spesifik bagi jenis-jenis olahraga tersebut. Dan dia mencoba menerapkan prinsip yang sama pada panjat tebing. Pelan tapi pasti, panjat tebing mulai dipandang lebih sebagai kegiatan atletis, ketimbang sekedar 'hura-hura di tebing'. Tak lagi memadai semboyan <span style="font-style: italic;">'best training for climber is climbing'</span>, apalagi hanya dengan memupuk kejantanan lewat gelas-gelas bir, seperti yang selama & dianut. </span><br /></span><span style="font-weight: bold;font-size:78%;" ><span style="font-family:Verdana,Arial,Helvetica,sans-serif;">1971 </span></span><span style="font-size:78%;"><br /></span><span style="font-size:78%;"><span style="font-family:Verdana,Arial,Helvetica,sans-serif;">Kawasan Carstensz kembali dibuka untuk pendakian, segera diserbu oleh ekspedisi-ekspedisi dari Australia, Jerman, AS, bahkan Hongkong. Tahun ini pula Mapala UI berhasil mencapai Puncak Jaya, antara lain oleh Herman O. Lantang dan Rudy Badil, orang-orang sipil Indonesia pertama. </span><br /></span><span style="font-weight: bold;font-size:78%;" ><span style="font-family:Verdana,Arial,Helvetica,sans-serif;">1972 </span></span><span style="font-size:78%;"><br /></span><span style="font-size:78%;"><span style="font-family:Verdana,Arial,Helvetica,sans-serif;">Untuk pertama kalinya panjat dinding masuk dalam jadwal olimpiade, yaitu didemonstrasikan dalam Olympiade Munich. </span><br /></span><span style="font-weight: bold;font-size:78%;" ><span style="font-family:Verdana,Arial,Helvetica,sans-serif;">1974 </span></span><span style="font-size:78%;"><br /></span><span style="font-size:78%;"><span style="font-family:Verdana,Arial,Helvetica,sans-serif;">Pasangan Reinhold Messner dan Peter Habeler mendaki Hidden Peak (8068 m) di Karakoram, 3 hari dengan Alpine push, kemudian memecahkan rekor kecepatan Eiger, 10 jam. </span><br /></span><span style="font-weight: bold;font-size:78%;" ><span style="font-family:Verdana,Arial,Helvetica,sans-serif;">1975 </span></span><span style="font-size:78%;"><br /></span><span style="font-size:78%;"><span style="font-family:Verdana,Arial,Helvetica,sans-serif;">Ekspedisi dari Jepang menjadi tim wanita pertama yang menjejakkan Puncak Everest. Sementara itu Cina mengirimkan tim pertamanya, dari punggungan timur laut. Perlengkapan panjat es kian lengkap, lalu ramalan cuaca kian akurat dengan intervensi komputer. Akibatnya, seolah tak ada lagi pelosok Alpen yang terpencil. Namun, bercak-bercak kapur magnesium mulai terasa merisihkan tebing-tebing di Inggris dan Eropa daratan, kebanyakan dituduhkan sebagai ulah pemanjat-pemanjat 'hijau', yang mengobral magnesium pada lintasan-lintasan yang seharusnya bisa dilampaui tanpa bubuk itu. </span><br /></span><span style="font-weight: bold;font-size:78%;" ><span style="font-family:Verdana,Arial,Helvetica,sans-serif;">1976 </span></span><span style="font-size:78%;"><br /></span><span style="font-size:78%;"><span style="font-family:Verdana,Arial,Helvetica,sans-serif;">Harry Suliztiarto tak sanggup lagi menahan obsesinya, dengan tali nilon dia mulai latihan panjat memanjat di Citatah, dan dibelay oleh pembantu rumahnya. Patok pertama panjat tebing modern di Indonesia. </span><br /></span><span style="font-weight: bold;font-size:78%;" ><span style="font-family:Verdana,Arial,Helvetica,sans-serif;">1977 </span></span><span style="font-size:78%;"><br /></span><span style="font-size:78%;"><span style="font-family:Verdana,Arial,Helvetica,sans-serif;">Skygers Amateur Rock Climbing Group didirikan di Bandung oleh Harry Suliztiaito, Agus Resmonohadi, Heri Hermanu, Deddy Hikmat. Inilah awal tersebarnya kegiatan panjat tebing di Indonesia. Ekspedisi Selandia Baru coba mendaki Everest tanpa bantuan sherpa. Mereka cuma sampai South Col, tapi mereka mereka seolah memukul gong yang gaungnya merantak ke mana-mana, 'ekspedisi berdikari'. Yang pro mengganggapnya sebagai kejujuran yang wajib, yang kontra melecehkannya sebagai kesia-siaan yang konyol. Perdebatan tak selesai hingga kini. </span><br /></span><span style="font-weight: bold;font-size:78%;" ><span style="font-family:Verdana,Arial,Helvetica,sans-serif;">1979 </span></span><span style="font-size:78%;"><br /></span><span style="font-size:78%;"><span style="font-family:Verdana,Arial,Helvetica,sans-serif;">Harry Suliztiarto memanjat atap Planetarium, Taman Ismail Marzuki. </span><br /></span><span style="font-weight: bold;font-size:78%;" ><span style="font-family:Verdana,Arial,Helvetica,sans-serif;">1980 </span></span><span style="font-size:78%;"><br /></span><span style="font-size:78%;"><span style="font-family:Verdana,Arial,Helvetica,sans-serif;">Tebing Parang untuk pertama kalinya oleh tim ITB, di bawah pimpinan Harry Sulisztiarto. Skygers menyelenggarakan sekolah panjat tebing untuk pertama kalinya. Sampai kini belum ada lagi kelompok yang membuat pendidikan panjat tebing untuk umum seperti ini. </span><br /></span><span style="font-weight: bold;font-size:78%;" ><span style="font-family:Verdana,Arial,Helvetica,sans-serif;">1981 </span></span><span style="font-size:78%;"><br /></span><span style="font-size:78%;"><span style="font-family:Verdana,Arial,Helvetica,sans-serif;">Dua ekspedisi Indonesia sekaligus di dinding Selatan Carstensz, Mapala Ul dan ITB. Salah seorang anggota tim Mapala Ul, Hartono Basuki, gugur di sini. Jayagiri dari Bandung mengirimkan Danardana mengikuti sekolah pendaki gunung di Glenmore Lodge, Skotlandia, dilanjutkan pendakian Matterhorn di Swiss. </span><br /></span><span style="font-weight: bold;font-size:78%;" ><span style="font-family:Verdana,Arial,Helvetica,sans-serif;">1982 </span></span><span style="font-size:78%;"><br /></span><span style="font-size:78%;"><span style="font-family:Verdana,Arial,Helvetica,sans-serif;">Jayagiri kembali mengirimkan orang, Irwanto, ke sekolah pendakian di ISM, Swiss, dilanjulkan ekspedisi 4 orang ke Mont Blanc di Perancis, dan Matterhorn serta Monte Rosa di Swiss. Ahmad dari kelompok Gideon Bandung tewas terjatuh di Tebing 48 Citatah, korban pertama panjat tebing di Indonesia. </span><br /></span><span style="font-weight: bold;font-size:78%;" ><span style="font-family:Verdana,Arial,Helvetica,sans-serif;">1984 </span></span><span style="font-size:78%;"><br /></span><span style="font-size:78%;"><span style="font-family:Verdana,Arial,Helvetica,sans-serif;">UGM (Mapagama) mengirimkan Tim Ekspedisi Gajah Mada ke Irian Jaya. Tim panjatnya, Gendon Bandono, bersama Ahmad Rizali dari Mapala UI berhasil mencapai puncak Carstensz Pyramide melalui jalur normal. Tebing Lingga di Trenggalek, Jawa Timur, serta tebing pantai Uluwatu di Bali, berhasil dipanjat oleh kelompok Skygers bersama GAP (Gabungan Anak Petualang) dari Surabaya. </span><br /></span><span style="font-weight: bold;font-size:78%;" ><span style="font-family:Verdana,Arial,Helvetica,sans-serif;">1985 </span></span><span style="font-size:78%;"><br /></span><span style="font-size:78%;"><span style="font-family:Verdana,Arial,Helvetica,sans-serif;">Tebing Serelo di Lahat, Sumatra Selatan, berhasil dipanjat oleh tim yang menamakan dirinya Ekspedisi Anak Nakal. Ekspedisi Mapala Ul gagal mencapai Puncak Chulu West (6584 m) di Himalaya, Nepal. Ekspedisi Jayagiri gagal memanjat Eiger Nordwand. </span><br /></span><span style="font-weight: bold;font-size:78%;" ><span style="font-family:Verdana,Arial,Helvetica,sans-serif;">1986 </span></span><span style="font-size:78%;"><br /></span><span style="font-size:78%;"><span style="font-family:Verdana,Arial,Helvetica,sans-serif;">Kelompok gabungan Exclusive berhasil memanjat Tebing Bambapuang di selatan Toraja, Sulawesi Selatan. Ketompok UKL (Unit Kenal Lingkungan) Univeritas Pajajaran Bandung memanjat tebing Gunung Lanang di Jawa Timur. Pemanjat-pemanjat Jayagiri Bandung merampungkan Dinding Ponot di air terjun Sigura-gura, Sumatera Utara. Ekspedisi Jayagiri mengulang pemanjatan Eiger, berhasil, menciptakan lintasan baru. Kompetisi panjat tebing pertama di dunia diselenggarakan di Uni Soviet, di tebing alam, dan sempat ditayangkan juga oleh TVRI. Patrick Morrow, pendaki dan fotografer Kanada yang kelak mempopulerkan ide mendaki Seven Summits, mendaki Carstensz Pyramid bersama Adiseno dari Mapala UI. Ini puncak terakhir dari rangkaian Seven Summits yang didaki Pat Morrow. Tahun ini pula, bersamaan dengan EXPO di Vancouver, Kanada, Pat Morrow menemani Norman Edwin, Adiseno, dan Tituz Pramono dari Mapala UI untuk memanjat puncak granit Bugaboo Spire (3186 m), salah satu puncak terpopuler Kanada yang terletak di kawasan British Columbia. </span><br /></span><span style="font-size:78%;"><span style="font-family:Verdana,Arial,Helvetica,sans-serif;">Mapala UI berlatih di Carstensz dengan ketuanya Adiseno. Kelak, Mapala UI meneruskan tradisi latihan di Carstensz ini nyaris secara reguler. Beberapa tim yang datang ke sana antara lain dipimpin Handiman Rico (Koko), lalu oleh tim yang dipimpin Aloysius Febrian (Dedi).</span><br /></span><span style="font-size:78%;"><span style="font-family:Verdana,Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="font-weight: bold;">1987</span> </span><br /></span><span style="font-size:78%;"><span style="font-family:Verdana,Arial,Helvetica,sans-serif;">Empat Anggota Ekspedisi Aranyacala Universitas Trisakti tewas diserang Gerombolan Pengacau Irian dalam perjalanan menuju Jayawaijaya. Ekspedisi Wanadri menyelesaikan pemanjatan Tebing Batu Unta di Kalimantan Barat. Kelompok Trupala memanjat tebing Bukit Gajah di Jawa Tengah. Sepikul di Jawa Timur disantap Skygers. Lomba panjat tebing pertama di Indonesia dilaksanakan di tebing pantai Jimbaran di Bali. </span><br /></span><span style="font-weight: bold;font-size:78%;" ><span style="font-family:Verdana,Arial,Helvetica,sans-serif;">1988 </span></span><span style="font-size:78%;"><br /></span><span style="font-size:78%;"><span style="font-family:Verdana,Arial,Helvetica,sans-serif;">Dinding panjat buat pertama kali diperkenalkan di Indonesia, dibawa oleh 4 atlet pemanjat Prancis yang diundang atas kerjasama Kantor Menpora dengan Kedubes Perancis di Jakarta. Mereka juga sempat memberikan ilmu lewat kursus singkat kepada pemanjat-pemanjat kita. Bersamaan, lahir Federasi Panjat Gunung & Tebing Indonesia, diketuai Harry Suliztiarto. Untuk pertama kalinya disusun rangkaian kejuaraan untuk memperebutkan Piala Dunia Panjat Dinding yang direstui dan diawasi langsung oleh UIAA (badan Internasional yang membawahi federasi-federasi panjat tebing dan pendaki gunung), diawali dengan kejuaraan di Snowbird, Utah, AS. Ekspedisi panjat tebing pertama yang dilakukan sepenuhnya oleh wanita, Ekspedisi Putri Parang Aranyacala, Tower III. Sedangkan kelompok putranya memanjat Tebing Gunung Kembar di Citeureup, Bogor. Ekspedisi UKL Unpad Bandung di Batu Unta, Kalbar, kehilangan satu anggotanya, Yanto Martogi Sitanggang jatuh bebas. Speed climbing pertama di Indonesia dilakukan oleh Sandy & Jati, di dinding utara Parang, 3 jam. Sekaligus merupakan pemanjatan big wall pertama tanpa menggunakan alat pengaman sama sekali, keduanya hanya dihubungkan dengan tali. </span><br /></span><span style="font-size:78%;"><span style="font-family:Verdana,Arial,Helvetica,sans-serif;">Lomba panjat 'tebing buatan' pertama dilakukan di Bandung, mengambil dinding gardu listrik. Lalu di Alpen, Ekspedisi Jayagiri Speed Climbing gagal memenuhi target waktu 2 hari pemanjatan dinding utara Eiger, mulur menjadi 5 hari. Sedangkan ekspedisi dari Pataga Jakarta berhasil menciptakan lintasan baru di dinding yang sama. Di Yosemite, AS, Sandy Febyanto dan Jati Pranoto dari Jayagiri memanjat Tebing Half Dome (gagal memecahkan retor John Bachar & Peter Croft 4,5 jam) dan Tebing El Capitan (gagal memecahkan rekor 10,5 jam). </span><br /></span><span style="font-weight: bold;font-size:78%;" ><span style="font-family:Verdana,Arial,Helvetica,sans-serif;">1989 </span></span><span style="font-size:78%;"><br /></span><span style="font-size:78%;"><span style="font-family:Verdana,Arial,Helvetica,sans-serif;">Awal tahun dunia panjat tebing Indonesia merunduk dilanda musibah, gugurnya salah satu pemanjat terbaik Indonesia, Sandy Febyanto, jatuh di Tebing Pawon, Citatah. Tapi tak lama, semangat almarhum seolah justru menyebar ke segala penjuru, memacu pencetakan prestasi panjat tebing di Bumi Pertiwi ini. Tim Panjat Tebing Yogyakrta / TPTY melakukan ekspedisi ke Dinding Utara Carstensz tetapi gagal mencapai puncak secara direct, namun jalur normal Carstensz berhasil dipanjat sebelumnya. Kembali kawasan Citeureup dirambah anak Aranyacala, kali ini Tebing Rungking. Arek-arek Young Pioneer dari Malang memanjat tebing Gajah Mungkur di seputaran dalam kawah Gunung Kelud. Kemudian tim Jayagiri dalam persiapannya ke Lhotse Shar di Nepal, mematok target memanjati semua pucuk-pucuk tebing sekeliling kawah Kelud tadi, tapi tak berhasil. Ekspedisi Lhotse Shar itu sendiri batal berangkat. Tebing Uluwatu dipanjat ekspedisi putri yang kedua, dari Mahitala Unpar. Kelompok MEGA Universitas Terumanegara melakukan Ekspedisi Marathon Panjat Tebing, beruntun di tebing-tebing Citatah, Parang, Gajah Mungkur, dan berakhir di Uluwatu, dalam waktu hampir sebulan, marathon panjat tebing pertama di Indonesia. Ekspedisi Putri Lipstick Aranyacala dia Bambapuang, tapi musibah menimpa sebelum puncak tergapai. Ali Irfan Batubara, fotografer tim, tewas tergelincir dari ketinggian. Tahun ini tercatat tak kurang dari sepuluh kejuaraan panjat dinding diselenggarakan di Indonesia. Beberapa yang besar antara lain di Universitas Parahyangan Bandung, Universitas Trisakti Jakarta, ISTN Jakarta, di Markas Kopassus Grup I Serang, dua kali oleh Trupala SMA-6 (di Balai Sidang dan Ancol), lalu SMA 70 Bulungan Jakarta, kelompok KAPA FT Ul, Geologi ITB. </span><br /></span><span style="font-size:78%;"><span style="font-family:Verdana,Arial,Helvetica,sans-serif;">Akhir tahun ini ditutup dengan gebrakan Budi Cahyono melakukan pemanjatan solo di Tower III Tebing Parang. Artificial solo climbing pada big wall yang pertama di Indonesia. </span><br /></span><span style="font-weight: bold;font-size:78%;" ><span style="font-family:Verdana,Arial,Helvetica,sans-serif;">1990</span></span><span style="font-size:78%;"><br /></span><span style="font-size:78%;"><span style="font-family:Verdana,Arial,Helvetica,sans-serif;">Di Carstensz, Didiek Samsu dari Mapala UI mencetak rekor tercepat sampai saat itu. Base Camp di Lembah Danau-Danau ke puncak ditempuhnya dalam 10 jam. Didiek mendaki Carstensz menemani pendaki Belanda yang mengejar Seven Summits, Ronald Naar. </span><br /></span><span style="font-weight: bold;font-size:78%;" ><span style="font-family:Verdana,Arial,Helvetica,sans-serif;">1991 </span></span><span style="font-size:78%;"><br /></span><span style="font-size:78%;"><span style="font-family:Verdana,Arial,Helvetica,sans-serif;">Aryati menjadi wanita Asia pertama yang berhasil menjejakkan kakinya di Puncak Annapurna IV, Himalaya, pada Ekspedisi Annapurna Putri Patria Indonesia. Tim Srikandi Tim Panjat Tebing Yogyakarta (6 orang) membuat jalur di Bukit Tanggul, Tulung Agung, Jawa Timur. </span><br /></span><span style="font-weight: bold;font-size:78%;" ><span style="font-family:Verdana,Arial,Helvetica,sans-serif;">1992 </span></span><span style="font-size:78%;"><br /></span><span style="font-size:78%;"><span style="font-family:Verdana,Arial,Helvetica,sans-serif;">Dunia petualangan Indonesia kembali berduka karena kehilangan dua orang terbaiknya, Norman Edwin dan Didiek Syamsu, anggota Mapala UI tewas diterjang badai di Gunung Aconcagua, Argentina. Tiga anggota tim lainnya adalah Rudi Nurcahyo, Fayez, dan Dian Hapsari. Beberapa waktu kemudian, dua anggota Mapala UI menyelesaikan pendakian Aconcagua yaitu Ripto Mulyono dan Tantyo Bangun. Seven Summits ke-5 untuk Mapala UI. Tinggal dua yang belum: Everest dan Vinson Massif. Ekspedisi Pemanjat Putri Indonesia menjejakkan kakinya di Puncak Tebing Cima Ovest, Tre Cime, Italia. Ekspedisi Putri Khatulistiwa Tim Panjat Tebing Yogyakarta memanjat dinding utara Bukit Kelam, Sintang, Kalimantan Barat. Adi Seno dan Budi Cahyono ke Carstensz tahun 1992 bulan Mei. Bertemu dua pemanjat dari Eropa Timur. Adi Seno: “Saat turun Budi memungut helm mereka, karena helm mereka Petzl, mahal banget. Saya jatuhkan di puncak Carstensz ketika dipakai untuk menggali snow hole. Kita bermalam di puncak. Saya punya foto Budi di puncak ketika tiba malam, dia yang simpan. Teman-teman dari Wanadri, Jojo teman saya ke Vasuki Parbat tahun 1987 (Juni) tidak percaya saya sampai di atas sana. Kami manjat dua hari. Hari pertama kemah di teras besar. Hari kedua sampai di puncak pukul 18.00 waktu setempat. Bermalam karena jalan turun lewat rute normal yang saya pernah lewati dua kali sebelumnya (1984 dan 1986) tidak terlihat. Besoknya kita turun rapelling dan meninggalkan anchor di puncak tali. Sebuah webbing kuning, (mustinya Agung, Zainal, Rully dkk lihat karena selanjutnya mereka yang ke puncak). Rute tersebut di pesawat pulang ke Jakarta disepakati oleh Budi Cahyono, atas usul saya, untuk dinamai rute Norman Edwin yang tahun itu meninggal di Aconcagua. Ini mencontoh rute sulit di Eiger yang diberi nama pendaki Amerika terkemuka, yang tewas saat mencoba membuat rute. Cerita ini ada di TRAS edisi tahun 1993.” </span><br /></span><span style="font-weight: bold;font-size:78%;" ><span style="font-family:Verdana,Arial,Helvetica,sans-serif;">1993 </span></span><span style="font-size:78%;"><br /></span><span style="font-size:78%;"><span style="font-family:Verdana,Arial,Helvetica,sans-serif;">Mapala UI berekspedisi dan berlatih untuk kesekian kali ke Carstensz. Satu tim (Zainal, Agung, Rully) membuat jalur direct, memanjat Carstensz Pyramid dan kelak jalur ini diberi nama Didiek Samsu. Satu tim lagi (Sapto, Hariyono, Cholik, dll) mendaki lewat rute normal. Tim pimpinan M. Fayez ini juga mendaki puncak-puncak lain di kawasan itu, sekaligus melakukan penelitian terhadap fungsi faal manusia di ketinggian, melibatkan unsur medis dari Jakarta.</span><br /></span><span style="font-size:78%;"><span style="font-family:Verdana,Arial,Helvetica,sans-serif;">Bulan Desember, Adi Seno dan Diah Bisono berusaha ke Mount Cook lewat jalur pendakian pertama. Tapi lantas memustuskan kembali setibanya di gletser. </span><br /></span><span style="font-weight: bold;font-size:78%;" ><span style="font-family:Verdana,Arial,Helvetica,sans-serif;">1994 </span></span><span style="font-size:78%;"><br /></span><span style="font-size:78%;"><span style="font-family:Verdana,Arial,Helvetica,sans-serif;">Ekspedisi Mapala UI memanjat tebing-tebing di Trenggalek dan Pacitan. </span><br /></span><span style="font-weight: bold;font-size:78%;" ><span style="font-family:Verdana,Arial,Helvetica,sans-serif;">1995 </span></span><span style="font-size:78%;"><br /></span><span style="font-size:78%;"><span style="font-family:Verdana,Arial,Helvetica,sans-serif;">Adi Seno bersama Patrick dan Baiba Morrow mendaki 21 gunung di atas ketinggian 3000 meter di Jepang. Mereka menyeberangi Pulau Honsyu dari Laut Jepang sampai Laut Pasifik sambil mendaki marathon. </span><br /></span><span style="font-weight: bold;font-size:78%;" ><span style="font-family:Verdana,Arial,Helvetica,sans-serif;">1996</span></span><span style="font-size:78%;"><br /></span><span style="font-size:78%;"><span style="font-family:Verdana,Arial,Helvetica,sans-serif;">Mapala UI sekali lagi menyatroni Trenggalek, Jawa Timur. Kali ini giliran Watu Lingga yang batuan andhesit-nya rapuh. Para pemanjat di acara Temu Wicara dan Kenal Medan Mahasiswa Pencinta Alam Indonesia (TWKM) membuat beberapa jalur sport climbing di Tebing Lazila, Buton (Sulawesi Tenggara).</span><br /></span><span style="font-weight: bold;font-size:78%;" ><span style="font-family:Verdana,Arial,Helvetica,sans-serif;">1997 </span></span><span style="font-size:78%;"><br /></span><span style="font-size:78%;"><span style="font-family:Verdana,Arial,Helvetica,sans-serif;">Ekspedisi Putri Mapala UI merampungkan pemanjatan Bambapuang di Sulawesi Selatan. Anggotanya adalah Andi Purnomowati, Maya, Nadira, Dian, dan Ita.</span><br /></span><span style="font-weight: bold;font-size:78%;" ><span style="font-family:Verdana,Arial,Helvetica,sans-serif;">1999</span></span><span style="font-size:78%;"><br /></span><span style="font-size:78%;"><span style="font-family:Verdana,Arial,Helvetica,sans-serif;">Tebing Lawe di Banjarnegara (Jawa Tengah) dipanjat oleh Mapala UI.</span><br /></span><span style="font-weight: bold;font-size:78%;" ><span style="font-family:Verdana,Arial,Helvetica,sans-serif;">2002</span></span><span style="font-size:78%;"><br /></span><span style="font-size:78%;"><span style="font-family:Verdana,Arial,Helvetica,sans-serif;">Tebing Dolok Simarsolpa di Sumatera Utara dipanjat oleh beberapa anggota Mapala UI bersama pemanjat setempat. Simarsolpa berbatu andhesit setinggi 250 meter. Anatoly Boukreev, seorang mountaineer berkebangsaan Rusia yang terkemuka di Himalaya, konsultan pada Ekspedisi Indonesia ke Everest pada tahun 1997, tewas tertimpa avalanche di Annapurna.</span><br /></span><span style="font-weight: bold;font-size:78%;" ><span style="font-family:Verdana,Arial,Helvetica,sans-serif;">2003</span></span><span style="font-size:78%;"><br /></span><span style="font-size:78%;"><span style="font-family:Verdana,Arial,Helvetica,sans-serif;">Ekspedisi Mapala UI memanjat tebing Gunung Krakatau di Selat Sunda. Sekitar tahun ini pula Mapala UI merintis jalur baru untuk mendaki puncak Gunung Raung (Jawa Timur) yang sesungguhnya. Di Jawa Barat, tebing Sela-Rumpang di Taman Nasional Gede Pangrango dijajal oleh beberapa pemanjat Mapala UI dengan izin khusus. Ekspedisi Aranyacala Trisakti ke Mount Cook di Selandia Baru gagal pada percobaan pertama. Sembilan pendaki diselamatkan oleh SAR setempat.<br /><br /></span></span></span><div style="text-align: right;"><div style="text-align: center;"><span style="font-weight: bold;font-size:78%;" ><span style="font-family:Verdana,Arial,Helvetica,sans-serif;">BAB 2</span></span><br /><span style="font-weight: bold;font-size:78%;" ><span style="font-family:Verdana,Arial,Helvetica,sans-serif;">KLASIFIKASI PANJAT TEBING*</span></span><br /><span style="font-weight: bold; color: rgb(153, 0, 0);font-size:78%;" ><span style="font-family:Verdana,Arial,Helvetica,sans-serif;"></span></span><br /></div><span style="font-size:78%;"><span style="color: rgb(153, 0, 0);font-family:Verdana,Arial,Helvetica,sans-serif;" ></span><span style="font-weight: bold;font-family:Verdana,Arial,Helvetica,sans-serif;" > </span></span><br /><span style="font-family:Verdana,Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="font-weight: bold;"></span></span></div><p style="text-align: justify;font-family:Verdana,Arial,Helvetica,sans-serif;" class="style1"><span style="font-size:78%;"><strong> </strong>• <strong>Free Climbing </strong></span></p><p style="text-align: justify;font-family:Verdana,Arial,Helvetica,sans-serif;" class="style1"><span style="font-size:78%;">Teknik memanjat tebing dengan menggunakan alat-alat hanya untuk pengaman saja, tidak langsung mempengaruhi gerakan pemanjat / menambah ketinggian. Sebaiknya dilakukan oleh dua orang. Pemanjat naik secara bergiliran, <em>leader </em> (membuat jalur) dan <em>belayer </em> (pengaman). </span></p><p style="text-align: justify;font-family:Verdana,Arial,Helvetica,sans-serif;" class="style1"><span style="font-size:78%;">• <strong>Free Soloing </strong></span></p><p style="text-align: justify;font-family:Verdana,Arial,Helvetica,sans-serif;" class="style1"><span style="font-size:78%;">Merupakan bagian dari <em>free climbing </em>, tetapi pendaki menghadapi segala resiko seorang diri yang dalam pergerakannya tidak memerlukan bantuan peralatan pengaman. Untuk melakukan hal ini seorang pendaki harus benar-benar mengetahui segala bentuk rintangan atau bentuk pergerakan yang akan dilakukan pada rute yang akan dilaluinya. Bahkan kadang harus dihafalkan dahulu segala gerakan baik tumpuan atau pegangan, sehingga hal ini biasanya dilakukan pada rute yang pernah dilalui. </span></p><p style="text-align: justify;font-family:Verdana,Arial,Helvetica,sans-serif;" class="style1"><span style="font-size:78%;">• <strong>Artifisial Climbing </strong></span></p><p style="text-align: justify;font-family:Verdana,Arial,Helvetica,sans-serif;" class="style1"><span style="font-size:78%;">Adalah pemanjatan tebing dengan bantuan peralatan tambahan, karena sering sekali dihadapi medan yang kurang / tidak memberikan tumpuan atau peluang gerak yang memadai misalkan ada medan yang blank. Biasanya pendakian ini dilakukan berkelompok dengan tugas yang jelas antara <em>leader dan belayer </em>. </span></p><p style="text-align: justify;font-family:Verdana,Arial,Helvetica,sans-serif;" class="style1"><span style="font-size:78%;">Berdasarkan sistem belay / <em>fall protection, </em>panjat tebing terbagi dalam beberapa ketegori : </span></p><p style="text-align: justify;font-family:Verdana,Arial,Helvetica,sans-serif;" class="style1"><span style="font-size:78%;">• <strong><em>Gym Climbing </em></strong></span></p><p style="text-align: justify;font-family:Verdana,Arial,Helvetica,sans-serif;" class="style1"><span style="font-size:78%;">Pada tipe ini, <em>belayer </em>ada di bawah ( <em>ground </em>) dengan tali dibelokan oleh sistem <em>anchor (pullay atau carabiner) </em>diatas <em>climber. </em>Jika <em>climber </em>jatuh maka berat <em>climber </em>tadi akan dibelokan oleh sistem anchor yang lalu ditahan oleh <em>belayer. </em></span></p><p style="text-align: justify;font-family:Verdana,Arial,Helvetica,sans-serif;" class="style1"><span style="font-size:78%;"><strong>• <em>Top Roping </em></strong></span></p><p style="text-align: justify;font-family:Verdana,Arial,Helvetica,sans-serif;" class="style1"><span style="font-size:78%;">Pada tipe ini, <em>belayer </em>ada di atas ( <em>top </em>) yang melakukan <em>belay </em> terhadap tali yang menuju <em>climber </em>ke bawah. Untuk mengurangi beban yang ditahan <em>belayer </em>ketika <em>climber </em>jatuh, biasanya dibuat sistem pengaman pembantu (pembelokan atau pengalihan beban). </span></p><p style="text-align: justify;font-family:Verdana,Arial,Helvetica,sans-serif;" class="style1"><span style="font-size:78%;">• <strong><em>Lead Climbing </em></strong></span></p><p style="text-align: justify;font-family:Verdana,Arial,Helvetica,sans-serif;" class="style1"><span style="font-size:78%;">Pada tipe ini, tali tidak menjulur ke jangkar pengaman di puncak tebing melainkan dari belayer langsung ke <em>climber </em>. Pada saat <em>climber </em> mulai memanjat, belayer mengulurkan tali, kemudian pada interval ketinggian tertentu (misalnya setiap 3 meter) <em>climber </em> terus memasang alat pengaman, jika dia jatuh maka belayer akan mengunci tali pengaman dan <em>climber </em> akan menggantung pada tali yang mengulur keatas ke alat pengaman terakhir yang dia pasang. Terbagi 2 <strong> : </strong></span></p><p style="text-align: justify;font-family:Verdana,Arial,Helvetica,sans-serif;" class="style1"><span style="font-size:78%;">• <strong><em>Sport Climbing </em></strong></span></p><p style="text-align: justify;font-family:Verdana,Arial,Helvetica,sans-serif;" class="style1"><span style="font-size:78%;">Adalah suatu pemanjatan yang lebih menekankan pada faktor olahraganya. Pemanjatan dipandang seperti halnya olahraga yang lain, yaitu untuk menjaga kesehatan. Pada <em>Sport climbing </em> rute yang dipanjat umumya telah <em>bolted </em> (pada interval ketinggian tertentu ada hanger pada dinding tebing). </span></p><p style="text-align: justify;font-family:Verdana,Arial,Helvetica,sans-serif;" class="style1"><span style="font-size:78%;">• <strong><em>Traditional / Trad / Adventure Climbing </em></strong></span></p><p style="text-align: justify;font-family:Verdana,Arial,Helvetica,sans-serif;" class="style1"><span style="font-size:78%;">Adalah suatu pemanjatan yang lebih menekankan pada faktor petualangan. Pada <em>Trad Climbing </em>, dinding tebing bersih dari bolts dan hangers, tidak enggak ada pengaman buatan yang dipasang pada dinding. Biasanya dilakukan oleh dua orang. <em>Climber </em> harus membawa alat pengaman sendiri dan memasangnya pada saat memanjat. Ketika tali sudah hampir habis <em>Leader </em> membuat stasiun belay untuk membelay <em>Climber </em> kedua. <em>Climber </em>yang sebelumnya membelay pemanjat pertama mulai memanjat tebing dan membersihkan (mengambil kembali) alat pengaman yang dipasang di dinding tebing oleh pemanjat pertama. </span></p><p style="text-align: center;font-family:Verdana,Arial,Helvetica,sans-serif;" class="style1"><span style="font-size:78%;"><strong><img src="http://www.astacala.org/admin/data/upimages/lead.jpg" width="358" height="324" /></strong></span></p><p style="text-align: justify;font-family:Verdana,Arial,Helvetica,sans-serif;" class="style1"><span style="font-size:78%;">Berdasarkan tingkat kesulitan, panjat tebing dapat dibagi dalam 2 kategori: </span></p><p style="text-align: justify;font-family:Verdana,Arial,Helvetica,sans-serif;" class="style1"><span style="font-size:78%;">• <strong><em>Crag Climbing </em></strong>, merupakan panjat bebas, dan dalam pelaksanaannya dapat dilakukan dengan dua cara : </span></p><p style="text-align: center;font-family:Verdana,Arial,Helvetica,sans-serif;" class="style1"><span style="font-size:78%;"><img src="http://www.astacala.org/admin/data/upimages/sulit.jpg" width="130" height="208" /></span></p><p style="text-align: justify;font-family:Verdana,Arial,Helvetica,sans-serif;" class="style1"><span style="font-size:78%;">1. <strong><em>Single pitch climbing </em></strong> : dalam pemanjatan ini tidak diperlukan dengan berhenti di tengah untuk mengamankan orang kedua. </span></p><p style="text-align: justify;font-family:Verdana,Arial,Helvetica,sans-serif;" class="style1"><span style="font-size:78%;">2. <strong><em>Multi pitch climbing </em></strong> : pemanjatan ini dilakukan pada tebing yang lebih tinggi dan diperlukan pergantian leader. Tiap pemanjat memulai dan mengakhiri pada teras memadai untuk mengamankan diri dan untuk mengamankan orang kedua ( <em>second man </em>) </span></p><p style="text-align: justify;font-family:Verdana,Arial,Helvetica,sans-serif;" class="style1"><span style="font-size:78%;">• <strong><em>Big Wall Climbing </em></strong>, merupakan jenis pemanjatan di tempat yang lebih tinggi dari <em>Crag Climbing </em> dan membutuhkan waktu berhari-hari, peralatan yang cukup dan memerlukan pengaturan tentang jadwal pemanjatan, makanan, perlengkapan tidur dll. Dalam pemanjatan bigwall ada dua sistem yang dipakai yaitu : </span></p><p style="text-align: justify;font-family:Verdana,Arial,Helvetica,sans-serif;" class="style1"><span style="font-size:78%;">1. <strong><em>Alpine System </em></strong> / <strong><em>Alpine Push </em></strong> / <strong><em>Siege Tactic. </em></strong>Dalam <em>alpine push </em>, pemanjat selalu ada di tebing dan tidur di tebing. Jadi segala peralatan dan perlengkapan serta kebutuhan untuk pemanjatan dibawa ke atas. Pemanjat tidak perlu turun sebelum pemanjatan berakhir. Pendakian ini baru dianggap berhasil apabila semua pendaki telah mencapai puncak. </span></p><p style="text-align: justify;font-family:Verdana,Arial,Helvetica,sans-serif;" class="style1"><span style="font-size:78%;">2. <strong><em>Himalayan System / Himalayan Tactic. </em></strong>Sistem pendakian yang biasanya dengan rute yang panjang sehingga untuk mencapai sasaran (puncak) diperlukan waktu yang lama. Pemanjatan big wall yang dilakukan sampai sore hari, setelah itu pemanjat boleh turun ke base camp untuk istirahat dan pemanjatan dilanjutkan keesokan harinya. Sebagian alat masih menempel di tebing untuk memudahkan pemanjatan selanjutnya. Pendakian tipe ini biasanya terdiri atas beberapa kelompok dan tempat-tempat peristirahat. Sehingga dengan berhasilnya satu orang dari seluruh tim, berarti pendakian ini sudah berhasil untuk seluruh tim </span></p><p style="text-align: justify;font-family:Verdana,Arial,Helvetica,sans-serif;" class="style1"><span style="font-size:78%;">Perbedaan dari <em>Alpine System </em> dan <em>Himalayan System </em>adalah : </span></p><span style="font-size:78%;"> </span><span style="font-size:78%;"> </span><span style="font-size:78%;"> </span><span style="font-size:78%;"> </span><span style="font-size:78%;"> </span><span style="font-size:78%;"> </span><span style="font-size:78%;"> </span><span style="font-size:78%;"> </span><span style="font-size:78%;"> </span><span style="font-size:78%;"> </span><span style="font-size:78%;"> </span><span style="font-size:78%;"> </span><span style="font-size:78%;"> </span><span style="font-size:78%;"> </span><span style="font-size:78%;"> </span><span style="font-size:78%;"> </span><span style="font-size:78%;"> </span><span style="font-size:78%;"> </span><span style="font-size:78%;"> </span><span style="font-size:78%;"> </span><span style="font-size:78%;"> </span><span style="font-size:78%;"> </span><span style="font-size:78%;"> </span><span style="font-size:78%;"> </span><span style="font-size:78%;"> </span><span style="font-size:78%;"> </span><span style="font-size:78%;"> </span><span style="font-size:78%;"> </span><table style="text-align: left; margin-left: 0px; margin-right: 0px;font-family:Verdana,Arial,Helvetica,sans-serif;" cellpadding="0" cellspacing="0"><tbody><tr><td colspan="2" width="295" valign="top"><p class="style2 style4" align="center"><span style="font-size:78%;">Alpine System </span></p></td><td colspan="2" width="289" valign="top"><p class="style5" align="center"><span style="font-size:78%;">Himalayan System </span></p></td></tr><tr><td width="28" valign="top"><p class="style1"><span style="font-size:78%;">1. </span></p></td><td width="268" valign="top"><p class="style1"><span style="font-size:78%;">Alat yang digunakan lebih sedikit </span></p></td><td width="28" valign="top"><p class="style1"><span style="font-size:78%;">1. </span></p></td><td width="262" valign="top"><p class="style1"><span style="font-size:78%;">Alat yang dibutuhkan lebih banyak dan waktu pemanjatan lebih lama </span></p></td></tr><tr><td width="28" valign="top"><p class="style1"><span style="font-size:78%;">2. </span></p></td><td width="268" valign="top"><p class="style1"><span style="font-size:78%;">Waktu istirahat sedikit </span></p></td><td width="28" valign="top"><p class="style1"><span style="font-size:78%;">2. </span></p></td><td width="262" valign="top"><p class="style1"><span style="font-size:78%;">Waktu istirahat banyak </span></p><span style="font-size:78%;"> </span><p class="style1"><span style="font-size:78%;"> </span></p></td></tr><tr><td width="28" valign="top"><p class="style1"><span style="font-size:78%;">3. </span></p></td><td width="268" valign="top"><p class="style1"><span style="font-size:78%;">Perlu load carry </span></p></td><td width="28" valign="top"><p class="style1"><span style="font-size:78%;">3. </span></p></td><td width="262" valign="top"><p class="style1"><span style="font-size:78%;">Tidak memerlukan load carry </span></p></td></tr><tr><td width="28" valign="top"><p class="style1"><span style="font-size:78%;">4. </span></p></td><td width="268" valign="top"><p class="style1"><span style="font-size:78%;">Pendakian berhasil ketika seluruh tim berhasil </span></p></td><td width="28" valign="top"><p class="style1"><span style="font-size:78%;">4. </span></p></td><td width="262" valign="top"><p class="style1"><span style="font-size:78%;">Pendakian sudah dikatakan berhasil ketika salah satu anggota tim berhasil </span></p></td></tr></tbody></table><p style="text-align: justify;font-family:Verdana,Arial,Helvetica,sans-serif;" class="style1"><span style="font-size:78%;"><strong>GRADING SYSTEM </strong></span></p><p style="text-align: justify;font-family:Verdana,Arial,Helvetica,sans-serif;" class="style1"><span style="font-size:78%;">Seperti dalam olahraga lainnya, seseorang atlit dapat diukur kemampuannya pada suatu tingkat pertandingan. Pemain catur dengan elorating dibawah 2000 tidak akan dapat mengikuti turnamen tingkat Gand Master. Dalam panjat tebing terdapat klasifikasi tebing berdasarkan tingkat kesulitannya, dengan demikian kita dapat mengukur sampai di mana kemampuan kita. Beberapa jenis pengukuran kesulitan tebing : </span></p><p style="text-align: justify;font-family:Verdana,Arial,Helvetica,sans-serif;" class="style1"><span style="font-size:78%;">• <strong><em>French Grading System </em></strong></span></p><p style="text-align: justify;font-family:Verdana,Arial,Helvetica,sans-serif;" class="style1"><span style="font-size:78%;">Mengacu pada kesulitan saat pemanjatan dihitung berdasarkan pergerakan dan panjang / tinggi bidang panjat, ini berbeda dari kebanyakan cara penentuan tingkat kesulitan lainnya yg mengacu pada area tersulit ( <em>single move </em>).<br />Tingkat kesulitan disini menggunakan nomerisasi yg dimulai dengan nomor 1 [very easy] dengann sistem terbuka yg memungkinkan penambahan huruf dibelakang angka, contoh : 1, 2, 4a, 4b, 7c, dst.. dan tambahan + dapat digunakan untuk tingkat kesulitan lebih. Banyak Negara-negara di eropa yg menggunakan sistem yg sama tapi tidak berarti dengan tingkat kesulitan yang sama pula. </span></p><p style="text-align: justify;font-family:Verdana,Arial,Helvetica,sans-serif;" class="style1"><span style="font-size:78%;">• <strong><em>Ewbank system </em></strong></span></p><p style="text-align: justify;font-family:Verdana,Arial,Helvetica,sans-serif;" class="style1"><span style="font-size:78%;">Digunakan di Australia, New Zealand, dan Afrika Selatan, dibuat pada masa pertengahan tahun 1960 oleh John Ewbank (John Ewbank juga mengembangkan open ended “M” system untuk <em>aid climbing </em>). Numerical Ewbank dimulai dari angka 1 (di area tersebut kita dapat berjalan walaupun dalan teori) sampai angka 34. </span></p><p style="text-align: justify;font-family:Verdana,Arial,Helvetica,sans-serif;" class="style1"><span style="font-size:78%;">• <strong><em>Yosemite Decimal System </em></strong></span></p><p style="text-align: justify;font-family:Verdana,Arial,Helvetica,sans-serif;" class="style1"><span style="font-size:78%;">Digunakan di Amerika yg dengan cepat menyebar ke Canada dan daerah Amerka lainnya. Sistem ini mengacu pada 5 tingkat dibuat oleh <em>Sierra Club </em> : </span></p><p style="text-align: justify;font-family:Verdana,Arial,Helvetica,sans-serif;" class="style1"><span style="font-size:78%;"> - Kelas 1 <strong><em>Cross Country Hiking </em></strong>. Perjalanan biasa tanpa membutuhkan bantuan tangan untuk mendaki / menambah ketinggian. </span></p><p style="text-align: justify;font-family:Verdana,Arial,Helvetica,sans-serif;" class="style1"><span style="font-size:78%;"> - Kelas 2 <strong><em>Scrambling. </em></strong>Sedikit dengan bantuan tangan, tanpa tali. </span></p><p style="text-align: justify;font-family:Verdana,Arial,Helvetica,sans-serif;" class="style1"><span style="font-size:78%;"> - Kelas 3 <strong><em>Easy </em></strong>Climbing. Secara <em>scrambling </em> dengan bantuan , dasar teknik mendaki ( <em>climbing </em>) sangat membantu, untuk pendaki yang kurang pengalaman dapat menggunakan tali. </span></p><p style="text-align: justify;font-family:Verdana,Arial,Helvetica,sans-serif;" class="style1"><span style="font-size:78%;"> - Kelas 4 <strong><em>Rope Climbing with belaying </em></strong>. <em>Belay </em> (pengaman) dipasang pada <em>anchor </em> (titik tambat) alamiah atau buatan,berfungsi sebagai pengaman </span></p><p style="text-align: justify;font-family:Verdana,Arial,Helvetica,sans-serif;" class="style1"><span style="font-size:78%;"> - Kelas 5, dibagi menjadi 11 tingkatan (5.1 sampai 5.14), Semakin tinggi angka di belakang angka 5, berarti semakin tinggi tingkat kesulitan tebing. Pada kelas ini, <em>runners </em> dipakai sebagai pengaman. </span></p><p style="text-align: justify;font-family:Verdana,Arial,Helvetica,sans-serif;" class="style1"><span style="font-size:78%;"><strong> - Kelas A. </strong>Untuk menambah ketinggian, seseorang pendaki harus menggunakan alat. Dibagi menjadi lima tingkatan (A1 sampai A5). Contoh : Pada tebing kelas 5.4 tidak dapat dilewati tanpa bantuan alat A2, tingkat kesulitan tebing menjadi 5.4 - A2. </span></p><p style="text-align: justify;font-family:Verdana,Arial,Helvetica,sans-serif;" class="style1"><span style="font-size:78%;">• <strong><em>British Grading System </em></strong></span></p><p style="text-align: justify;font-family:Verdana,Arial,Helvetica,sans-serif;" class="style1"><span style="font-size:78%;">Untuk traditional climbing dalam teorinya ada 2 bagian : tingkat secara sifat & tingkat secara praktek. Untuk sport climbing menggunakan standar Franch Grading System yg biasa ditulis denga huruf “F” UIAA. UIAA Grading System merupakan standar internasional, system ini biasa dipakai di Jerman Barat, Australii dan Swiszerland. Penomerannya menggunakan angka romawi, dimulai dari angka I [easy] sampai X [hard] dengan penambahan + untuk tingkat kesulitan diatasnya, tingakt tersulit adalah XII. </span></p><p style="text-align: justify;font-family:Verdana,Arial,Helvetica,sans-serif;" class="style1"><span style="font-size:78%;">• <strong><em>Brazilian Grade System </em></strong></span></p><p style="text-align: justify;font-family:Verdana,Arial,Helvetica,sans-serif;" class="style1"><span style="font-size:78%;">Hmpir sama dengan <em>French System </em>, tapi dengan menerpkan penyesuaian grading 1 - 2sup [ <em>very easy </em>], 3 - 5 [ <em>easy </em>] dengan maksimum tingkat 12. penambahan "sup" ( <em>superior </em>) digunakan untuk tingkat 1 - 6, dan French Standard "a", "b" and "c" adalah penambahan untuk tingkat 7 - 12. 7a pada French System hampir sama dengan 8a pada <em>Brazilian System </em>. </span></p><p style="text-align: justify;font-family:Verdana,Arial,Helvetica,sans-serif;" class="style1"><span style="font-size:78%;">• <strong><em>Alaska Grading System </em></strong></span></p><p style="text-align: justify;font-family:Verdana,Arial,Helvetica,sans-serif;" class="style1"><span style="font-size:78%;">Tingkat kesulitan diukkur dari angka 1 - 6, dan mengacu pada factor kesulitan, tinggi dan or in difficulty, length, dan komitmen. Sistem ini pertama kali dikembangajn oleh Boyd N. Everett, Jr. pada tahun 1966. </span></p><p style="text-align: justify;font-family:Verdana,Arial,Helvetica,sans-serif;" class="style1"><span style="font-size:78%;"> - <strong>Alaska Grade 1 </strong> : Cimb requires one day only, no technical ( <em>fifth-class </em>) climbing </span></p><p style="text-align: justify;font-family:Verdana,Arial,Helvetica,sans-serif;" class="style1"><span style="font-size:78%;"> - <strong>Alaska Grade 2 </strong> : Either a moderate fifth-class one-day climb, straightforward multiday nontechnical climb </span></p><p style="text-align: justify;font-family:Verdana,Arial,Helvetica,sans-serif;" class="style1"><span style="font-size:78%;"> - <strong>Alaska Grade 3 </strong> : Either a serious fith-class one-day climb, a multiday climb with some technical elements. </span></p><p style="text-align: justify;font-family:Verdana,Arial,Helvetica,sans-serif;" class="style1"><span style="font-size:78%;"> - <strong>Alaska Grade 4 </strong> : Multiday, moderately technical climb. </span></p><p style="text-align: justify;font-family:Verdana,Arial,Helvetica,sans-serif;" class="style1"><span style="font-size:78%;"> - <strong>Alaska Grade 5 </strong> : Multiday, highly technical climb. </span></p><p style="text-align: justify;font-family:Verdana,Arial,Helvetica,sans-serif;" class="style1"><span style="font-size:78%;"> - <strong>Alaska Grade 6 </strong> : Multiday, extremely technical climb.<br /></span></p><p style="text-align: justify;font-family:Verdana,Arial,Helvetica,sans-serif;" class="style1"><span style="font-size:78%;">Tanda plus (+) digunakan untuk tingat kesulitan lebih. Perlu di ingat pasa system ini kemungkinan tingkat kesulitan yg dimaksud adalah adanya pemanjatan pada salju atau glacier dan pada suhu dingin. </span></p><p style="text-align: center;font-family:Verdana,Arial,Helvetica,sans-serif;" class="style1"><span style="font-size:78%;"><img src="http://www.astacala.org/admin/data/upimages/grade.jpg" width="270" height="125" /></span></p><p style="text-align: justify;font-family:Verdana,Arial,Helvetica,sans-serif;" class="style1"><span style="font-size:78%;">• <strong><em>Alpine Grading System </em></strong></span></p><p style="text-align: justify;font-family:Verdana,Arial,Helvetica,sans-serif;" class="style1"><span style="font-size:78%;">Digunakan di New Zealand pada area pegunungan Alpine di sebelah selatan dan utara. Grading Gystem menggunakan open ended,dihitung berdasarkan Faktor penentu seperi : Techical Difficulty, Objective Danger, Length dan Access. </span></p><p style="text-align: justify;font-family:Verdana,Arial,Helvetica,sans-serif;" class="style1"><span style="font-size:78%;"> - Grade 1 – 3 : <em>An easy scramble </em>. </span></p><p style="text-align: justify;font-family:Verdana,Arial,Helvetica,sans-serif;" class="style1"><span style="font-size:78%;"> - Grade 4 – 6 : <em>Technical climbing </em>, must be able to place rock and ice gear quickly and efficiently. Often involves a long day. </span></p><p style="text-align: justify;font-family:Verdana,Arial,Helvetica,sans-serif;" class="style1"><span style="font-size:78%;"> - Grade 7 : <em>Vertical ice / rock </em> dimana mungkin tidak ada cukup pengaman / proteksi.</span></p><div style="text-align: center;"><span style="color: rgb(0, 0, 0);font-family:verdana,arial,sans-serif;font-size:11px;" ><span style="font-weight: bold;font-size:78%;" ><span style="font-family:Verdana,Arial,Helvetica,sans-serif;">BAB 3</span></span><br /><span style="font-weight: bold;font-size:78%;" ><span style="font-family:Verdana,Arial,Helvetica,sans-serif;">ALAT</span></span><br /></span></div><span style="color: rgb(0, 0, 0);font-family:verdana,arial,sans-serif;font-size:11px;" ><br /></span><div style="text-align: right;"><span style="color: rgb(0, 0, 0);font-family:verdana,arial,sans-serif;font-size:11px;" ><span style="font-style: italic;font-size:78%;" ><span style="font-family:Verdana,Arial,Helvetica,sans-serif;"></span></span><span style="font-size:78%;"><span style="font-family:Verdana,Arial,Helvetica,sans-serif;"></span></span><br /></span></div><span style="color: rgb(0, 0, 0);font-family:verdana,arial,sans-serif;font-size:11px;" ><br /><span style="font-weight: bold;font-size:78%;" ><span style="font-family:Verdana,Arial,Helvetica,sans-serif;">1. Tali (rope)</span></span><br /><br /><span style="font-size:78%;"><span style="font-family:Verdana,Arial,Helvetica,sans-serif;">Fungsi utamanya sebagai pengaman apabila pemanjat terjatuh. Panjang maksimal sebuah tali untuk memanjat adalah 50 meter, yang memungkinkan seorang leader dan belayer masih dapat saling berkomunikasi. Tali yang digunakan dalam suatu pemanjatan yaitu :</span></span><br /><span style="font-weight: bold;font-size:78%;" ><span style="font-family:Verdana,Arial,Helvetica,sans-serif;">a.Tali Serat Alam</span></span><br /><span style="font-size:78%;"><span style="font-family:Verdana,Arial,Helvetica,sans-serif;"> Jenis tali ini sudah jarang digunakan. Kekuatan tali ini sangat rendah dan mudah terburai. Tidak memiliki kelenturan, sehingga membahayakan pendaki.</span></span><br /><span style="font-weight: bold;font-size:78%;" ><span style="font-family:Verdana,Arial,Helvetica,sans-serif;">b.Hawser Laid </span></span><br /><span style="font-size:78%;"><span style="font-family:Verdana,Arial,Helvetica,sans-serif;"> Terdiri dari serat-serat sintetis halus yang dipilin menjadi tiga bagian. Kelemahannya adalah kurang tahan terhadap zat kimia, sulit dibuat simpul dan mempunyai kelenturan rendah (40 %) serta berat.</span></span><br /><span style="font-weight: bold;font-size:78%;" ><span style="font-family:Verdana,Arial,Helvetica,sans-serif;">c.Core dan Sheat Rope (Kermantel Rope)</span></span><br /><span style="font-size:78%;"><span style="font-family:Verdana,Arial,Helvetica,sans-serif;">Terdiri dari dua bagian, inti dan jaket dengan kelenturan mencapai 20 %). Yang terkenal adalah buatan Edelrid, Beal dan Mammut. Ukuran tali yang umum dipakai bergaris tengah 11 mm, panjang 45 m. Untuk pendakian yang mudah, snow climbing, atau untuk menaikkan barang dipakai yang berdiameter 9 mm atau 7 mm.</span></span><br /><br /></span><div style="text-align: center;"><span style="color: rgb(0, 0, 0);font-family:verdana,arial,sans-serif;font-size:11px;" ><span style="font-size:78%;"><span style="font-family:Verdana,Arial,Helvetica,sans-serif;">Kekuatan = A2 x 22 kg dan A = diameter tali (mm)</span></span><br /></span></div><span style="color: rgb(0, 0, 0);font-family:verdana,arial,sans-serif;font-size:11px;" ><br /><span style="font-size:78%;"><span style="font-family:Verdana,Arial,Helvetica,sans-serif;">Tali karnmantel memiliki sifat-sifat :</span></span><br /><span style="font-size:78%;"><span style="font-family:Verdana,Arial,Helvetica,sans-serif;">· Tidak tahan terhadap gesekan dengan tebing, terutama tebing laut (cliff). Bila dipakai untuk menurunkan barang, sebaiknya bagian tebing yang bergesekan dengan tali diberi alas (pading). Tabu untuk menginjak tali jenis ini.</span></span><br /><span style="font-size:78%;"><span style="font-family:Verdana,Arial,Helvetica,sans-serif;">· Peka (tidak tahan) dengan zat kimia.</span></span><br /><span style="font-size:78%;"><span style="font-family:Verdana,Arial,Helvetica,sans-serif;">· Tidak tahan terhadap panas. Bila tali telah dicuci sebaiknya dijemur di tempat teduh.</span></span><br /><br /><span style="font-size:78%;"><span style="font-family:Verdana,Arial,Helvetica,sans-serif;">Berdasarkan kelenturannya, Tali Karnmantel terbagi 2 yaitu :</span></span><br /><span style="font-size:78%;"><span style="font-family:Verdana,Arial,Helvetica,sans-serif;">· <span style="font-weight: bold;">Static, </span>kelenturan 2-5 % pada berat max yang diberikan, kaku, umumnya berwarna putih atau hijau, dan biasanya digunakan untuk rappelling atau Singel Rope Technic</span></span><br /><span style="font-size:78%;"><span style="font-family:Verdana,Arial,Helvetica,sans-serif;">· <span style="font-weight: bold;">Dynamic,</span> kelenturan 5-20% pada berat max yang diberikan, lentur, dan berwarna mencolok.</span></span><br /><br /><span style="font-size:78%;"><span style="font-family:Verdana,Arial,Helvetica,sans-serif;">Pada umumnya tali-tali tersebut akan berkurang kekuatannya bila dibuat simpul. Sebagai contoh, simpul delapan (figure of eight) akan mengurangi kekuatan tali sampai 10%. Karena sifat tali yang demikian, maka dibutuhkan perawatan dan perlakuan yang baik dan benar. Cara menggulung tali juga perlu diperhatikan agar tidak kusut, sehingga tidak mudah rusak dan mudah dibuka bila akan digunakan. Ada beberapa cara menggulung tali, antara lain :</span></span><br /><span style="font-size:78%;"><span style="font-family:Verdana,Arial,Helvetica,sans-serif;">· Mountaineers coil</span></span><br /><span style="font-size:78%;"><span style="font-family:Verdana,Arial,Helvetica,sans-serif;">· Skein coil</span></span><br /><span style="font-size:78%;"><span style="font-family:Verdana,Arial,Helvetica,sans-serif;">· Royal robin style</span></span><br /><br /><span style="font-size:78%;"><span style="font-family:Verdana,Arial,Helvetica,sans-serif;"> </span></span><br /><span style="font-size:78%;"><span style="font-family:Verdana,Arial,Helvetica,sans-serif;">Aturan umum untuk memilih ukuran diameter Tali Karnmantel :</span></span><br /><span style="font-size:78%;"><span style="font-family:Verdana,Arial,Helvetica,sans-serif;"> * Top Roping dan serbaguna : Gunakan tali tunggal ukuran diameter 11 mm</span></span><br /><span style="font-size:78%;"><span style="font-family:Verdana,Arial,Helvetica,sans-serif;"> * Sport Climbing : Gunakan tali tunggal ukuran diameter 9.1 mm - 10.2 mm</span></span><br /><br /><span style="font-size:78%;"><span style="font-family:Verdana,Arial,Helvetica,sans-serif;">Untuk lebih lengkapnya dalam memilih tali kernmantel juga dapat memperhatikan juga detail tipe tali, yaitu Jumlah dan cara pemakaian tertentu. Ada 3 tipe yang dikenal dan untuk mengetahui tipe tali dapat dilihat pada ujung tali dan akan terdapat simbol seperti dibawah ini :</span></span><br /><br /><span style="font-size:78%;"><span style="font-family:Verdana,Arial,Helvetica,sans-serif;">* SINGLE artinya tunggal yaitu tali yang cukup satu saja untuk digunakan memanjat.</span></span><br /><span style="font-size:78%;"><span style="font-family:Verdana,Arial,Helvetica,sans-serif;">* DOUBLE artinya dobel atau dua tali. Tali dobel ini harus digunakan bersamaan dan masing-masing tali harus di klip ke dalam kuikdraw yang berbeda.</span></span><br /><span style="font-size:78%;"><span style="font-family:Verdana,Arial,Helvetica,sans-serif;">* TWIN artinya kembar, dua tali yang sama persis seperti pada tali dobel hanya saja pada saat mengklip serupa dengan penggunaan pada tali tunggal. kedua tali tsb di klip ke dalam satu kuikdraw/ karabiner saja. Anggap kedua tali kembar itu sebagai tali tunggal saat mengklip</span></span><br /><br /><span style="font-weight: bold;font-size:78%;" ><span style="font-family:Verdana,Arial,Helvetica,sans-serif;">2. Carabiner (snapring, snapling, cincin kait)</span></span><br /><span style="font-size:78%;"><span style="font-family:Verdana,Arial,Helvetica,sans-serif;">Digunakan sebagai pengaman untuk pemanjatan atifisial. Sebaiknya terbuat dari alumunium alloy yang ringan tapi mempunyai kekuatan tinggi.</span></span><br /><br /><span style="font-size:78%;"><span style="font-family:Verdana,Arial,Helvetica,sans-serif;">Berdasarkan model pengamanannya, Carabiner dibagi menjadi 2 jenis yaitu:</span></span><br /><span style="font-weight: bold;font-size:78%;" ><span style="font-family:Verdana,Arial,Helvetica,sans-serif;">a. Non screw gate Carabiner</span></span><br /><span style="font-size:78%;"><span style="font-family:Verdana,Arial,Helvetica,sans-serif;">Carabiner yang tidak memiliki kunci berulir, biasanya digunakan pada pemanjatan artifisial karena tidak perlu repot-repot mengunci. Berdasarkan sistem lock dibagi menjadi dua jenis yaitu:</span></span><br /><span style="font-size:78%;"><span style="font-family:Verdana,Arial,Helvetica,sans-serif;"> * Auto lock Carabiner</span></span><br /><span style="font-size:78%;"><span style="font-family:Verdana,Arial,Helvetica,sans-serif;"> * Non Auto lock Carabiner</span></span><br /><span style="font-weight: bold;font-size:78%;" ><span style="font-family:Verdana,Arial,Helvetica,sans-serif;">b. Screw gate Carabiner</span></span><br /><span style="font-size:78%;"><span style="font-family:Verdana,Arial,Helvetica,sans-serif;">Carabiner dengan kunci berulir, biasa digunakan sebagai pengaman utama dalam suatu pemanjatan artifisial.</span></span><br /><br /><br /><span style="font-size:78%;"><span style="font-family:Verdana,Arial,Helvetica,sans-serif;">Berdasarkan bentuknya, Carabiner dibagi menjadi 4 jenis yaitu :</span></span><br /><span style="font-size:78%;"><span style="font-family:Verdana,Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="font-weight: bold;">a. Oval Carabiner:</span> Berbentuk bulat, dalam SRT dapat dipergunakan hamper dalam berbagai kondisi.</span></span><br /><span style="font-size:78%;"><span style="font-family:Verdana,Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="font-weight: bold;">b. Delta Carabiner</span>: Berbednetuk huruf D, bermanfaat karena memungkinkan pembagian beban, namun tidak bisauntuk instalasi tertentu.</span></span><br /><span style="font-size:78%;"><span style="font-family:Verdana,Arial,Helvetica,sans-serif;">c<span style="font-weight: bold;">. Heart Carabiner:</span> Berbentuk segitiga sama kaki, baik untuk tambatan reacue karena memungkinkan banyak tali ditambatkan</span></span><br /><span style="font-size:78%;"><span style="font-family:Verdana,Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="font-weight: bold;">d. A Carabiner</span>: Bentuk, fungsi hampir sama dengan carabiner Heart</span></span><br /><br /><span style="font-weight: bold;font-size:78%;" ><span style="font-family:Verdana,Arial,Helvetica,sans-serif;">3. Sling</span></span><br /><br /><span style="font-size:78%;"><span style="font-family:Verdana,Arial,Helvetica,sans-serif;">Terbuat dari tabular webbing atau dari prusik yang berfungsi sebagai penghubung, pengaman pada ancor, mengurangi gaya gesek dengan memperpanjang point, dan mengurangi gerakan yang akan menambah beban. Dalam penggunaannya slink digabungkan dengan carabiner dengan menggunakan simpul jangkar.</span></span><br /><br /><span style="font-weight: bold;font-size:78%;" ><span style="font-family:Verdana,Arial,Helvetica,sans-serif;">4. Harness</span></span><br /><span style="font-size:78%;"><span style="font-family:Verdana,Arial,Helvetica,sans-serif;">Adalah alat pengaman yang terikat pada pinggang pemanjat. Berfungsi menahan beban tubuh pemanjat ketika terjatuh supaya beban terdistribusi ke tali dan tidak mematahkan pinggang.</span></span><br /><span style="font-size:78%;"><span style="font-family:Verdana,Arial,Helvetica,sans-serif;">3 jenis harness, yaitu : seat harness, chest harness dan full body harness.</span></span><br /><br /><span style="font-weight: bold;font-size:78%;" ><span style="font-family:Verdana,Arial,Helvetica,sans-serif;">5. Helm</span></span><br /><span style="font-size:78%;"><span style="font-family:Verdana,Arial,Helvetica,sans-serif;">Bagian tubuh yang paling lemah adalah kepala, sehingga perlu mengenakan helm untuk melindungi dari benturan tebing saat pendaki terjatuh atau bila ada batu yang berjatuhan. Meskipun helm agak mengganggu, tetapi kita akan terhindar dari kemungkinan terluka atau keadaan fatal.</span></span><br /><br /><span style="font-weight: bold;font-size:78%;" ><span style="font-family:Verdana,Arial,Helvetica,sans-serif;">6. Sepatu tebing</span></span><br /><br /><span style="font-size:78%;"><span style="font-family:Verdana,Arial,Helvetica,sans-serif;">Sebagai pengaman kaki saat melakukan pemanjatan. Konstruksi sepatu terdiri dari 2 macam board-lasted dan slip-lasted. Dari segi kecocokan dengan kaki yaitu terstruktur dan tidak terstruktur. Model sepatu juga bermacam – macam, antara lain:</span></span><br /><span style="font-size:78%;"><span style="font-family:Verdana,Arial,Helvetica,sans-serif;">· Lace-up yang menggunakan tali,</span></span><br /><span style="font-size:78%;"><span style="font-family:Verdana,Arial,Helvetica,sans-serif;">· slipper atau slip-on,</span></span><br /><span style="font-size:78%;"><span style="font-family:Verdana,Arial,Helvetica,sans-serif;">· velcro</span></span><br /><span style="font-size:78%;"><span style="font-family:Verdana,Arial,Helvetica,sans-serif;">· zipper yang menggunakan menggunakan ritsleting.</span></span><br /><br /><span style="font-size:78%;"><span style="font-family:Verdana,Arial,Helvetica,sans-serif;">Bagian atas sepatu biasanya terbuat dari kulit tujuannya yaitu untuk kenyamanan setelah sepatu sering dipakai. Bahan lain yang digunakan dan makin populer untuk bagian atas sepatu yaitu kulit palsu atau sintetis yang tidak akan terlalu melar dibandingkan dengan kulit asli.</span></span><br /><span style="font-weight: bold;font-size:78%;" ><span style="font-family:Verdana,Arial,Helvetica,sans-serif;">a. Sepatu yang lentur dan fleksibel dalam hal ini menggunakan sol yang halus</span></span><br /><span style="font-size:78%;"><span style="font-family:Verdana,Arial,Helvetica,sans-serif;">· Setiap pijakan dapat dirasakan oleh pemanjat karena solnya tipis</span></span><br /><span style="font-size:78%;"><span style="font-family:Verdana,Arial,Helvetica,sans-serif;">· Untuk medan kering</span></span><br /><span style="font-size:78%;"><span style="font-family:Verdana,Arial,Helvetica,sans-serif;">· Menguntungkan pada rekahan kecil, permukaan tebing yang miring (overhang), pijakan membulta (slob).</span></span><br /><span style="font-size:78%;"><span style="font-family:Verdana,Arial,Helvetica,sans-serif;">· Ringan</span></span><br /><span style="font-weight: bold;font-size:78%;" ><span style="font-family:Verdana,Arial,Helvetica,sans-serif;">b. Sepatu yang solnya kaku</span></span><br /><span style="font-size:78%;"><span style="font-family:Verdana,Arial,Helvetica,sans-serif;">· Lebih aman untuk jamming pada rekahan yang lebar dan tajam.</span></span><br /><span style="font-size:78%;"><span style="font-family:Verdana,Arial,Helvetica,sans-serif;">· Tidak mudah lelah dan menguntungkan untuk berdiri pada pijakan kecil dan tajam.</span></span><br /><span style="font-size:78%;"><span style="font-family:Verdana,Arial,Helvetica,sans-serif;">· Berat</span></span><br /><span style="font-size:78%;"><span style="font-family:Verdana,Arial,Helvetica,sans-serif;">· Untuk medan basah dan kering.</span></span><br /><br /><span style="font-weight: bold;font-size:78%;" ><span style="font-family:Verdana,Arial,Helvetica,sans-serif;">7. Tabular Webbing</span></span><br /><span style="font-size:78%;"><span style="font-family:Verdana,Arial,Helvetica,sans-serif;">Biasanya digunakan untuk membuat slink. Selain itu sering digunakan sebagai pengganti harness.</span></span><br /><br /><span style="font-weight: bold;font-size:78%;" ><span style="font-family:Verdana,Arial,Helvetica,sans-serif;">8. Palu tebing</span></span><br /><span style="font-size:78%;"><span style="font-family:Verdana,Arial,Helvetica,sans-serif;">Pada bagian ekornya berbentuk runcing untuk membersihkan dinding dan mencongkel atau melepaskan piton. Fungsi utama dari palu tebing adalah untuk memasang anchor.</span></span><br /><br /><span style="font-size:78%;"><span style="font-family:Verdana,Arial,Helvetica,sans-serif;">9<span style="font-weight: bold;">. Bor dan Driver</span>. Driver yang digunakan dalam rock climbing adalah jenis Rubber Hand. Bor sendiri memiliki 2 bagian peluru dan spit</span></span><br /><br /><span style="font-size:78%;"><span style="font-family:Verdana,Arial,Helvetica,sans-serif;">Berikut cara pemakaian bor :</span></span><br /><br /><span style="font-weight: bold;font-size:78%;" ><span style="font-family:Verdana,Arial,Helvetica,sans-serif;">10. Anchor</span></span><br /><br /><span style="font-size:78%;"><span style="font-family:Verdana,Arial,Helvetica,sans-serif;">Merupakan poin yang dipakai sebagai penahan beban. Berdasarkan Jenisnya terdapat dua macam anchor, yaitu :</span></span><br /><span style="font-size:78%;"><span style="font-family:Verdana,Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="font-weight: bold;">a. Natural anchor,</span> dapat berupa pohon besar, tonjolan, lubang-lubang ditebing dan berbagai macam bentukkan-bentukkan di tebing.</span></span><br /><span style="font-size:78%;"><span style="font-family:Verdana,Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="font-weight: bold;">b. Artificial anchor</span>, yaitu anchor buatan yang ditempatkan atau dipasang pada tebing seperti :</span></span><br /><span style="font-size:78%;"><span style="font-family:Verdana,Arial,Helvetica,sans-serif;">· Chock </span></span><br /><br /><span style="font-size:78%;"><span style="font-family:Verdana,Arial,Helvetica,sans-serif;">Chock jenis Stoper</span></span><br /><br /><span style="font-size:78%;"><span style="font-family:Verdana,Arial,Helvetica,sans-serif;">Chock jenis heksentrik,</span></span><br /><br /><span style="font-size:78%;"><span style="font-family:Verdana,Arial,Helvetica,sans-serif;">· Piton, ada tiga macam ;</span></span><br /><span style="font-size:78%;"><span style="font-family:Verdana,Arial,Helvetica,sans-serif;">o Horizontal, untuk celah horizontal.</span></span><br /><span style="font-size:78%;"><span style="font-family:Verdana,Arial,Helvetica,sans-serif;">o Vertical, untuk celah vertical.</span></span><br /><span style="font-size:78%;"><span style="font-family:Verdana,Arial,Helvetica,sans-serif;">o Angle, untuk lubang.</span></span><br /><br /><span style="font-size:78%;"><span style="font-family:Verdana,Arial,Helvetica,sans-serif;">Cara memasang piton :</span></span><br /><span style="font-size:78%;"><span style="font-family:Verdana,Arial,Helvetica,sans-serif;">1. Periksa rekahan yang akan dipasang piton.</span></span><br /><span style="font-size:78%;"><span style="font-family:Verdana,Arial,Helvetica,sans-serif;">2. Pilih piton yang cocok dengan rekahan, lalu ditancapkan dan pukul dengan hammer.</span></span><br /><span style="font-size:78%;"><span style="font-family:Verdana,Arial,Helvetica,sans-serif;">3. Dalam pemasangannya harus setengah lebih agar lebih safety sebagai anchor.</span></span><br /><br /><span style="font-size:78%;"><span style="font-family:Verdana,Arial,Helvetica,sans-serif;">Untuk mengetahui rapuh tidaknya rekahan yang akan kita pasang piton, adalah dengan memukulkan hammer pada tebing sekitar rekahan. Suara yang nyaring menunjukkan rekahan tersebut tidak rapuh.</span></span><br /><br /><span style="font-size:78%;"><span style="font-family:Verdana,Arial,Helvetica,sans-serif;">Cara melepas piton adalah dengan menggunakan hammer yang kita pukulkan pada mata piton searah dengan rekahan sampai pada akhirnya piton dapat ditarik</span></span><br /><br /><span style="font-size:78%;"><span style="font-family:Verdana,Arial,Helvetica,sans-serif;">· Hanger</span></span><br /><span style="font-size:78%;"><span style="font-family:Verdana,Arial,Helvetica,sans-serif;">Biasanya digunakan untuk tebing yang blank, artinya tebing yang akan dipanjat sedikit memilki natural anchor. Jenis hanger berdasrkan bentukny :</span></span><br /><span style="font-size:78%;"><span style="font-family:Verdana,Arial,Helvetica,sans-serif;">1. Plate,</span></span><br /><span style="font-size:78%;"><span style="font-family:Verdana,Arial,Helvetica,sans-serif;">2. clown,</span></span><br /><span style="font-size:78%;"><span style="font-family:Verdana,Arial,Helvetica,sans-serif;">3. Azymetrique,</span></span><br /><span style="font-size:78%;"><span style="font-family:Verdana,Arial,Helvetica,sans-serif;">4. Twist</span></span><br /><br /><span style="font-size:78%;"><span style="font-family:Verdana,Arial,Helvetica,sans-serif;">· Cam / Friend</span></span><br /><br /><span style="font-size:78%;"><span style="font-family:Verdana,Arial,Helvetica,sans-serif;">Pengaman sisip yang bekerja berdasarkan sistem friksi yang ditimbulkan ketika dikenai beban. Memilki ukuran yang beragam untuk setiap bentukan tebing, dan gagang nya ada yang lentur ada yang fix. </span></span><br /><br /><span style="font-size:78%;"><span style="font-family:Verdana,Arial,Helvetica,sans-serif;">Berdasarkan posisi dan urutan mendapat beban, anchor dapat dibedakan menjadi:</span></span><br /><span style="font-size:78%;"><span style="font-family:Verdana,Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="font-weight: bold;">a. Main anchor,</span> anchor utama yang secara langsung mendapatkan beban.</span></span><br /><span style="font-size:78%;"><span style="font-family:Verdana,Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="font-weight: bold;">b. Back up anchor</span>, berfungsi sebagai anchor cadangan apabila main anchor jebol.</span></span><br /><br /><span style="font-weight: bold;font-size:78%;" ><span style="font-family:Verdana,Arial,Helvetica,sans-serif;">11. Descender</span></span><br /><br /><span style="font-size:78%;"><span style="font-family:Verdana,Arial,Helvetica,sans-serif;">Merupakan alat digunakan untuk turun. Jenis Ascender seperti :</span></span><br /><span style="font-size:78%;"><span style="font-family:Verdana,Arial,Helvetica,sans-serif;">a. Figure of Eight</span></span><br /><span style="font-size:78%;"><span style="font-family:Verdana,Arial,Helvetica,sans-serif;">b. Brake bar</span></span><br /><span style="font-size:78%;"><span style="font-family:Verdana,Arial,Helvetica,sans-serif;">c. Capstand : Maximal penggunaan sebaiknya yang kurang dari 50 m karena tegangan tinggi semakin tinggi menyebabkan alat tidak bekerja maksimal. Terbagi :</span></span><br /><span style="font-size:78%;"><span style="font-family:Verdana,Arial,Helvetica,sans-serif;">· Auto Stop,</span></span><br /><span style="font-size:78%;"><span style="font-family:Verdana,Arial,Helvetica,sans-serif;">· Simple Stop</span></span><br /><br /><span style="font-size:78%;"><span style="font-family:Verdana,Arial,Helvetica,sans-serif;">d. Rack : dapat digunakan karena pada lintasan lebih dari 50 m lebih stabil, namun untuk beban terlalu ringan tidak akan bekerja maksimal. Terbagi 2 :</span></span><br /><span style="font-size:78%;"><span style="font-family:Verdana,Arial,Helvetica,sans-serif;">· Closed Rack,</span></span><br /><span style="font-size:78%;"><span style="font-family:Verdana,Arial,Helvetica,sans-serif;">· Open Rack</span></span><br /><br /><span style="font-size:78%;"><span style="font-family:Verdana,Arial,Helvetica,sans-serif;">e. Whaletail</span></span><br /><br /><span style="font-size:78%;"><span style="font-family:Verdana,Arial,Helvetica,sans-serif;">Selain itu juga dapat dilakukan modifikasi terhadap alat sehingga fungsinya dapat menyerupai descender seperti:</span></span><br /><span style="font-size:78%;"><span style="font-family:Verdana,Arial,Helvetica,sans-serif;">a. Modifikasi Carabiner : Carabiner yang kita susun sedemikian rupa sehingga berfungsi semacam brake bar.</span></span><br /><span style="font-size:78%;"><span style="font-family:Verdana,Arial,Helvetica,sans-serif;">b. Kombinasi Carabiner dengan Italian Hitch</span></span><br /><br /><span style="font-weight: bold;font-size:78%;" ><span style="font-family:Verdana,Arial,Helvetica,sans-serif;">12. Ascender</span></span>, <span style="font-size:78%;"><span style="font-family:Verdana,Arial,Helvetica,sans-serif;">merupakan alat digunakan untuk naik. Jenis ascender seperti :</span></span><br /><span style="font-size:78%;"><span style="font-family:Verdana,Arial,Helvetica,sans-serif;">a. Hand Ascender seperti :</span></span><br /><span style="font-size:78%;"><span style="font-family:Verdana,Arial,Helvetica,sans-serif;">· Jumar (produk Petzl)</span></span><br /><span style="font-size:78%;"><span style="font-family:Verdana,Arial,Helvetica,sans-serif;">Terbagi 3 macam : Standard jumar, Jumar, Jumar CMI 5000 / ColoradoMountains Industries. Jenis ini mempunyai kekuatan sekitar 5000 pounds dan carabiner dapat langsung disangkutkan pada kerangkanya.</span></span><br /><span style="font-size:78%;"><span style="font-family:Verdana,Arial,Helvetica,sans-serif;">b. Chest Ascender</span></span><br /><br /><span style="font-weight: bold;font-size:78%;" ><span style="font-family:Verdana,Arial,Helvetica,sans-serif;">13. Belay Device</span></span><br /><span style="font-size:78%;"><span style="font-family:Verdana,Arial,Helvetica,sans-serif;">Alat belay dari sudut pandang kepraktisan dalam menghentikan jatuhnya pemanjat terbagi dalam dua jenis yaitu :</span></span><br /><span style="font-size:78%;"><span style="font-family:Verdana,Arial,Helvetica,sans-serif;">a. Manual, yaitu alat belay yang digunakan untuk menghentikan jatuhnya climber dengan menarik dan menekan tali tambang pada posisi tertentu sehingga terjadi friksi atau tekanan jepit yang menahan tali yang terulur. Belay Device tipe ini antara lain :</span></span><br /><br /><span style="font-size:78%;"><span style="font-family:Verdana,Arial,Helvetica,sans-serif;">· Kombinasi Carabiner dengan Italian Hitch</span></span><br /><span style="font-size:78%;"><span style="font-family:Verdana,Arial,Helvetica,sans-serif;">· Belay Plate/ Spring Plate</span></span><br /><span style="font-size:78%;"><span style="font-family:Verdana,Arial,Helvetica,sans-serif;">· Figure Of Eight</span></span><br /><span style="font-size:78%;"><span style="font-family:Verdana,Arial,Helvetica,sans-serif;">· Tubular</span></span><br /><br /><span style="font-size:78%;"><span style="font-family:Verdana,Arial,Helvetica,sans-serif;">b. Otomatis Yaitu alat belay yang akan terkunci dengan sendirinya pada saat climber jatuh atau saat tali tambang terbebani. Fungsi alat ini serupa dengan sabuk pengaman yang biasa kita pakai saat berkendaraan dimana jika terjadi hentakan keras sabuk tersebut akan menahan dan menghentikan hentakan badan seperti Grigri, Trango cinch, dll</span></span><br /><br /><span style="font-size:78%;"><span style="font-family:Verdana,Arial,Helvetica,sans-serif;">Beban maksimal yang ditanggung oleh beberapa belay device ketika mendapatkan sentakan :</span></span><br /><br /><span style="font-weight: bold;font-size:78%;" ><span style="font-family:Verdana,Arial,Helvetica,sans-serif;">14. Pullay</span></span><br /><span style="font-size:78%;"><span style="font-family:Verdana,Arial,Helvetica,sans-serif;">Alat yang digunakan untuk membelokan arah gayapullay terdiri dari Fix cheek Pullay dan Oscillante Cheek Pullay. suatu beban. Secara umum</span></span><br /><span style="font-size:78%;"><span style="font-family:Verdana,Arial,Helvetica,sans-serif;"><br />Bentuk – bentuk dasar pullay antara lain:</span></span><br /><span style="font-size:78%;"><span style="font-family:Verdana,Arial,Helvetica,sans-serif;"> * Fixed</span></span><br /><span style="font-size:78%;"><span style="font-family:Verdana,Arial,Helvetica,sans-serif;"> * Tandem</span></span><br /><span style="font-size:78%;"><span style="font-family:Verdana,Arial,Helvetica,sans-serif;"> * Oscillante</span></span><br /><span style="font-size:78%;"><span style="font-family:Verdana,Arial,Helvetica,sans-serif;"> * Ultragere</span></span><br /><span style="font-size:78%;"><span style="font-family:Verdana,Arial,Helvetica,sans-serif;"> * Mini Tranxion : perpaduan pullay & descender</span></span><br /><br /><span style="font-weight: bold;font-size:78%;" ><span style="font-family:Verdana,Arial,Helvetica,sans-serif;">15. Sky hook</span></span><br /><span style="font-size:78%;"><span style="font-family:Verdana,Arial,Helvetica,sans-serif;">Merupakan perangkat Rock Climbing yang digunakan untuk istirahat sementara saat melakukan pemanjatan, terutama saat melakukan pengeboran</span></span><br /><br /><span style="font-size:78%;"><span style="font-family:Verdana,Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="font-weight: bold;">16. Runner</span>, sling yang pada kedua ujungnya telah diberi carabiner. Teknik pemasangan runner :</span></span><br /><br /><span style="font-size:78%;"><span style="font-family:Verdana,Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="font-weight: bold;">17. Stir up</span> / Tangga tebing, terbuat dari bahan yang sama dengan bahan webbing.</span></span><br /><br /><span style="font-size:78%;"><span style="font-family:Verdana,Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="font-weight: bold;">18. Sarung tangan</span>, digunakan untuk melindungi telapak tangan saat melakukan pemanjatan.</span></span><br /><br /><span style="font-size:78%;"><span style="font-family:Verdana,Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="font-weight: bold;">19. Prusik</span> : Sebagai pengaman yang biasanya dipasang pada lubang tembus.</span></span><br /><br /><span style="font-size:78%;"><span style="font-family:Verdana,Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="font-weight: bold;">20. Chalk bag. </span>tempat bubuk magnesium.</span></span><br /><br /><span style="font-size:78%;"><span style="font-family:Verdana,Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="font-weight: bold;">21. Bubuk magnesium, </span>digunakan agar saat melakukan pemanjatan tidak licin.</span></span><br /><br /><span style="font-size:78%;"><span style="font-family:Verdana,Arial,Helvetica,sans-serif;">Hal yang perlu diperhatikan sebelum memakai / membaeli alat antara lain rekomendasi minimum terhadap kekuatan alat yang telah ditetapkan oleh badan sertifikasi internasioanl (UIAA, CE, dll). Beberapa ketentuan batas minimum kekuatas alat yang ditetapkan oleh UIAA untuk alat tertentu :</span></span><br /><br /><span style="font-size:78%;"><span style="font-family:Verdana,Arial,Helvetica,sans-serif;">Setiap alat maupun pengaman memiliki breaking load maupun working load tertentu yang harus diperhatikan oleh setiap climber ketika melakukan pemanjatan.</span></span><br /><br /><span style="font-size:78%;"><span style="font-family:Verdana,Arial,Helvetica,sans-serif;">PENGGUNAAN & PERAWATAN ALAT</span></span><br /><br /><span style="font-size:78%;"><span style="font-family:Verdana,Arial,Helvetica,sans-serif;">Untuk menjaga agar alat yang digunakan tetap dapat bekerja maksimal serta memperpanjang umur alat, maka setiap climber perlu mengetahui prinsip pemilihan alat dan menjaga alat tersebut baik pada saat pemakaian, penyimpanan maupun perawatan. Beberapa prinsip yang harus diperhatikan :</span></span><br /><br /><span style="font-size:78%;"><span style="font-family:Verdana,Arial,Helvetica,sans-serif;">1. Tali :</span></span><br /><span style="font-size:78%;"><span style="font-family:Verdana,Arial,Helvetica,sans-serif;"> * Sebaiknya dalam membeli tali, belilah tali baru dan jangan pernah beli yang bekas,</span></span><br /><br /><span style="font-size:78%;"><span style="font-family:Verdana,Arial,Helvetica,sans-serif;"> * Gunakan tali kernmantel jenis dinamik dan bukan statik untuk melakukan pemajatan. Tali panjat memanjat harus dinamik artinya tali tersebut lentur dan meregang (stretch) sehingga dapat menahan impak pada tali dan tubuh saat climber jatuh. Jika digunakan tali statis maka akan mempercepat kerusakan tali (hilang sifat statisnya sehingga akan lebih mudah putus tali) dan menyebabkan resiko cedera yang lebih besar. Tali statik hanya digunakan untuk rapeling atau mengangkut peralatan dan suplai (hauling) pada aid climbing,</span></span><br /><span style="font-size:78%;"><span style="font-family:Verdana,Arial,Helvetica,sans-serif;">· Pastikan ukuran tali kompatibel dengan belay device yang digunakan sehingga alat dapat berfungsi maksimal, dan jangan menggunakan tali yang basah karena Tali yang basah menyebabkan tali tidak enak digunakan baik dipegang maupun dipakai atau dibawa. Elastisitas tali yang basah akan berkurang sehingga mudah terjadi friksi. Penelitian menyatakan bahwa tali tersebut akan berkurang kekuatannya 30% jika basah.</span></span><br /><span style="font-size:78%;"><span style="font-family:Verdana,Arial,Helvetica,sans-serif;">· Jangan menginjak tali dan berilah alas saat tali digunakan, hindari kontak langsung tali dengan benda tajam, tanah atau pasir karena akan membuat partikel kecil dari pasir masuk kedalam inti tali dan mempercepat kerusakannya,</span></span><br /><span style="font-size:78%;"><span style="font-family:Verdana,Arial,Helvetica,sans-serif;"> </span></span><br /><span style="font-size:78%;"><span style="font-family:Verdana,Arial,Helvetica,sans-serif;"> * Berilah perekat permanen pada setiap ujung tali untuk mencegah banyak nya gelembung udara masuk ke dalam tali sehingga menyebabkan inti tali regang dari mantelnya. Selain itu juga beri tanda permanen pada ujung tali (panjang dan diameter tali),</span></span><br /><span style="font-size:78%;"><span style="font-family:Verdana,Arial,Helvetica,sans-serif;"> </span></span><br /><span style="font-size:78%;"><span style="font-family:Verdana,Arial,Helvetica,sans-serif;"> * Segeralah mencuci tali setelah pemanjatan jika dalam keadaan kotor (lumpur atau pasir). Jangan menggosok tali dengan kuas yang kasar karena akan merusak mantelnya, sebaiknya gunakan kuas yang sangat lembut jika tali dalam keadaan sangat kotor, jika tidak maka cukup dengan membilas nya saja. Selain itu juga dihindari merendm tali dengan alat deterjen karena bahan kimianya akan merusak tali, gunakanlah cairan pembersih khusus atau cukup dengan merendam tali dalam air bersih yang sedikit hangat,</span></span><br /><span style="font-size:78%;"><span style="font-family:Verdana,Arial,Helvetica,sans-serif;"> </span></span><br /><span style="font-size:78%;"><span style="font-family:Verdana,Arial,Helvetica,sans-serif;"> * Jangan menjemur tali dalam keadaan basa langsung dibawa terik matahari atau panas yang berlebih,</span></span><br /><span style="font-size:78%;"><span style="font-family:Verdana,Arial,Helvetica,sans-serif;"> </span></span><br /><span style="font-size:78%;"><span style="font-family:Verdana,Arial,Helvetica,sans-serif;"> * Selalu menyimpan tali dalam kondisi normal (tidak terlalu kering atau lembab) dandalam keadaan tidak tersimpul</span></span><br /><br /><span style="font-size:78%;"><span style="font-family:Verdana,Arial,Helvetica,sans-serif;">2. Sepatu</span></span><br /><span style="font-size:78%;"><span style="font-family:Verdana,Arial,Helvetica,sans-serif;">· Pilih sepatu dengan ukuran yang sesuai dengan kaki, seketat mungkin dan bentuk nya mengerucuk di ujung, pilih jenis kelenturan yang cocok (kulit atau sintetis)</span></span><br /><span style="font-size:78%;"><span style="font-family:Verdana,Arial,Helvetica,sans-serif;">· Jangan memakai sepatu ketika tidak memanjat karena sepatu Panjat Tebing dibuat untuk climbing dan bukan untuk belaying, spotting atau hiking.</span></span><br /><span style="font-size:78%;"><span style="font-family:Verdana,Arial,Helvetica,sans-serif;">· Jangan menyimpan sepatu setelah climbing langsung kedalam ransel karena sepatu masih dalam keadaan lembab / basah oleh keringat dan merangsang jamur / bakteri tumbuh yang akan membaut sepatu bau dan benang jahitannya membusuk / rusak. Sebaiknya biarkan sedikit kering dahulu atau cukup gantungkan sepatu dibagian luar ranselmu (bisa pake karabiner) agar sepatu terkena angin dan lebih cepat kering.</span></span><br /><span style="font-size:78%;"><span style="font-family:Verdana,Arial,Helvetica,sans-serif;">· Jagalah sol sepatu tetap bersih. Gunakan sikat untuk keperluan membersiahkan setiap saat dansetelah selesai memanjat.</span></span><br /><span style="font-size:78%;"><span style="font-family:Verdana,Arial,Helvetica,sans-serif;">· Untuk sepatu laces (tali), longgarkan tali pengikat sepatu setelah kamu selesai pemanjatan dan tarik lidah sepatu (bagian sepatu yang menutupi atas kaki) keluar. Untuk sepatu velcro periksa dan bersihkan velcronya, soalnya kalo kotor bakal cepet rusak dan velcronya engak lengket banget yang hasilnya sepatunya enggak akan bisa dipake ngetat dan ngejoss.</span></span><br /><span style="font-size:78%;"><span style="font-family:Verdana,Arial,Helvetica,sans-serif;">· Jangan menjemur sepatu yang agak basah, lembab langsung dibawah sinar matahari. Simpan sepatu ditempat yang terangin-angin, kering namun tidak terlalu panas. Penyimpanan sepatu ditempat panas membuat perekatnya menjadi meleleh dan tempelan antar karet juga kulitnya cepet lepas. Jika sepatu terasa lembab disebabkan keringat, bisa digunakan butiran pengering (silica gel).</span></span><br /><span style="font-size:78%;"><span style="font-family:Verdana,Arial,Helvetica,sans-serif;">· Jika sepatu bau, tuangkan baking soda kedalam sepatumu dan diamkan selama kurang lebih semalam. Penggunaan kaos kaki tipis juga bisa mengurangi bau sepatu yang diakibatkan oleh keringat dan lembabnya udara.</span></span><br /><span style="font-size:78%;"><span style="font-family:Verdana,Arial,Helvetica,sans-serif;">· Jika sepatu dalam keadaan sangat kotor, cuci menggunakan tangan dan jangan menggunakan air panas, pemutih atau deterjen. Penggunaan mesin cuci sangat TIDAK disarankan.</span></span><br /><span style="font-size:78%;"><span style="font-family:Verdana,Arial,Helvetica,sans-serif;">· Saat sol bagian bawah sepatu telah tipis segera di resole / tambal ganti karet baru. jangan menunggu hingga berlubang</span></span><br /><span style="font-size:78%;"><span style="font-family:Verdana,Arial,Helvetica,sans-serif;">· Sepatu yang jarang digunakan akan membuat sol nya menjadi keras untuk itu segera bersihkan dengan kain dan air hangat kemudian gosok dengan sikat lembut hingga keliatan karet yang keliatan lebih hitam dan segar. Penggunaan sikat ini jangan terlalu sering, karena meskipun efektif namun membuat sol cepat tipis atau gunakan kertas ampelas (sand paper) yang biasa dugunakan untuk menghaluskan kayu. Dapat juga digunakan penghapus pulpen, penghapus ini lebih keras dari penghapus pensil. Gosok di bagian depan sol sepatu dan bersihkan sebersih mungkin debu/ kotoran karet yang ada. Namun Cara paling gampang adalah denga saling menggosokan kedua sol sepatu yang kanan dan yang kiri setiap selesai / akan melakukan pemanjatan. Tip yang ini dipraktekan oleh beberapa pemanjat saat emergensi / dadakan dengan menggunakan air ludah.</span></span><br /><br /><span style="font-size:78%;"><span style="font-family:Verdana,Arial,Helvetica,sans-serif;">3. Secara umum perawatan alat yang lain adalah jangan diinjak, dibanting dan segeralah membersihkan alat setelah pemakaian serta simpan ditempat yang memiliki suhu normal.<br /><br /></span></span></span><span style="color: rgb(0, 0, 0);font-family:verdana,arial,sans-serif;font-size:11px;" ><span style="font-size:78%;"><span style="font-family:Verdana,Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="font-weight: bold;">* Ditulis ulang dari :<br />Laili Aidi. 2006. "<span style="font-style: italic;">DIKTAT PANJAT TEBING (Rock Climbing)</span>". Bandung : Badan Pendidikan dan Latihan ASTACALA (Tidak Diterbitkan)-<br /><br />Daftar Pustaka :<br /></span>ASTACALA. 2002. “Diktat Pendidikan Dasar Astacala”. Bandung : Badan Pendidikan dan Latihan ASTACALA (Tidak Diterbitkan)<br /><br />GEGAMA. 2004. ”Materi Dasar Kepecintaalaman”. Yogyakarta : mahasiswa Pecinta Alam Fakultas Geografi (Tidak diterbitkan)<br /><br />Rizaldi, Ahmad dan Setyo Ramadi. ”Panjat Tebing”. URL http://www.mapalaui.com/.<br /><br />WANADRI. 1996. “Diktat Pendidikan Dasar Wanadri”. Bandung : Badan Pendidikan dan Latihan WANADRI (Tidak Diterbitkan)<br /><br />Sumber :http://astacala.org<br /></span></span></span>Education-http://www.blogger.com/profile/06182734592281203101noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1306928631943690434.post-60188293046777006342009-09-22T08:33:00.000+07:002009-09-22T11:59:30.279+07:00MANAJEMEN OPERASI SAR<p><b> </b></p> <p><b>PENDAHULUAN</b></p> <p>OPERASI SAR adalah suatu tindakan pada kejadian khusus yang diperlukan adanya suatu kerjasama, koordinasi dan penjabarannya menjadi suatu bentuk kegiatan operasi yang serasi, efektif, dan berdaya guna. Sehingga dalam suatu kejadian SAR diperlukan personil yang mempunyai kriteria-kriteria tertentu yang mengutamakan kemanusiaan diatas segala-galanya, walaupun tidak mengabaiakan faktor keselamatan personil bersangkutan.</p> <p>Bentuk penerapan dari alenia diatas jelas bahwa seorang personil SAR diharuskan mau san mampu berkorban baik waktu, fisik, pemikiran, bahkan materi guna suksesnya suatu operasi SAR. Selain hal itu juga perlu ditekankan bahwa personil SAR diharuskan mengutamakan kepentingan kerja team, mematuhi kaidah-kaidah dan prosedur yang berlaku dan baku, serta tidak mempunyai pamrih apapun baik materiil maupun popularitas individu.</p> <p>Tuliasan ini dibuat untuk pengetahuan tentang SAR dan operasi SAR, khususnya menejemen operasi SAR di Indonesia yang bisa diterapkan pada unit SAR Bantu Darat atau juga bisa digunakan untuk operasi SAR Hutan Gunung.</p> <p>ORGANISASI OPERASI SAR</p> <p>PENDAHULUAN</p> <p>Keberhasilan suatu operasi khususnya operasi SAR tergantung antara lain pada penerapan prosedur-prosedur yang berlaku dan dukungan oleh organisasi yang baik dan efektif.</p> <p>UMUM</p> <p>Untuk melaksanakan tugas operasi SAR, diperlukan adanya prosedur operasi yang benar dan koordinasi yang mantap, sehingga akan dihasilkan suatu operasi yang efektif dan berhasil baik.</p> <p>Dalam menangani suatu musibah, dikenal adanya organisasi dan komponen yang baku dalam organisasi tersebut, sedangkan besar kecilnya organisasi operasi disesuaikan dengan jenis musibah dan wilayah yang ditanganinya.</p> <p>Seperti telah diuraikan diatas bahwa bentuk bagan organisasi operasi dapat dibuat sesuai kebutuhan yang ada sehingga operasi tersebut dapat seselektif mungkin dan mencapai hasil yang maksimal.</p> <p><b>SEARCH AND RESCUE MISSION COORDINATOR (SMC)</b></p> <p>Tugas seorang SMC adalah melaksanakan evaluasi kejasian musibah, perencanaan operasi, mengendalikan operasi secara keseluruhan. SMC ditunjuk atau diangkat sejak adanya kejadian SAR sampai dengan operasi dinyatakan selesai. SMC bertanggungjawab kepada SKR atau KKR yang menunjuknya. Untuk lebih rincinya, tugas seorang SMC adalah:</p> <p>1. Mempelajari semua informasi yang dapat dikumpulkan, yang berkaitan dengan misi operasi.</p> <p>2. Menggolongkan misi SAR bertahap-tahap darurat yang tepat, apabila hal ini belum dilakukan.<br /><span id="more-9"></span><br />3. Menyiagakan fasilitas SAR yang tepat, dan organisasi SAR yang akan sangat diperlukan dalam dan selama opersai SAR bertanggungjawab.</p> <p>4. Memberangkatkan unit SAR (SRU), bilamana keadaan menghendaki demikian.</p> <p>5. Melaksanakan perencanaan untuk operasi SAR.<br /><a name='more'></a><br />6. Memberikan briefing pada anggota unit SAR (SRU), Menunjuk OSC, debriefing bagi unit SAR, dan dukungan sampai operasi selesai.</p> <p>7. Menentukan jaring kendali komunikasi, kanal-kanal (saluran) yang dipakai, monitoring semua kanal yang dipergunakan.</p> <p>8. Melaksanakan pencatatan semua usaha operasi beserta perkembangannya, tindakan yang diambil dan lain-lain.</p> <p>9. Bilamana diperlukan meminta tambahan SRU</p> <p>10. Melaksanakan pengendalian operasi SAR terhadap semua unsur.</p> <p>11. Memberikan laporan situasi (Lapsit) ke SC, SKR/KKR paling tidak satu kali dalam satu hari, dan pada saat-saat perkembangan yang penting terjadi. Laporan Situasi dilaporkan bernomor urut.</p> <p>12. memberikan debriefing akhir kepada unit-unit SAR dan mengembalikan fasilitas dan organisasi SAR yang terlibat, dan memberitahukan bahwa misi SAR telah selesai.</p> <p>13. Berkonsultasi dengan SKR/KKR sebelum menyatakan untuk menghentikan usaha yang tidak berhasil.</p> <p>Pada kasus musibah penerbangan dan pelayaran, seorang SMC harus memiliki kwalifikasi sebagai seorang SMC yang dikeluarkan oleh BADAN SAR NASIONAL. Sedangkan untuk operasi SAR yang sifatnya rekreatif (musibah pendakian, musibah sungai, pantai, dll) tidak diperlukan kwalifikasi seketat musibah penerbangan dan pelayaran.</p> <p><b> </b>Didalam melaksanakan tugasnya, SMC dibantu oleh beberapa staff yang memiliki tugas yang spesifik dan khusus sehingga jalannya operasi lancar dan sukses. Adapun staff SMC tersebut adalah:</p> <p><b>1. </b><b>Perwira Komunikasi (operator radio)</b></p> <p>Tugasnya adalah mengoperasikan radio komunikasi yang digunakan baik untuk jaring komando dan pengandali maupun untuk jaring koordinasi. Operator radio bertanggung jawab tentang kelancaran lalu lints berita yang sangat berperan dalam suatu operasi SAR. Operator Radio bertanggung jawab terhadap SMC.</p> <p><b>2. </b><b>Perwira Nafigasi (nafigator)</b></p> <p>Tugasnya adalah melakukan pengeplotan peta dimana musibah terjadi dan operasi SAR dilakukan sesuai dengan perkembangan operasi yang terjadi dan rencana-rencana operasi yang akan dilakukan sesuai denga perhitungan dan perencanaan SMC. Seorang nafigator bertanggung jawab terhadap SMC.</p> <p><b>3. </b><b>Perwira Briefing</b></p> <p>Tugasnya adalah mewakili SMC untuk melakukan briefing kepada OSC maupun SRU yang akan diberangkatkan maupun menerima debriefing dari SRU yang telah kembali ke Pos Komando dari misi pencarian.</p> <p><b>4. </b><b>SAR Mission Information Officer (SMIO) atau Humas Operasi SAR</b></p> <p>Tugasnya adalah sebagai penghubung antara masyarakat dengan organisasi operasi, yang dimaksud disini adalah setiap berita yang keluar, baik untuk pers (media massa) maupun keluarga korban dan juga untuk instansi-instansi diluar organisasi operasi adalah menjadi tanggung jawab seorang SMIO. Atau dengan kata lain seorang SMIO bertanggungjawab tentang pemberitaan perkembangan operasi yang sedang berlangsung.</p> <p><b>ON SCEEN COMMANDER (OSC)</b></p> <p>OSC ditunjuk oleh SMC untuk koordinasi dan pengaturan suatu operasi SAR tertentu ditempat kejadian, bila area pencariannya cukup luas dan mengerahkan cukup banyak SRU/dari berbagai unit SAR. OSC berwenang menambah, mengurangi merubah formasi SRU yang akan dibawah komandonya dan berwenang mengubah pola pencarian yang telah ditetapkan sebelumya sesuai dengan perkembangan yang ada dilapangan. OSC bertanggung jawab kepada SMC.</p> <p>Secara umum OSC bertugas :</p> <p>1. Melaksanakan rencana operasi SAR yang dibuat oleh SMC.</p> <p>2. Mengadakan perubahan pada rencana operasi apabilla dipandang perlu untuk menyesuaikan dengan keadaan ditempat kejadian yang mungkin sudah berubah.<br /><!--more--><br />3. Memegang kendali operasi dari semua unit SAR yang ditunujuk diarea pencariannya, mengkoordinir semua unit SAR.</p> <p>4. Mengirim laporan situasi secara berkala ke SMC. Laporan situasi pertama segera dilaporkan setelah tiba dilokasi/setelah memegang tugas sebagai OSC. Disertai laporan cuaca setempat.</p> <p><b>5. </b>Menyelanggarakan hubungan komunikasi dengan seluruh SRU dan menerima laporan dari SRU secara berkala.</p> <p><b>6. </b>Menerima laporan dugaan waktu tiba dilokasi bagi unit SAR, yang meliputi dugaan waktu tiba dilokasi pencarian, kemampuan komunikasi, lama pencarian.</p> <p><b>7. </b>Menyelenggarakan briefing awal bagi unit SAR yang datang.</p> <p><b>8. </b>Menerima dan mengevaluasi laporan dari semua unit SAR,mengkoordinasikan dan memerintahkan semua unit SAR.</p> <p><b>9. </b>Bila dilakukan penggantian OSC, maka harus membriefing OSC yang baru.</p> <p><b>SEARCH AND RESCUE UNIT (SRU)</b></p> <p>SRU adalah satu komponen dalam operasi SAR yang secara nyata melaksanakan operasi SAR di lapangan. Wewenang SRU adalah terbatas pada pelaksanaan tugas pencarian di lapangan dan dibawah koordinasi OSC/SMC. Tetapi dalam hal ini tidak menutup kemungkinan memberikan masukan ataupun usulan kepada OSC/SMC tentang kemungkinan sistim atau pola pencarian yang lebih selektif.</p> <p>Selain melaksanakan tugas pencarian, SRU jugha diwajibkan melapor kepada OSC/SMC secara berkala dan juga melaporkan perkembangan pencarian dilapangan. Penarikan atau penggantian SRU dilakukan oleh OSC/SMC, atau atas usulan dari SRU yang bersangkutan, apabila SRU tersebut tidak dapat melanjutkan operasi karena hal-hal tertentu. SRU yang diganti diwajibkan melakukan briefing kepada SRU penngganti tentang perkembangan operasi terakhir didaerah operasinya.</p> <p>Untuk lebih rincinya tentang tugas SRU adalah sebagai berikut:</p> <p>1. Melaksanakan rencana operasi sesuai yang telah direncanakan.</p> <p>2. Memberitahukan kepada OSC/SMC saat tiba didaerah operasi, perkiraan lama mengadakan operasi.</p> <p>3. Melaporkan secara berkala dan melaporkan perkembangan operasi di lapangan termasuk cuaca dan medan yang di daerah pencarian.</p> <p>4. Lapor segera setelah ada kontak dengan obyek yang dicari sesuai dengan prosedur yang berlaku.</p> <p>5. Menyiapkan peralatan untuk menandai posisi semua perjumpaan.</p> <p>Selain komponen-komponen dalam suatu misi SAR, yaitu SMC beserta staffnya, OSC dan SRU, yang tidak kalah pentingnya adalah base camp atau <i>Basis Operasi SAR </i>atau <i>Pos Komando Operasi.</i> Didalam Pos Komando Operasi selain terdapat komponen-komponen di atas, juga ada unsur-unsur yang sifatnya mendukung kelancaran operasi tersebut. Sedangkan komponen pendukung tersebut adalah:</p> <p><b>1. </b><b>Komandan Pos Komando Operasi </b></p> <p>Bertugas memimpin Pos Komando tersebut dan menyediakan segala fasilitas yang diperlukan untuk mendukung kelancaran jalannya operasi. Sedangkan dalam tugasnya Komandan Pos Komando Operasi dibantu oleh Koordinator dapur umum, Kooordinator umum, kesehatanmdan back up emergency team.</p> <p><b>2. </b><b>Koordinator Dpur Umum</b></p> <p>Bertugas menyediakan fasilitas konsumsi dan perbekalan dalam suatu operasi.</p> <p><b>3. </b><b>Koordinator Umum</b></p> <p>Bertugas mengkoordinir pengadaan sarana dan prasarana yang mungkin dibutuhkan dalam suatu operasi.</p> <p><b>4. </b><b>Kesehatan</b></p> <p>Selain bertugas sebagai back up emergency, juga bertugas mengawasi dan menangani kesehatan terhadap semua pelaku operasi.</p> <p><b>5. </b><b>Back Up Emergency Team </b></p> <p>Yang terdiri dari satu team atau lebih yang bertugas mengadakan pertolongan apabila sewaktu-waktu terjadi sesuatu terhadap semua pelaku operasi.</p> <p><b>TAHAP KEGIATAN SAR</b></p> <p><b> </b>Untuk keberhasilan suatu operasi SAR, maka harus dilalui tahapan-tahapan kegiatan. Kecepatan pelaksanaan kegiatan, setiap tahapan mempengaruhi kecepatan penanganan musibah. Kegiatan pada tahap pertama dimulai sejak adanya berita musibah atau diketahui adanya keadaa darurat dan kegiatan akan berakhir saat operasi SAR dinyatakan selesai dan ditutup.</p> <p><b> </b></p> <p><b>AWARENESS STAGE (TAHAP MENYADARI)</b></p> <p><b> </b>Tahap ini adalah tahap dimana telah diketahui suatu keadaan darurat / musibah yang mengancam keselamatan dini dari pos-pos siaga SAR atau disampaikan berita-berita musibah oleh instansi / organisasi atau masyarakat ke BASARNAS/KKR/SKR/SARDA.</p> <p>Informasi/berita awal yang disampaikan dalam waktu yang tepat tentang situasi kesulitan yang dihadapi akan dapat mencegah terjadinya musibah / kedaan darurat yang lebih lanjut.</p> <p>Dalam setiap keadaan darurat, tindakan dapat segera diambil setelah dikatahui jenis musibah dan lokasi kejadiannya. Untuk itu, setiap informasi / berita yang diterima harus diarahakan untuk dilengkapi data-data tentang kejadian dan penentuan lokasi musibah. Maka penggunaan sarana komunikasi berperan penting untuk meyakinkan informsai/berita ytag diterima.</p> <p>Pencatatan data-data kejadian harus dilakukan dengan menggunakan format yang telah ditentukan secara sistematis. Setiap petugas pencatat data harus mendahulukan pengumpulan data utama sehingga bila karena suatu sebab komunikasi terputus, proses penanganan musibah tetap dapat berlangsung.</p> <p><b>Pencatatan Data Musibah</b></p> <p>Pencatatan data musibah adalah sebagai berikut:</p> <p>1. Data-data personil yang tertimpa musibah, jumlah, asal perhimpunan/club,dll.</p> <p>2. Posisi kejadian.</p> <p>3. Jenis musibah (kecelakaan, tersesat,dll)</p> <p>4. Tanggal waktu musibah.</p> <p>Keempat data diatas adalah data utama yang harus segera didapat untuk dapat memulai usaha pencarian dan pertolongan / penyelamatan:</p> <p>1. Data lengkap personil tentang kemampuan survival, perlengkapan yang dibawa, bekal dan perlangkapan pendukung yang tersedia, tingakat keparahan luka (bila mengalami kecelakaan).</p> <p>2. Tanggal waktu berangkat, rencana perjalanan, tanggal dan waktu tiba di tujuan, jumlah personil yang terlibat, persiapan yang dilakukan (termasuk alkom, alat navigasi dan peta, bekal makan dan minum, perlengkapan penunjang yang lain)</p> <p>3. Frekuensi radio yang digunakan bila membawa alkom.</p> <p>4. Cuaca ditempat kejadian, keadaan luar saat itu ditempat kejadian.</p> <p>5. Bantuan yang mungkin diperlukan.</p> <p>6. Bantuan yang telah diberikan.</p> <p>7. Data-data pelapor pertama (nama, alamat, nomor telepon, nama panggilan/call-ighn)</p> <p>8. tanggal waktu laporan pertama.</p> <p>9. Kemungkinan penyimpangan jadwal/rencana perjalan.</p> <p>10. Perlengkapan navigasi yang ada.</p> <p>11. Perlengkapan survival yang ada, termasuk persediaan makanan dan air.</p> <p>12. Keterangan lain: alamat keluarga, perhimpunan/club.</p> <p><b>Data Cuaca</b></p> <p>Sangat penting untuk dilengkapi dalam suatu operasii SAR, data-data tersebut meliputi:</p> <p>1. Keadaan awan, ketinggian, dan perubahan yang terjadi.</p> <p>2. Keadaan hujan (mulai dan akhir)</p> <p>3. Jarak pandang (visibility) serta adanya penghalang (kabut,asap, dll)</p> <p>4. Keadaan angin, arah dan kecepatannya, serta perubahan-perubahan yang terjadi.</p> <p><b>INITIAL ACTION STAGE (TAHAP TINDAKAN AWAL)</b></p> <p>Pada tahap ini tindakan yang dilakukan adalah:</p> <p><b>Evaluasi Kejadian / Musibah</b></p> <p><b> </b>Evaluasi kejadian/musibah dilakukan dengan menentukan tingkat keadaan darurat berdasarkan penilaian terhadap informasi/berita yang diterima serta pengalaman untuk dapat memberikan tanggapan (respons) yang cepat. Keraguan data yang diterima akan menyulitkan evaluasi dan memakan waktu dalam pertimbangan-pertimbangan untuk melaksanakan kegiatan selanjutnya.</p> <p>Faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan dalam evaluasi musibah meliputi:</p> <p>1. Keadaan cuaca (saat musibah terjadi dan saat usaha pencarian/pertolongan akan dilakukan, termasuk jarak pandang.</p> <p>2. Waktu kejadian (kejadian pada malam hari menyulitkan pencarian/pertolongan)</p> <p>3. Kondisi medan/lingkungan dilokasi musibah.</p> <p>4. Fasilitas yang tersedia.</p> <p>5. Perkiraan keadaan korban.</p> <p><b>FAKTOR CUACA</b></p> <p>Keadaan cuaca yang buruk dilokasi musibah dan sekitarnya merupakan pembatas waktu melaksanakan operasi SAR.</p> <p>Keadaan tersebut menyulitkan pencarian dan dapat mengakibatkan stress bagi petugas-petugas lapangan sehingga kegiatan pencarian dan pemberian pertolongan menjadi kurang efisien. Selain itu hal tersebut merupakan faktor yang dapat membahayakan keselamatan unit-unit SAR. Oleh karena itu, data-data ramalan cuaca harus didapatkan segera/dalam penyapuan, lama waktu pencarian yang tepat dan efisien.</p> <p><b>FAKTOR WAKTU PADA USAHA PENCARIAN / PERTOLONGAN</b></p> <p>Menurut data statistik musibah yang ada, diketahui bahwa pada 24 jam pertama kemungkinan survivor untuk tetap hidup adalah 80%, dan kemungkinan hidup tersebut akan menurun dengan cepat setelah 3×24 jam pertama. Hal ini akan lebih cepat lagi bila korban dalam keadaan luka-luka, terutama dalam keadaan luka parah. Dengan demikian tindakan yang cepat dan cenderung mengerahkan unsur yang lebih banyak merupakan hal yang perlu dipertimbangkan.</p> <p>Pencarian pada siang hari pada umumnya dilakukan terutama oleh unit-unit unsur pencari yang tidak dilengkapi dengan alat bantu deteksi elektronik dimana pencarian hanya bisa dilakukan dengan visual. Sedangakan pencarian pada malam hari, diperlukan lebih banyak peralatan dan skill unit pencari, dan hanya bisa dilakukan untuk medan-medan datar, open grade, dan area yang sempit.</p> <p><b>FAKTOR LINGKUNGAN DISEKITARNYA.</b></p> <p>Faktor ini menentukan kemungkinan agar survivor tetap hidup yang berkaitan dengan batas waktu usaha pencarian/pertolongan. Misalnya pengaruh suhu udara, suhu air, kelembaban, kecepatan angin, arus, dll. Kemempuan bertahan hidup suvivor juga sangat dipengaruhi oleh kondisi fisik maupun psikis survivor yang bersangkutan, juga yang tidak kalah pentingnya adalah semangat untuk tetap hidup dan kreatifitas untuk menyiasati keadaan dan lingkungan.</p> <p>Daya tahan yang menurun karena penurunan suhu tubuh (Hypothermia), yang disebabkan oleh suhu udara, suhu air yang rendah dan tiupan angin dingin adalah salah satu faktor penyebab utama kematian pada korban musibah, terutama korban musibah pelayaran, dimana survivor harus berendam di perairan yang dingin, yaitu dibawah suhu 34° C. Sedangkan data yang dikeluarkan oleh <b><i>HO 225- The Defance Mapping Agency “Atlas of The Sea Surface Temperature”.</i></b> Menerangkan bahwa suhu air laut terpanas adala 29° C.</p> <p><b>FAKTOR KESULITAN MEDAN</b></p> <p>Faktor kesulitan medan merupakan faktor penting dalam menentukan metode pencarian/pertolongan. Untuk medan pegunungan, pencarian hanya dapat dilakukan pada siang hari. Pada medan yang berhutan lebat, sangat menyulitkan pencarian secara visual.</p> <p><b>FAKTOR FASILITAS YANG TERSEDIA</b></p> <p><b> </b>Fasilitas yang tersedia agar diarahkan pada sasaran untuk mencapai hasil kerja yang efektif dimulai dengan:</p> <p>1. Pemilihan unti SAR (dengan memperlihatkan kemampuan navigasi dan pengalaman di lapangan).</p> <p>2. Kemampuan komunikasi antara SMC/OSC dengan unit-unit SAR di lapangan.</p> <p>3. Jumlah, mutu peralatan dan perlengkapan lapangan, termasuk perlengkapan survival, alat untuk isyarat darurat (<i>flare, smoke, pulyn panel,dll) </i>bagi unit SAR.</p> <p>4. Setiap personil pada unti SAR harus siap menghadapi resiko dengan tetap memperhatikan keselamatan dirinya.</p> <p><b>FAKTOR KEADAAN SURVIVOR</b></p> <p>Dari data statistik terlihat bahwa 60% korban mendekati luka-luka dan 25% diantaranya berada dalam keadaan kritis (gawat darurat), dan hampir seluruhnya akan mengalami shock menghadapi situasi yang terjadi dalam waktu beberapa saat, bahkan mungkin terdapat korban meninggal.</p> <p>Penyiagaan fasilitas SAR dilakukan setelah ada evaluasi berita musibah yang diterima. Bila telah dinyatakan tingkat keadaan darurat I (INCERFA), maka unit SAR segera diberangkatkan. Untuk pemberangkatan unit SAR, maka ada 3 kemungkinan yang dapat dipilih oleh seorang SMC, yaitu:</p> <p>1. Pemberangkatan unit SAR secepatnya dan menyiagakan fasilitas SAR untuk tindakan selanjutnya.</p> <p>2. Menyiagakan fasilitas SAR untuk sewaktu-waktu diberangkatkan.</p> <p>3. Memberikan informasi pada fasilitas SAR selama evaluasi/penilaian kebenaran laporan musibah yang dilakukan.</p> <p align="center"><b>PLANNING STAGE (TAHAP PERENCANAAN)</b></p> <p>TAHAP PERENCANAAN</p> <p>Setelah tindakan penyiagaan fasilias SAR dilakukan, maka tindakan selanjutnya ialah tahap perencanaan. Pada tahap ini, segera dilakukan evaluasi dengan mempelajari semua keterangan yang ada, berupa:</p> <p>1. Rencana perjalanan</p> <p>2. Keadaan cuaca dan medan</p> <p>3. Kemungkinan gangguan komunikasi</p> <p>4. Berita dan posisi terakhir yang diketahui (last known Position)</p> <p>5. Kemampuan obyek dalam menghadapi keadaa-keadaan yang tidak menguntungkan.</p> <p>6. Fasilitas SAR yang tersedia dan telah disiagakan.</p> <p>Pada Tahap ini sudah perlu ditunjuk seorang SMC yang akan mengkoordinir dan mengendalikan pelaksanaan atau opersai SAR.</p> <p>RENCANA PENCARIAN</p> <p>Rencana pencarian dibuat melalui pertahapan sebagai berikut:</p> <p>1. memperkirakan datum (posisi duga) yang paling mungkin (most Probable Position)</p> <p>2. Menghitung luas area pencarian.</p> <p>3. Menentukan pola pencarian yang tepat.</p> <p>4. Menentukan posisi liputan (coverage area) yang diinginkan.</p> <p>5. Membuat rencana pencarian berdasarkan kesiapan dan kemampuan unit SAR yang tersedia.</p> <p>Perencanaan Pencarian memerlukan pertimbangan dari:</p> <p>1. Faktor lingkungan tempat kejadian musibah.</p> <p>2. Ketepatan laporan posisi kecelakaan.</p> <p>3. Tersedianya fasilitas SAR.</p> <p>4. Jangka waktu sejak kejadian musibah sampai dengan operasi SAR diaktifkan.</p> <p>Perencanaa-perencanaan ini diperlukan setiap saat untuk ketepatan pemberangaktan unit-unit SAR.</p> <p>Dalam usaha penentuan datum dan luas area pencarian, diperlukan pengetahuan tentang vektor (berbagai gaya yang bekerja/mempengaruhi posisi korban), menggunakan perhitungan secara aljabar, penggunaan nomogram dan penggunaan tabel-tabel dan grafik-grafik (khusus untuk kasus kecelakaan pesawat udara dan kapal laut).</p> <p>AREA PENCARIAN</p> <p>Dalam hal ini pertama kali ditentukan titik datum yang kemudian kita buat lingkaran disekelilingnya dengan jari-jari yang dihitung berdasarkan nilai total kemungkunan kesalahan (total probable error) dan memperhitungkan adanya faktor safety.</p> <p>Dengan membuat lingkaran tersebut diharapkan bahwa sasaran yang akan kita cari minimum 50% kemungkinannya ada dalam area tersebut. Bila pada area yang ditentukan tidak berhasil ditemukan, maka area ini dapat diperluas sampai lima kali pembesaran.</p> <p>Setelah dilakukan perluasan area dan tidak ditemukan, maka dapat dianggap sasaran yang kita cari tidak berada didaerah tersebut sehungga dapat ditentukan daerah baru yang dapat mendukung.</p> <p>Dari luas daerah pencarian tersebut maka dapat ditentukan unit SAR apa yang paling cocok untuk usaha pencarian, selain itu juga jumlah unit SAR yang diperlukan.</p> <p>Ingat faktor kecepatan dan usaha pencarian adalah kunci keberhasilan suatu operasi SAR.</p> <p>Luas daerah pencarian selain diperlukan untuk menentukan unit SAR yang akan diberangkatkan, juga untuk menghitung kebutuhan logistik, pendukung, back up personil dan lain sebagainya.</p> <p>RENCANA OPERASI PENCARIAN</p> <p>Setelah selesai dilakukan perhitungan dan ploting, maka SMC segera membuat rencana operasi pencarian. Dalam perencanaan tersebut digunakan formulir rencana pencarian (Search Palnning Work Sheet). Pada dasarnya terdapat 6 subyek yang specifik pada pengisian formulir tersebut, yaitu penjelasan tentang:</p> <p>1. Situasi</p> <p>2. Area pencarian</p> <p>3. Pelaksanaan dan rencana pencarian.</p> <p>4. Koordinasi yang diperlukan.</p> <p>5. Komunikasi</p> <p>6. Pelapor</p> <p>Dalam penjelasan tentang situasi, termasuk didalamnya:</p> <p>1. Keadaan musibah</p> <p>2. Posisi terakhir yang diketahui.</p> <p>3. Data terperinci tentang sasaran yang dicari.</p> <p>4. Alat bantu deteksi yang ada.</p> <p>5. Peralatan survival yang dimiliki survivor.</p> <p>6. Cuaca saat ini, dan perkiraan cuaca yang akan datang.</p> <p>7. Unit-unit SAR yang siap diberangkatkan kelokasi.</p> <p>Penjelasan tentang area pencarian secara terperinci antara lain:</p> <p>a. Penentuan datum dan kuas area pencarian.</p> <p>b. Pembagian area pencarian untuk masing-masing unit SAR dan waktu yang dibutuhkan.</p> <p>Pelaksanaan Operasi pencarian antara lain meliputi:</p> <p>1. Pembagian area dan unit-unit yang ditugaskan.</p> <p>2. Pola yang akan digunakan pada awal pencarian tersebut.</p> <p>3. Penentuan titik awal pencarian.</p> <p>4. Waktu yang diperkirakan.</p> <p>5. OSC yang ditunjuk bila diperlukan.</p> <p>Koordinasi dilapangan/pada area pencarian terdiri dari :</p> <p>1. Penentuan OSC (bila diperlukan)</p> <p>2. Pengawasan penggantian operasi selama SRU dalam perjalanan ke area pencarian <i>(CHOP / Changes of Operational Control) </i></p> <p>Koordinasi dalam kegiatan pencarian meliputi:</p> <p>1. Koordinasi di lokasi dilakukan oleh SMC, bila SMC tidak mampu mengendalikan dari posko, maka ditunjuk OSC dari unit SAR yang mempunyai kemempuan sebagaimana yang ditentukan dan bukan senioritas.</p> <p>2. Bila diperlukan penggantian pengendalian dan pengngantian unsur operasi (CHOP) pada perjalanan menuju lokasi musibah maupun pada perjalanan pulang, harus dilakukan dengan satuan induknya. Hal ini harus tercantum dalam rencana pencarian oleh seorang SMC.</p> <p>3. Bila cuaca yang diperkirakan tidak sama dengan yang diharapkan, maka rencana yang dibuat mungkin tidak efektif untuk dilaksanakan. Dalam hal ini SMC harus membekali OSC dengan pengarahan kapan rencana pencarian harus dilakukan dan kapan dapat dilaksanakan perubahan.</p> <p>Dari rencana operasi ini kemudian akan disusun formulir briefing.</p> <p align="center"><b>OPERATION STAGE</b></p> <p align="center"><b>(TAHAP OPERASI)</b></p> <p><b> </b></p> <p><b>Operasi Pencarian</b></p> <p>Pada pelaksanaan operasi SAR dapat dibagi menjadi :</p> <p>1. operasi pencarian tanpa operasi pertolongan (karena korban tidak ditemukan).</p> <p>2. operasi pertolongan tanpa operasi pencarian (lokasi musibah diketahui dengan pasti).</p> <p>3. operasi pencarian yang dilanjutkan dengan operasi penyelamatan/pertolongan.</p> <p>Dalam pelaksanaan operasi SAR terdapat tahap-tahap kegiatan yang harus dilakukan, yaitu:</p> <ul class="unIndentedList"><li> breifing pencarian</li><li> Pemberangkatan SRU</li><li> Perjalanan SRU menuju area pencarian</li><li> Bila menemukan sasaran</li><li> Bila perlu penggantian SRU</li><li> Penarikan SRU ke posko</li><li> Debreifing SRU</li></ul> <p>Semua ini harus diketahui dengan baik oleh SMC.</p> <p>Briefing Pencarian</p> <p>Breifing pencarian harus dilakukan terhadap SRU yang akan ditugaskan pada operasi pencarian. Tanpa breifing akan membuang waktu, tenaga, dan biaya yang percuma dan mungkin akan membahayakan SRU tersebut. Pada pelaksanaan breifing dapat dilakukan oleh SMC. Staff SMC (breifing officer/perwira breifing) yang ditunjuk. Breifing untuk SRU udara dan darat, sebaiknya dilakukan sebelum berangkat, sedang untuk SRU laut, dapat diberangkatkan terlebih dahulu kemudian diadakan breifing dalam perjalanan.</p> <p>Breifing pada Operasi pencarian</p> <p>Dilakukan oleh SMC atau staffnya. Untuk dapat memberikan breifing dengan baik digunakan check list sebagai berikut:</p> <p>Situasi</p> <ul class="unIndentedList"><li> Keadaan darurat/distress</li><li> Jumlah survivor</li><li> Sasaran pencarian</li><li> Data terperinci tentang sasaran</li><li> Posisi akhir yang diuketahui (last known position)</li><li> Peralatan survival yang dibawa</li><li> Perkiraan keadaan</li><li> SRU yang terlibat</li></ul> <p>Cuaca</p> <ul class="unIndentedList"><li> Pada saat musibah terjadi</li><li> Perkiraan cuaca pada saat pencarian akan dilakukan</li><li> P cuaca untuk keesokan harinya</li><li> Bahaya/ancaman dari keadaan cuaca yang akan dihadapi</li></ul> <p>Area pencarian</p> <ul class="unIndentedList"><li> Luas area yang akan diliput</li><li> Tanda-tanda</li><li> Ukuran</li><li> Sumbu utama gerak pencarian</li><li> Perjalanan pencarian</li><li> Titik awal pencarian (CPS/commence search point)</li><li> Bahaya dari keadaan medan yang akan dihadapi</li></ul> <p>Pola pencarian</p> <ul class="unIndentedList"><li> Penjelasan pola</li><li> Track spacking</li><li> Kemungkinan menemukan probabelity of detection (POD)</li><li> Ketepatan navigrasi</li><li> Kecepatan</li></ul> <p>Penunjuk tugas</p> <p>Penunjukan tugas pesawat, kapal, regu darat yang ditugaskan, SRU cadangan yang ditunjuk, jumlah waktu yang diperlukan dari pangkalan/posko ke daerah pencarian dan kembali lagi, waktu duga ditempat yang dikehendaki, penggantian SRU di lokasi.</p> <p>Pemberangkatan unit SAR</p> <p>SRU sudah dapat disiapkan ketika SMC membuat perencanaan, pada saat ini breifing tambahan diberikan antara lain berupa:</p> <ul class="unIndentedList"><li> Perkembangan terakhir</li><li> Sasaran pencarian</li><li> Penambahan/perluasan/perubahan daerah pencarian</li><li> Pola pencarian</li><li> Jadwal pelaporan pada operasi normal</li><li> Data cuaca terakhir di daerah pencarian</li><li> Titik awal pencarian</li><li> Informasi khusus pada operasi terpadu</li></ul> <p>Perjalanan SRU ke area pencarian, secara umum perlu memperhatikan keadaan yang mendukung agar operasi pencarian dapat bekerja dengan baik. Harus pula disiapkan peta dan kebutuhan ploting.</p> <p>Perjalanan ke area pencarian</p> <p>Perjalanan ke area pencarian, pengendalian akan dilkukan ole SMC atau OSC pada SRUmulai beberapa saat sebelum memasuki daerah pencarian.</p> <p>Waktu yang dibutuhkan dari pangkalan ke lokasi pencarian harus diketahui oleh SMC untuk peningkatan efektivitas dalam pengerahan unsur.</p> <p>Pelaksanaan Pencarian</p> <p>Pelaksanan pencarian segera dilakukan setelah SRU tiba di titik start pencarian, sesuai dengan pola pencarian yang telah ditentukan. Bila situasi berubah dengan cepat, dan SMC belum merubah rencana secara lengkap oleh SMC. Perubahan apapun juga dilakukan oleh OSC/SRU harus dilaporkan secara rinci kepada SMC. Dan laporan ini akan digunakan oleh SMC sebagai masukan untuk menentukan langkah selanjutnya secara akurat dan efisien.</p> <p>SRU/OSC diharuskan melaporkan secara berkala kepada SMC tentang perkembangan yang terjadi dan hambatan yang timbul, dan kemungkinan pemecahan atau jalan keluar yang bisa ditempuh.</p> <p>Laporan situasi tersebut meliputi:</p> <ul class="unIndentedList"><li> Posisi SRU (koordinat)</li><li> Situasi dan perkembangan yang terjadi.</li><li> Tindakan yang diambil, dan hasil penyapuan.</li><li> Rcana pencarian berikut dan saran-saran serta permintaan bentuan yang diperlukan.</li><li> Status kejadian, misal:</li></ul> <p>a. Operasi dihentikan karena telah berhasil menemukan <i>survivor</i>, dan telah dilakukan pertolongan .</p> <p>b. Operasi dihentikan untuk menunggu perkembangan tugas selanjutnya.</p> <p>c. Operasi dihentikan karean faktor medan / cuaca, dan menunggu perintah selanjutnya dari SMC.</p> <p><b>Prosedur yang harus dilakukan bila melihat korban hidup antara lain:</b></p> <p>1. Jaga jangan sampai korban hilang dari pandangan.</p> <p>2. Beri tanda posisi tersebut secepatnya, laporkan ke SMC/OSC.</p> <p>3. Arahkan SRU yang lain khususnya unit penolong ke lokasi dengan radio komunikasi, melalui SMC/OSC.</p> <p>4. Usahakan agar <i>survivor</i> mengetahui bahwa dirinya sudah ditemukan.</p> <p>5. tentukan posisi <i>survivor.</i></p> <p><i> </i></p> <p>Pada saat menemukan <i>survivor</i>, segera dibuat laporan pada SMC/OSC, isi laporan adalah:</p> <p>1. Posisi survivor</p> <p>2. Identitas survivor</p> <p>3. Keadaan fisik</p> <p>4. Cuaca dan keadaan medan</p> <p>5. Jenis peralatan darurat yang digunakan oleh survivor</p> <p>6. Jenis peralatan darurat yang diperlukan.</p> <p>Penggantian SRU di daerah pencarian harus didahului briefing terhadap SRU tersebut. Sesuai dengan prosedur SRU pengganti akan mendapat briefing tambahan dari OSC, menjelang tiba di lokasi pencarian. Setiap SRU apabila dalam keadaan memaksa dapat ditunjuk sebagai OSC.</p> <p><b>Penyiapan SRU dapat Meliputi:</b></p> <p>1. Jadwal pencarian (search schedule)</p> <p>2. Peralatan yang dibutuhkan.</p> <p>3. Transportasi kelokasi.</p> <p>4. makanan, air, dan kebutuhan pendukung lainnya</p> <p>5. Base camp kegiatan.</p> <p>6. Jumlah team/SRU yang dibutuhkan</p> <p>7. Luas area pencarian</p> <p>8. Penghitungan seluruh jumlah waktu, personil yang dubutuhkan untuk penyapuan pada seluruh area pencarian.</p> <p>9. Arah dan lintasan pencarian.</p> <p>10. Track spacing</p> <p>11. Titik awal dan titik akhir penyapuan.</p> <p>12. Tugas-tugas yang diberikan pada team pencari selama jangka waktu yang diberikan.</p> <p>Penyiapan <i>Base Camp</i>, disarankan pada lokasi dimana batas terakhir dari jangkauan komunikasi didekat lokasi pencarian. Penggunaan Base Camp dimaksudkan untuk menjamin kemampuan maksimal dari SRU untuk bertahan dilokasi selama operasi pencarian, karena dapat digunakan untuk beristirahat secara periodik sesuai penjadwalan.</p> <p>Personil pencari/anggota SRU harus dipilih dengan seksama yang meliputi:</p> <ul class="unIndentedList"><li> Stamina fisik yang prima</li><li> Pengetahuan tentang kegiatan di alam bebas yang baik</li><li> Pengalaman dalam pencarian</li></ul> <p>Kemudian baru ditentukan jumlah sesuai dengan kebutuhan</p> <p>Komposisi yang baik adalah terdiri dari:</p> <p>1. Pimpinan regu (team leader), diutamakan yang memiliki pengetahuan dan pengalaman cukup dalam operasi pencarian. Tugasnya adalah menjaga kelangsungan komunikasi dengan SMC, memelihara data-data yang diperlukan untuk pencarian, menyimpan peta yang akan digunakan, dapat memberikan briefing kepada anggota team, bertanggung jawab terhadap:</p> <p>a. Perlengkapan perorangan</p> <p>b. Perlengkapan regu</p> <p>c. Menjaga jadwal komunikasi (primer/alternatife)</p> <p>d. Menjaga semua data pencarian yang didapat dari SMC, termasuk peta.</p> <p>e. Mencatat semua area/lintasan yang telah dilalui (area yang sudah diliput)</p> <p>f. Melaksanakan kegiatan sesuai dengan rencana</p> <p>g. Dapat mencari lintasan keluar(jalan keluar) bila korban ditemukan.</p> <p>2. Petunjuk jalan (guide) diperlukan orang-orang yang memang sudah mengenal medan dan lokasi daerah tersbut (bila memungkinkan/bersedia)</p> <p>3. Flares (pemberi tanda sisi) dilengkapi dengan alat komunikasi, peluit, peta.</p> <p>4. Lineman (pembuat jejak) dilengkapi dengan peluit dan memberi tanda (memasang marker) pada daerah yang sudah diliput (tercover)</p> <p>Penentuan track spacing untuk pencarian dipengaruhi oleh:</p> <p>1. Ukuran dan warna sasaran</p> <p>2. Keadaan medan</p> <p>3. Cuaca</p> <p><b>Operasi Pertolongan (Rescue Operation)</b></p> <p>Operasi SAR tidak berakhir sampai dengan <i>survivor</i> (korban musibah) diketemukan, tetapi sampai dengan <i>survivor</i> dapat diselamatkan. <i>Rescue Operation </i>ini dapat dilakukan oleh SRU-SRU itu sendiri atau dilakukan oleh team khusus untuk <i>rescue (Rescue Team)</i>. Bila yang melakukan rescue operation adalah rescue team, maka setelah posisi survivor diketemukan maka SRU yang bersangkutan melaporkan ke SMC untuk meminta pengiriman rescue team.</p> <p>Kejadian yang dilakukan dalam operasi pertolongan ?penyelamatan terdiri dari:</p> <p>1. Briefing bagi <i>Rescue Team.</i></p> <p>2. Pengiriman <i>Rescue Team</i></p> <p>3. Selama perjalanan menuju lokasi</p> <p>4. Dukungan yang diperlukan oleh <i>Rescue Team</i></p> <p>5. <i>Rescue Unit </i> Kembali ke pangkalan.</p> <p>6. Debriefing <i>Rescue Team.</i></p> <p><i> </i></p> <p><b>Breafing Rescue Team meliputi antara lain:</b></p> <p>1. Situasi</p> <p>2. Cuaca</p> <p>3. Lintasan yang akan dilalui unit tersebut</p> <p>4. Metode/cara-cara yang disarankan.</p> <p><b>Pemberangkatan Rescue Team</b></p> <p>Bila telah diketahui bahwa unit pencari tidak mungkin untuk sekaligus melakukan pertolongan secara lengkap, maka unit-unit pertolongan (Rescue Team) segera disiagakan. Rescue Team ini harus siap dengan kemempuannya untuk dikirim/diberangkatkan ke lokasi yang bagaimanapun juga dengan memperlihatkan faktor-faktor keamanan/keselamatan.</p> <p><b>Selama perjalanan mencapai lokasi</b></p> <p>Selama Rescue Team dalam perjalanan dari pengkalan menuju ke lokasi musibah akan memberikan laporan posisi kepada SMC/OSC.</p> <p><b>Di lokasi musibah dan dukungan.</b></p> <p>Bila terdapat lebih dari satu SRU yang tiba di lokasi musibah, maka menjadi kewajiban bahwa SRU yang pertama kali menemukan survivor harus melakukan usaha penyelamatan yang pertama kali dan SRU yang tiba berikutnya sebagai pendukung tugas yang sedang dilakukan SRU pertama. Dalam hal ini SMC/OSC harus selalu memperhatikan dan memberikan dukungan pada Rescue Team yang dikerahkan. Semua dukungan kegiatan dari Rescue Team dilakukan oleh SRU-SRU yang telah berada di lokasi, dan SRU-SRU tesebut memberikan briefing kepada Rescue Team yang datangh tentang langkah apa saja yang telah dilakukan dalam melakukan pertolongan kepada survivor.</p> <p>Selam semua survivor dapat dievakuasi dan diserahkan kepada pihak yang lebih berwenang, maka operasi SAR dinyatakan selesai.</p> <p align="center"><b>MISSION CONCLUSION STAGES</b></p> <p align="center"><b>(TAHAP AKHIR PENUGASAN )</b></p> <p>Pada kegiatan akhir penugasan, dilakukan pengembalian unsur dan penyiagaan kembali, debriefing, serta evaluasi operasi.</p> <p>Debriefing diberikan survivor maupun team SAR yang telah selesai bertugas.</p> <p>Untuk Survivor, debriefing meliputi:</p> <p>1. Pertolongan medis yang dilakukan oleh survivor itu sendiri.</p> <p>2. Kegiatan yang dilakukan survivor saat menunggu pertolongan.</p> <p>3. Pengalaman survivor untuk bertahan hidup (survival experience)</p> <p>Sedangkan debriefing untuk tim SAR meliputi pengecekan kembali semua yang telah diberikan pada saat briefing, sehingga hasilnya dapat dianalisa dan dievaluasi untuk membuat laporan akhir penugasan.</p> <p>Setelah disusun semua laporan, maka organisasi operasi dibubarkam dan dibuat/dikeluarkan pernyataan penghentian operasi SAR oleh SMC.</p>Education-http://www.blogger.com/profile/06182734592281203101noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1306928631943690434.post-33232066649097255672009-09-22T08:16:00.000+07:002009-09-22T11:59:30.279+07:00PERTOLONGAN PERTAMA GAWAT DARURAT (PPGD)<div class="post-body entry-content"><style>.fullpost{display:inline;}</style> <p>Bayangkan ada seorang pendaki yang tidak hati-hati lalu terjatuh ke dalam jurang sedalam 10 meter. Sangat miris karena pendaki tersebut mengalami trauma tulang belakang yang cukup parah. Prognosa menyatakan dia bakal lumpuh seumur hidupnya dari batas pusar ke bawah (paraplegi). Menurut cerita teman-teman pendaki yang ikut mendaki bersama dia, pertolongan di tempat kejadian dilakukan oleh pendaki lain yang kemungkinan besar belum mengetahui teknik PPGD. Kita lalu akan membayangkan korban diangkat dari dasar jurang entah dengan apa dan bagaimana, namun dapat diyakinkan bahwa proses evakuasi, mobilisasi dan tranportasi korban sangatlah merugikan dan memperburuk cedera tulang belakangnya.<br />Bayangkan juga ada seorang pendaki yang tiba-tiba mengalami serangan jantung yang menyebabkan jantungnya tiba-tiba berhenti berdenyut lalu mengalami kematian mendadak karena tidak mendapatkan pertolongan yang cepat, padahal kita berada tidak jauh dari lokasinya. Atau seorang pemanjat tebing yang mengalami kecelakaan dan menyebabkan fraktur terbuka yang mengeluarkan cukup banyak darah lalu membuatnya pingsan. Apakah yang harus kita lakukan ?<br /><span class="fullpost"><br />Kejadian gawat darurat biasanya berlangsung cepat dan tiba-tiba sehingga sulit memprediksi kapan terjadinya. Langkah terbaik untuk situasi ini adalah waspada dan melakukan upaya kongkrit untuk mengantisipasinya. Harus dipikirkan satu bentuk mekanisme bantuan kepada korban dari awal tempat kejadian, selama perjalanan menuju sarana kesehatan, bantuan di fasilitas kesehatan sampai pasca kejadian cedera. Tercapainya kualitas hidup penderita pada akhir bantuan harus tetap menjadi tujuan dari seluruh rangkai pertolongan yang diberikan.<br />Jadi prinsip dan tujuan dilakukannya PPGD adalah :<br />1. Menyelamatkan kehidupan<br />2. Mencegah keadaan menjadi lebih buruk<br />3. Mempercepat kesembuhan<br />Upaya Pertolongan terhadap penderita gawat darurat harus dipandang sebagai satu system yang terpadu dan tidak terpecah-pecah, mulai dari pre hospital stage, hospital stage, dan rehabilitation stage. Hal ini karena kualitas hidup penderita pasca cedera akan sangat bergantung pada apa yang telah dia dapatkan pada periode Pre Hospital Stage bukan hanya tergantung pada bantuan di fasilitas pelayanan kesehatan saja. Jika di tempat pertama kali kejadian penderita mendapatkan bantuan yang optimal sesuai kebutuhannya maka resiko kematian dan kecacatan dapat dihindari. Bisa diilustrasikan dengan penderita yang terus mengalami perdarahan dan tidak dihentikan selama periode Pre Hospital Stage, maka akan sampai ke rumah sakit dalam kondisi gagal ginjal.<br />Penderita dengan kegagalan pernapasan dan jantung kurang dari 4-6 menit dapat diselamatkan dari kerusakan otak yang ireversibel. Syok karena kehilangan darah dapat dicegah jika sumber perdarahan diatasi, dan kelumpuhan dapat dihindari jika upaya evakuasi & tranportasi cedera spinal dilakukan dengan benar.<br />Oleh karena itu orang awam yang menjadi first responder harus menguasai lima kemampuan dasar yaitu :<br />Menguasai cara meminta bantuan pertolongan<br />Menguasai teknik bantuan hidup dasar (resusitasi jantung paru)<br />Menguasai teknik menghentikan perdarahan<br />Menguasai teknik memasang balut-bidai<br />Menguasai teknik evakuasi dan tranportasi<br /><br />Penyebarluasan kemampuan sebagai penolong pertama dapat diberikan kepada masyarakat yang awam dalam bidang pertolongan medis baik secara formal maupun informal secara berkala dan berkelanjutan dengan menggunakan kurikulum yang sama, bentuk sertifikasi yang sama dan lencana tanda lulus yang sama. Sehingga penolong akan memiliki kemampuan yang sama dan memudahkan dalam memberikan bantuan dalam keadaan sehari-hari ataupun bencana masal.<br /><br />I. MEMINTA PERTOLONGAN<br /><br />Apakah yang anda lakukan jika menemukan seseorang pasien gawat darurat ?<br />1. amankan penderita<br />2. hubungi Ambulans dengan telepon nomor 118<br />3. tertibkan masyarakat<br />4. lakukan prosedur gawat darurat<br />Cara memanggil Mobil Ambulans :<br />Putar nomor telepon 118, Telepon : (021) 687089 65303118 Fax : (021) 585652<br />Lalu sebutkan :<br />nama, nomor telepon, lokasi korban, jenis penyakit (sakit, kecelakaan lalin.kerja, kriminalitas), keadaan korban, dan jumlah korban<br /><br />II. TEKNIK BANTUAN HIDUP DASAR (BLS-Basic Life Support)<br /><br />Terdapat banyak keadaan yang akan menyebabkan kematian dalam waktu singkat, tetapi semuanya berakhir pada satu akhir yakni kegagalan oksigenasi sel, terutama otak dan jantung.<br />Usaha yang dilakukan untu mempertahankan kehidupan pada saat penderita mengalami keadan yang mengancam nyawa yang dikenal sebagai “Bantuan Hidup (Life Support). Bila usaha Bantuan Hidup ini tanpa memakai cairan intra-vena, obat ataupun kejutan listrik maka dikenal sebagai Bantuan Hiudp Dasar (Basic Life Support). Apabila BHD dilakukan cukup cepat, kematian mungkin dapat dihindari seperti nampak dari tabel dibawah ini :<br />Keterlambatan kemungkinan berhasil<br />1 menit 98 dari 100<br />4 menit 50 dari 100<br />10 menit 1 dari 100<br />Catatan : Bila ada tanda kematian pasti seperti kaku mayat atau lebam mayat, sudah sia-sia untuk melakukan BHD.<br /><br />Yang harus dilakukan pada BHD adalah :<br /><br />a. Airway (jalan nafas)<br />b. Breathing (pernafasan)<br />c. Circulation (jantung dan pembuluh darah)<br /><br />A. AIRWAY<br />Menilai jalan nafas dan pernafasan :<br />Bila penderita sadar dapat berbicara kalimat panjang : Airway baik, Breathing baik<br />Bila penderita tidak sadar bisa menjadi lebih sulit<br />Lakukan penilaian Airway-Breathing dengan cara : Lihat-Dengar-Raba<br />Obstruksi jalan nafas<br />Merupakan pembunuh tercepat, lebih cepat dibandingkan gangguan breathing dan circulation.lagipula perbaikan breathing tidak mungkin dilakukan bila tidak ada Airway yang baik.<br />a. Obstruksi total<br />Pada obstruksi total mungkin penderita ditemukan masih saar atau dalam keadaan tidak sadar. Pada obstruksi total yang akut, biasanya disebabkan tertelannya benda asing yang lalu menyangkut dan menyumbat di pangkal larink, bila obstruksi total timbul perlahan (insidious) maka akan berawal dari obstruksi parsial menjadi total.<br />- Bila penderita masih sadar<br />Penderita akan memegang leher, dalam keadaan sangat gelisah. Kebiruan (sianosis) mungkin ditemukan, dan mungkin ada kesan masih bernafas (walaupun tidak ada udara keluar-masuk/ventilasi). Dalam keadaan ini harus dilakukan perasat Heimlich (abdominal thrust). Kontra-indikasi Heimlich manouvre atau kehamilan tua dan bayi.<br />b. Obstruksi parsial<br />Disebabkan beberapa hal, biasanya penderita masih dapat bernafas sehingga timbul beraneka ragam suara, tergantung penyebabnya (semuanya saat menarik nafas, inspirasi)<br />- Cairan (darah, sekret, aspirasi lambung dsb), bunti kumur-kumur.<br />- Lidah yang jatuh kebelakang-mengorok<br />- Penyempitan di larink atau trakhea-stridor<br /><br />Pengelolaan Jalan nafas<br />a. Penghisapan (suction) bila ada cairan<br />b. Menjaga jalan nafas secara manual<br />Bila penderita tidak sadar maka lidah dapat dihindarkan jatuh kebelakang dengan memakai :<br />= Angkat kepala-dagu (Head tilt-chin manouvre), prosedur ini tidak boleh dipakai bila ada kemungkinan patah tulang leher.<br />= Angkat rahang (jaw thrust)<br /><br />III. BREATHING DAN PEMBERIAN OKSIGEN<br />Bila Airway sudah baik, belum tentu pernafasan akan baik sehingga perlu selalu dilakukan pemeriksaan apakah ada pernafasan penderita sudah adekuat atau belum.<br />1. Pemeriksaan Fisik penderita.<br />a. Pernafasan Normal, kecepatan bernafas manusia adalah :<br />Dewasa : 12-20 kali/menit (20)<br />Anak-anak : 15-30 kali/menit (30)<br />Pada orang dewasa abnormal bila pernfasan >30 atau <10 kali/menit<br />b. Sesak Nafas (dyspnoe)<br />Bila penderita sadar, dapat berbicara tetapi tidak dapat berbicara kalimat panjang : Airway baik, Breathing terganggu, penderita terlihat sesak. Sesak nafas dapat terlihat atau mungkin juga tidak. Bila terlihat maka akan ditemukan :<br />- Penderita mengeluh sesak<br />- Bernafas cepat (tachypnoe)<br />- Pemakaian otot pernafasan tambahan<br />- Penderita terlihat ada kebiruan<br />2. Pemberian Oksigen<br />a. Kanul hidung (nasal canule)<br />b. Masker oksigen (face mask)<br />3. Pernafasan Buatan (artificial ventilation)<br />Bila diperlukan, pernafasan buatan dapat diberikan dengan cara :<br />a. Mouth to mouth ventilation ( mulut ke mulut )<br />Dengan cara ini akan dicapai konsentrasi oksigen hanya 18% (konsentrasi udara paru saat ekspirasi).<br />Frekuensi Ventilasi Buatan<br />Dewasa 10-20 x/menit<br />Anak 20 x/menit<br />Bayi 20 x/menit<br />b. Mouth to mask ventilation<br />c. Bantuan Pernafasan memakai kantung (Bag-Valve-Mask, “Baggingâ€�)<br /><br />IV. CIRCULATION<br />1. Umum<br />a. Frekuensi denyut jantung<br />Frenkuensi denyut jantung pada orang dewasa adalah 60-80/menit.<br />b. Penentuan denyut nadi<br />pada orang dewasa dan anak-anak denyut nadi diraba pada a.radialis (lengan bawah, dibelakang ibu jari) atau a.karotis, yakni sisi samping dari jakun.<br />2. Henti jantung<br />Gejala henti jantung adalah gejala syok yang sangat berat. Penderita mungkin masih akan berusaha menarik nafas satu atau dua kali. Setelah itu akan berhenti nafas. Pada perabaan nadi tidak ditemukan a.karotis yang berdenyut.<br />Bila ditemukan henti jantung maka harus dilakukan masase jantung luar yang merupakan bagian dari resusitasi jantung paru (RJP,CPR). RJP hanya menghasilkan 25-30% dari curah jantung (cardiac output) sehingga oksigen tambahan mutlak diperlukan.<br /><br />V. RESUSITASI JANTUNG-PARU (RJP)<br /><br />1. langkah-langkah yang haurs diambil pada sebelum memulai RJP :<br />( American Heart association)<br />a. Tentukan tingkat kesadaran (respon penderita) :<br />Dilakukan dengan menggoyang penderita, bila penderita menjawab, maka ABC dalam keadaan baik.<br />b. panggil bantuan<br />bila petugas sendiri, maka jangan mulai RJP sebelum memanggil bantuan,<br />c. Posisi Penderita<br />Penderita harus dalam keadaan terlentang, bila dalam keadaan telungkup penderita di balikkan.<br />d. Periksa pernafasan<br />Periksa dengan inspeksi, palpasi dan aiskultasi. Pemeriksan ini paling lama 3-5 detik.<br />Bila penderita bernafas penderita tidak memerlukan RJP<br />e. Berikan pernafasan buatan 2 kali.<br />Bila pernafasan buatan pertama tidak berhasil, maka posisi kepala diperbaiki atau mulut lebih dibuka. Bila pernafasan buatan kedua tidak berhasil (karena resistensi/tahanan yang kuat), maka airway harus dibersihkan dari obstruksi ( heimlich manouvre, finger sweep)<br />f. Periksa pulsasi a, karotis (5-10 detik)<br />Bila ada pulsasi, dan penderita bernafas, dapat berhenti<br />Bila ada pulsasi dan penderita tidak bernafas diteruskan nafas buatan<br />Bila tidak ada pulsasi dilakukan RJP<br /><br />2. Tehnik Resusitasi jantung paru (Cardiopulmonary Resusitation)<br />RJP dapat dilakukan oleh 1 atau 2 orang.<br />a. posisi penderita<br />penderita dalam keadaan terlentang pada dasar yang keras (lantai, backboard,short spine board).<br />b. posisi petugas<br />posisi petugas berada setinggi bahu penderita bila akan melakukan RJP 1 orang, bila penderita dilantai, petugas berlutut seinggi bahu, disisi kanan penderita. Posisi paling ideal sebenernya adalah dengan ‘menunggangi’ penderita, namun sering dapat diterima oleh keluarga penderita.<br />c. tempat kompresi<br />Tepatnya 2 inci diatas prosesus xifoideus pada tengah sternum.<br />Jari-jari kedua tangan dapat dirangkum, namun tidak boleh menyinggung dada penderita.<br />Pada bayi tekanan dilakukan dengan 2 atau 3 jari, pada garis yang menghubungkan kedua putting susu<br />d. Kompresi<br />Dilakukan dengan meluruskan siku, beban pada bahu, bukan pada siku.<br />Kompresi dilakukan sedalam 3-5 cm. cara lain untuk memeriksa pulsasi a, karotis yang seharusnya ada pada setiap kompresi.<br />e. Perbandingan Kompresi-Ventilasi<br />Pada dewasa (2 dan 1 petugas) 15 : 2 anak, maupun bayi, perbandingan kompresi-ventilasi adalah 5:1, ini akan menghasilkan kurang lebih 12 kali ventilasi setiap menitnya, pada dewasa dalam satu menit dilakukan 4 siklus.<br />f. Memeriksa pulsasi dan pernafasan<br />Pada RJP 1 orang, pemeriksaan dilakukan setiap 4 siklus (setiap 1 menit).<br />Pada RJP 2 orang, petugas yang melakukan ventilasi dapat sekaligus pemeriksaan pulsasi karotis, setiap beberapa menit dapat dihentikan RJP untuk memeriksa apakah denyut jantung sudah kembali.<br />Tanda-tanda keberhasilan tehnik RJP :<br />Nadi karotis mulai berdenyut, pernafasan mulai spontan, kulit yang tadinya berwarna keabu-abuan mulai menjadi merah. Bila denyut karotis sudah timbul teratur, maka kompresi dapat di hentikan tetapi pernafasan buatan tetap diteruskan sampai timbul nafas spontan.<br />g. Menghentikan RJP<br />Bila RJP dilakukan dengan efektif, kematian biologis akan tertunda.<br />RJP harus dihentikan tergantung pada :<br />- lamanya kematian klinis<br />- prognosis penderita (ditinjau dari penyebab henti jantung)<br />- penyebab henti jantung (pada henti jantung karena minimal listrik 1 jam)<br />sebaiknya keputusan menghentikan RJP diserahkan kepada dokter.<br />h. Komplikasi RJP<br />- Patah tulang iga, sering terjadi terutama pada orang tua. RJP tetap diteruskan walaupun terasa ada tulang yang patah. Patah tulang iga mungkin terjadi bila posisi tangan salah<br />- Perdarahan pada perut, disebabkan karena robekan hati atau limpa.<br />-<br />SKEMA TINDAKAN RESUSITASI<br /><br />III. MENGHENTIKAN PERDARAHAN<br /><br />Cara :<br />1. Menekan dengan jari tangan<br />2. Penekanan dengan kain bersih/sapu tangan pada luka<br />3. Balut tekan<br />4. Torniket- hanya dalam keadaan tertentu<br />5. Menekan dengan jari tangan<br />Pembuluh darah yang terdekat dengan permukaan kulit ditekan dengan jari. Dengan menekan pembuluh darah anatara jari dan tulang, maka pembuluh darah akan berhenti.<br />Pada satu sisi manusia terdapat 6 titik pembuluh darah yang dapat ditekan dengan jari : Arteri temporalis Superficialis, Arteri Subclavia, Arteri Femoralis, Arteri Femoralis, Arteri Fasialis, Arteri Carotis Kommunis, Arteri Brachialis<br />6. Penekanan dengan kain bersih/sapu tangan pada luka<br />i. Sapu tangan yang sudah disterilkan dan belum dipakai lipatan bagian dalam dianggap bersih<br />ii. Letakkan bagian yang bersih tersebut langsung diatas luka dan tekanlah<br />iii. Perdarahan dapat berhenti dan pencemaran oleh kuman-kuman dapat dihindarkan<br />7. Balut tekan<br />8. Torniket<br />Pemasangan toniket hanya pada keadaan tertentu, yaitu apabila anggota badan atas (lengan) atau anggota badan bawah (kaki) terputus :<br />- tutup ujung tungkai yang putus dengan kain yang bersih<br />- bagian yang putus dimasukkan kekantong plastik yang berisi es salanjutnya dibawa bersama-sama korban ke rumah sakit<br /><br />SYOK / SHOCK<br /><br />Tanda-tandanya :<br />1. Kulit ; pucat, dingin, basah<br />2. Gelisah<br />3. Haus<br />4. Hitungan denyut nadi lebih dari 100 kali permenit<br />5. Nafas cepat<br />6. Orang-orangan mata (pupil) melebar<br />Tindakan :<br />Tidurkan korban terlentang dengan kaki lebih tinggi daripada kepala<br />Kendorkan pakaian korban<br />Badan ditutupi dengan selimut<br />Jangan diberi minum<br />Letakkan korban terlentang lurus bila ditemukan tanda-tanda kemungkinan patah tulang<br />Penanganan shock seperti penanganan PPGD dengan tetap mempertimbangkan ABC. Penatalaksanann pasien syock di bahas dalam Advanced Life Support<br /><br />IV. BALUT-BIDAI<br /><br />BALUT<br />Tujuan : Mencengah / menghindari terjadinya pencemaran kuman kedalam suatu luka<br />Alat : kain Segitiga, Perban, Balut Cepat, balut bertekanan/tensocrep<br />BIDAI<br />Alat yang dipakai untuk mempertahankan kedudukan (fiksasi) tulang yang patah.<br />Tujuan : Mencegah pergerakan tulang yang patah.<br />Sarat : Bidai harus dapat mempertahankan dua sendi tulang didepan tulang yang patah<br />Tidak boleh terlalu kencang dan ketat, karena akan merusak jaringan tubuh.<br />Alat :<br />Anggota badan sendiri<br />Papan, bambu, dahan<br />Karton, majalah, kain<br />Bantal,guling, selimut<br />“air splintâ€�<br />“vakum matrasâ€�<br /><br />V. TRANSPOTASI<br /><br />Adalah proses memindahkan kasus gawat darurat dari satu tempat ketempat lain.<br />Syarat : Keadaannya stabil, Jalan nafas dijamin terbuka/bebas, Monitor (pengawasan<br />ketat) dari Nadi dan Pernafasan.<br />Alat :<br />1. Tenaga Manusia : Satu orang, dua orang, tiga orang, empat orang<br />2. Tandu kasur : Kasur, papan, dahan/bambu, matras<br />3. Kendaraan : Darat, laut, udara<br /><br />Satu orang ; terutama untuk anggota pemadam kebakaran kalau menolong korban yang tidak sadar didalam gedung yang terbakar atau yang melewati jalan / lorong sempit. Catatan: Cara seperti ini tidak boleh dilakukan pada penderita yang mengalami patah tulang punggung.<br />Dua orang ; kedua tangan korban pada bahu penolong yang berdiri di kanan dan dikiri, posisi setengah duduk pada keempat tangan penolong dapat juga menggunakan kursi.<br />Tiga orang ; tiga penolong saling berhadapan dan berpegangan tangan dibawah si korban<br />Empat orang ; empat penolong saling berhadapan dan berpegangan tangan dibawah si korban<br />Enam orang ; cara mengangkat korban dengan menggunakan kain sprei, terutama kalau ada kecurigaan adanya patah tulang punggung.</span></p></div>Education-http://www.blogger.com/profile/06182734592281203101noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1306928631943690434.post-17647740598943530402009-09-22T07:59:00.000+07:002009-09-22T11:59:30.279+07:00Pengetahuan Dasar Survival<p> </p><div style="text-align: justify; color: rgb(0, 0, 102); font-family: arial;">Survival berasal dari kata survive yang berarti mampu mempertahankan diri dari keadaan tertentu. Dalam hal ini mampu mempertahankan diri dari keadaan yang buruk dan kritis. Sedangkan Survivor adalah orang yang sedang mempertahankan diri dari keadaan yang buruk.<br /><br />Survival adalah keadaan dimana diperlukan perjuangan untuk bertahan hidup. Survival merupakan kehidupan dengan waktu mendesak untuk melakukan improvisasi yang memungkinkan. Kuncinya adalah menggunakan otak untuk improvisasi.<br /><br />Statistik membuktikan hampir semua situasi survival mempunyai batasan waktu yang singkat hanya 3 hari atau 72 jam bagi orang hilang, dan yang mampu bertahan cukup lama tercatat sangat sedikit sekitar 5 persen itupun karena pengetahuan dan pengalamannya.<br /><br />Dalam situasi survival janganlah tergesa-gesa menentukan prioritas survival karena dapat berakibat salah, gagasan kaku yang tidak boleh ditawar-tawar juga akan berakibat fatal. Ketepatan memutuskan dengan didukung pengalaman dan hasil diskusi dapat menguntungkan karena situasi darurat perlu pertimbangan dan sikap tegas dalam mencapai tujuan akhir.<br /><br />Dalam keadaan survival diperlukan pengetahuan terhadap kondisi dan kebutuhan tubuh, bukan mutlak mengerti secara fisik tetapi memahami reaksi atau dampak akibat pengaruh lingkungan. menggunakan pengetahuan dalam usaha mengatur diri saat keadaan darurat adalah kunci dari survival. Pengaturan disini adalah memelihara ketrampilan dan kemampuan untuk mengontrol sumber daya didalam diri dan kemampuan memecahkan persoalan, bila pengaturan keliru, tidak hanya badan terganggu akan tetapi dapat langsung berdampak terhadap kemampuan untuk tetap hidup. Memahami jenis kebutuhan hidup yang menjadi prioritas sangat menguntungkan didalam situasi survival.<br /><br />Dalam kondisi survival tantangan yang sangat dominan adalah sikap mental atau psikologis untuk mencari kebutuhan tubuh dan untuk memperolehnya dibutuhkan gagasan-gagasan dengan dasar pertimbangan dari pengalaman atau pendidikan yang pernah diikutinya, pengalaman hidup dengan resiko tinggi dan aktivitas menantang terbukti dapat membuat orang belajar untuk berbuat yang lebih baik dan melakukan adaptasi efektif.<br /><br />Berikut adalah contoh susunan prioritas dalam keadaan survival :<br /></div><br /><div face="arial" style="text-align: justify; color: rgb(0, 0, 153);"> <ol><li>Tentunya yang paling utama adalah udara. bernafas dilakukan setiap detik untuk bertahan hidup oleh karena itu udara mendapat prioritas utama untuk bertahan hidup. survival tanpa udara umumnya hanya bertahan selama 3 sampai 5 menit.</li><li>Selanjutnya dibutuhkan perlin- dungan, dari cuaca buruk dan keganasan alam. sejak keberadaannya manusia dibatasi lingkungannya sendiri mulai dari temperatur yang sangat berpengaruh pada tubuh. Untuk itu diperlukan sesuatu yang dapat melindunginya contohnya api yang dapat menghangatkan dan menjaga temperatur tubuh, jika tidak ada rumah, tenda atau gua. Api dapat dimasukkan kedalam prioritas kedua</li><li>Istirahat, sepele namun dibutuhkan, dengan istirahat jaringan tubuh akan terbebas dari CO2, asam dan pemborosan lain. Istirahat yang dimaksud adalah istirahat fisik dan juga mental sebab stress dapat mengurangi kemampuan untuk bertahan. Dengan demikian istirahat dapat dimasukkan kedalam prioritas ketiga.</li><li>Air. Kehilangan cairan dan kondisi air yang tidak dapat diminum adalah persoalan didalam survival. Tubuh manusia kira-kira terdiri dari 2/3 jaringan yang mengandung air dan merupakan bagian sistem sirkulasi di dalam organ tubuh. Air dapat menjaga suhu tubuh, memperlancar buang air dan mencerna makanan. Kondisi lingkungan yang exstrem tanpa air dapat mengurangi kemampuan bertahan hidup hingga tiga hari, sehingga air dapat dimasukkan kedalam prioritas keempat. Sangatlah bijaksana apabila pemakaian air dapat dihemat.</li><li>Tubuh manusia membutuhkan makanan tiga kali sehari. Tetapi sementara banyak manusia di benua lain hanya dapat makan sekali sehari atau bahkan tidak makan berhari-hari. Catatan menunjukkan bahwa tanpa makanan survivor dapat bertahan selama 40 sampai 70 hari. Keharusan untuk mendapatkan makanan adalah prioritas terakhir dalam survival. Penghematan energi adalah salah satu cara untuk mengimbangi kekurangan makanan.</li></ol> </div><br /><span style="font-weight: bold; color: rgb(255, 0, 0); font-family: arial; font-size: 130%;">Sikap dalam Survival</span><br /><br /><div face="arial" style="text-align: justify; color: rgb(0, 0, 153);">Sikap cepat tanggap dalam keadaan darurat sangat diperlukan. Setiap orang harus dapat berbuat yang terbaik dalam memprioritaskan pandangan terhadap lingkungan darurat. Hal ini tidak mudah karena sikap ini perlu latar belakang pengetahuan dan keterampilan. Bila semua prioritas telah diperoleh, tetapi masih kehilangan kemauan untuk hidup atau kemampuan untuk menguasai mental yang disebabkan kondisi fisik, maka akhirnya akan hilang sama sekali. Kondisi yang demikian sangat membahayakan dan bahkan sesuatu yang menguntungkan pun akan dibuangnya. Juga yang perlu diingat janganlah meremehkan sesuatu yang anda lihat. Sikap mental positif sangat diperlukan untuk menganalisa semua yang bertentangan dengan tubuh.<br /><br />Apa saja yang berguna dalam mengha- dapi situasi survival dapat dilihat dalam dua persoalan :<br /></div><br /><ol style="text-align: justify; font-family: arial; color: rgb(0, 0, 153);"><li>Kesiapan mendiskusikan dengan jelas "apakah anda ingin hidup ?", ungkapan yang sederhana. Secara naluriah manusia mempunyai insting untuk menjaga diri. Banyak kegiatan survival yang menunjukkan adanya jalan keluar dari periode fisik ekstrem dan mental stress ke posisi tenang. Sadar atau tidak orang mempunyai kekuatan untuk dirinya sendiri terhadap kematian. Oleh karena itu setiap orang juga mempunyai kekuatan untuk dirinya sendiri terhadap kehidupan.</li><li>Kemampuan untuk memecahkan persoalan, hal ini didapat jika kita mampu mempertahankan kondisi tubuh. sebagai contoh : tubuh manusia bekerja optimum dengan temperatur 37 derajat C. Mengabaikan temperatur lingkungan akan menyebabkan penyempitan susunan fungsi inti didalam tubuh yang efektivitasnya tinggi yang pada akhirnya akan mengganggu peredaran darah, menurunkan aktivitas sel, dan akhirnya otak cepat kehilangan hubungan dengan realitas, akhirnya bertindak irrasional berbarengan dengan turunnya koordinasi yang akhirnya berakibat fatal. Pengetahuan dan pengalaman tidak ada artinya kalau tubuh hanya bekerja dengan separuh kemampuannya, penghematan sumberdaya seperti energi, panas dan air adalah penting.</li></ol><br /><br /><span style="font-weight: bold; color: rgb(255, 0, 0); font-family: arial; font-size: 130%;">Mengapa ada Survival ?</span><br /><br /><div face="arial" style="text-align: justify; color: rgb(0, 0, 153);">Timbulnya kebutuhan survival karena adanya usaha manusia untuk keluar dari kesulitan yang dihadapi. Kesulitan-kesulitan tsb antara lain :<br /><ul><li>Keadaan alam (cuaca dan medan)</li><li>Keadaan mahluk hidup disekitar kita (binatang dan tumbuhan)</li><li>Keadaan diri sendiri (mental, fisik, dan kesehatan)</li><li>Banyaknya kesulitan-kesulitan tsb biasanya timbul akibat kesalahan-kesalahan kita sendiri. Dalam keadan tersebut ada beberapa faktor yang menetukan seorang Survivor mampu bertahan atau tidak, antara lain : mental, kurang lebih 80% kesiapan kita dalam survival terletak dari kesiapan mental kita.</li></ul><br />Timbulnya kebutuhan survival karena adanya usaha manusia untuk keluar dari kesulitan yang dihadapi. Kesulitan-kesulitan tsb antara lain :<br /><ul><li>Keadaan alam (cuaca dan medan) </li><li>Keadaan mahluk hidup disekitar kita (binatang dan tumbuhan) </li><li>Keadaan diri sendiri (mental, fisik, dan kesehatan) </li><br />Banyaknya kesulitan-kesulitan tsb biasanya timbul akibat kesalahan-kesalahan kita sendiri.<br /></ul></div><br /><span style="font-weight: bold; color: rgb(255, 0, 0); font-family: arial; font-size: 130%;">Definisi Survival</span><br /><br /><div face="arial" style="text-align: justify; color: rgb(0, 0, 153);">Arti survival sendiri terdapat berbagai macam versi, yang akan kita bahas di sini hanyalah menurut versi pencinta alam ;<br /></div><br /><span style="color: rgb(0, 0, 153); font-family: arial; font-size: 130%;">S</span><span style="color: rgb(0, 0, 153); font-family: arial;">adarkan diri dalam keadaan gawat darurat</span><br /><span style="font-weight: bold; color: rgb(0, 0, 153); font-family: arial;">U</span><span style="color: rgb(0, 0, 153); font-family: arial;">sahakan untuk tetap tenang dan tabah</span><br /><span style="color: rgb(0, 0, 153); font-family: arial; font-size: 130%;"><span style="font-weight: bold;">R</span></span><span style="color: rgb(0, 0, 153); font-family: arial;">asa takut dan putus asa harus hilangkan</span><br /><span style="color: rgb(0, 0, 153); font-family: arial; font-size: 130%;"><span style="font-weight: bold;">V</span></span><span style="color: rgb(0, 0, 153); font-family: arial;">italitas mesti ditingkatkan</span><br /><span style="color: rgb(0, 0, 153); font-family: arial; font-size: 130%;"><span style="font-weight: bold;">I</span></span><span style="color: rgb(0, 0, 153); font-family: arial;">ngin tetap hidup dan selamat itu tujuannya</span><br /><span style="font-weight: bold; color: rgb(0, 0, 153); font-family: arial;">V</span><span style="color: rgb(0, 0, 153); font-family: arial;">ariasi alam bisa dimanfaatkan</span><br /><span style="color: rgb(0, 0, 153); font-family: arial; font-size: 130%;"><span style="font-weight: bold;">A</span></span><span style="color: rgb(0, 0, 153); font-family: arial;">sal mengerti, berlatih dan tahu caranya</span><br /><span style="color: rgb(0, 0, 153); font-family: arial; font-size: 130%;"><span style="font-weight: bold;">L</span></span><span style="color: rgb(0, 0, 153); font-family: arial;">ancar dan selamat</span><br /><br /><div style="text-align: justify; font-family: arial; color: rgb(0, 0, 153);">Jika anda tersesat atau mengalami musibah, ingat-ingatlah arti survival tersebut, agar dapat membantu anda keluar dari kesulitan. Dan yang perlu ditekankan jika anda tersesat yaitu istilah "<span style="color: rgb(0, 153, 0); font-size: 130%;"><span style="font-weight: bold;">STOP</span></span>" yang artinya :</div><br /><span style="font-weight: bold; color: rgb(0, 0, 153); font-family: arial; font-size: 130%;">S</span><span style="color: rgb(0, 0, 153); font-family: arial;">top & seating / berhenti dan duduklah</span><br /><span style="color: rgb(0, 0, 153); font-family: arial; font-size: 130%;"><span style="font-weight: bold;">T</span></span><span style="color: rgb(0, 0, 153); font-family: arial;">hingking / berpikirlah</span><br /><span style="color: rgb(0, 0, 153); font-family: arial; font-size: 130%;"><span style="font-weight: bold;">O</span></span><span style="color: rgb(0, 0, 153); font-family: arial;">bserve / amati keadaan sekitar</span><br /><span style="font-weight: bold; color: rgb(0, 0, 153); font-family: arial; font-size: 130%;">P</span><span style="color: rgb(0, 0, 153); font-family: arial;">lanning / buat rencana mengenai tindakan yang harus dilakukan</span><br /><br /><span style="font-weight: bold; color: rgb(255, 0, 0); font-family: arial; font-size: 130%;">Kebutuhan survival</span><br /><br /><span style="color: rgb(0, 0, 153); font-family: arial;">Yang harus dipunyai oleh seorang survivor adalah :</span><br /><br /><ol style="font-family: arial; color: rgb(0, 0, 153);"><li>Sikap mental ; Semangat untuk tetap hidup, Kepercayaan diri, Akal sehat, Disiplin dan rencana matang serta Kemampuan belajar dari pengalaman]</li><li>Pengetahuan ; Cara membuat bivak, Cara memperoleh air, Cara mendapatkan makanan, Cara membuat api, Pengetahuan orientasi medan, Cara mengatasi gangguan binatang, Cara mencari pertolongan</li><li>Pengalaman dan latihan ; Latihan mengidentifikasikan tanaman, Latihan membuat trap, dll </li><li>Peralatan ; Kotak survival, Pisau jungle , dll </li></ol><br /><span style="color: rgb(0, 0, 153); font-family: arial;">Langkah yang harus ditempuh bila anda/kelompok anda tersesat :</span><br /><ol style="font-family: arial;"><li style="color: rgb(0, 0, 153);">Mengkoordinasi anggota </li><li style="color: rgb(0, 0, 153);">Melakukan pertolongan pertama </li><li style="color: rgb(0, 0, 153);">Melihat kemampuan anggota </li><li style="color: rgb(0, 0, 153);">Mengadakan orientasi medan </li><li style="color: rgb(0, 0, 153);">Mengadakan penjatahan makanan </li><li style="color: rgb(0, 0, 153);">Membuat rencana dan pembagian tugas </li><li style="color: rgb(0, 0, 153);">Berusaha menyambung komunikasi dengan dunia kuar </li><li style="color: rgb(0, 0, 153);">Membuat jejak dan perhatian </li><li><span style="color: rgb(0, 0, 153);">Mendapatkan pertolongan</span> </li></ol><br /><span style="font-weight: bold; color: rgb(255, 0, 0); font-family: arial; font-size: 130%;">Bahaya-bahaya dalam Survival</span><br /><br /><span style="color: rgb(0, 0, 153); font-family: arial;">Banyak sekali bahaya dalam survival yang akan kita hadapi, antara lain :</span><br /><br /><span style="font-style: italic; color: rgb(0, 0, 153); font-family: arial;">Ketegangan dan panik</span><br /><div style="text-align: justify; font-family: arial; color: rgb(0, 0, 153);">Cara Pencegahan : Sering berlatih, Berpikir positif dan optimis dan Persiapan fisik dan mental<br /></div><br /><span style="font-style: italic; color: rgb(0, 0, 153); font-family: arial;">Matahari / panas </span><br /><ul style="font-family: arial; color: rgb(0, 0, 153);"><li>Kelelahan panas </li><li>Kejang panas </li><li>Sengatan panas </li><li style="text-align: justify;">Keadaan yang menambah parahnya keadaan panas : Penyakit akut / kronis, Baru sembuh dari penyakit Demam, Baru memperoleh vaksinasi, Kurang tidur, Kelelahan, Terlalu gemuk, Penyakit kulit yang merata, Pernah mengalami sengatan udara panas, Minum alkohol, Dehidrasi.</li></ul><br /><span style="color: rgb(0, 0, 153); font-family: arial;">Pencegahan keadaan panas :</span><br /><ul style="font-family: arial; color: rgb(0, 0, 153);"><li>Aklimitasi </li><li>Persedian air </li><li>Mengurangi aktivitas </li><li>Garam dapur </li><li>Pakaian : Longgar, Lengan panjang, Celana pendek, Kaos oblong </li></ul><br /><span style="font-style: italic; color: rgb(0, 0, 153); font-family: arial;">Serangan penyakit </span><br /><span style="color: rgb(0, 0, 153); font-family: arial;">Penyakit yang biasa diderita pegiat alam bebas adalah :Demam, Disentri, Typus, Malaria</span><br /><br /><span style="font-style: italic; color: rgb(0, 0, 153); font-family: arial;">Kemerosotan mental </span><br /><span style="color: rgb(0, 0, 153); font-family: arial;">Gejala : Lemah, lesu, kurang dapat berpikir dengan baik, histeris</span><br /><span style="color: rgb(0, 0, 153); font-family: arial;">Penyebab : Kejiwaan dan fisik lemah atau keadaan lingkungan mencekam</span><br /><span style="color: rgb(0, 0, 153); font-family: arial;">Pencegahan : Usahakan tenang dan tentu saja banyak berlatih</span><br /><br /><span style="font-style: italic; color: rgb(0, 0, 153); font-family: arial;">Bahaya binatang beracun dan berbisa </span><br /><span style="color: rgb(0, 0, 153); font-family: arial;">Keracunan</span><br /><ul style="font-family: arial; color: rgb(0, 0, 153);"><li>■ Gejala ; Pusing dan muntah, nyeri dan kejang perut, kadang-kadang mencret, kejang kejang seluruh badan, bisa pingsan.</li><li>■ Penyebab : Makanan dan minuman beracun</li><li style="text-align: justify;">■ Pencegahan : Air garam di minum, Minum air sabun mandi panas, Minum teh pekat atau di tohok anak tekaknya</li></ul><br /><span style="font-style: italic; color: rgb(0, 0, 153); font-family: arial;">Keletihan amat sangat </span><br /><span style="color: rgb(0, 0, 153); font-family: arial;">Pencegahan : Makan makanan berkalori dan Membatasi kegiatan</span><br /><br /><div style="text-align: justify; font-family: arial;"><span style="color: rgb(0, 0, 153);">Bahaya lainnya dalam survival adalah : Kelaparan, Lecet, Kedinginan [untuk penurunan suhu tubuh 30° C bisa menyebabkan kematian]</span><br /></div><br /><span style="font-weight: bold; color: rgb(255, 0, 0); font-family: arial; font-size: 130%;">Membuat Bivouck (Shelter)</span><br /><br /><div style="text-align: justify; font-family: arial; color: rgb(0, 0, 153);">Membuat bivouck atau shelter perlindungan dalam keadaaan darurat sebenarnya bertujuan untuk untuk melindungi diri dari angin, panas, hujan, dingin dan gangguan binatang.<br /></div><br /><span style="font-style: italic; color: rgb(0, 0, 153); font-family: arial;">Macam –macam bivouck :</span><br /><ol style="font-family: arial; color: rgb(0, 0, 153);"><li>Shelter asli alam ; Gua [yang bukan tempat persembunyian binatang, tidak ada gas beracun dan tidak mudah longsor]. Ingat ! didalam gua jangan berteriak karena dapat meruntuhkan dinding gua. </li><li>Shelter buatan dari alam ; daun-daunan yang lebar, ranting kayu, atau separuhnya alam dan separuhnya butan [misalnya ponco di kombinasi dengan ceruk batu atau pohon tumbang atau ranting kayu]</li></ol><br /><span style="font-weight: bold; font-style: italic; color: rgb(0, 0, 153); font-family: arial;">Syarat bivouck : </span><br /><ul style="font-family: arial; color: rgb(0, 0, 153);"><li>Hindari daerah aliran air [bila terpaksa, maka gunakan bivouck panggung]</li><li>Di atas bivouck / shelter tidak ada dahan pohon mati/rapuh </li><li>Bukan sarang nyamuk/serangga</li><li>Bahan kuat </li><li>Jangan terlalu merusak alam sekitar </li><li>Terlindung langsung dari angin</li></ul><br /><br /><span style="font-weight: bold; color: rgb(255, 0, 0); font-family: arial; font-size: 130%;">Mengatasi Gangguan Binatang</span><br /><br /><span style="font-style: italic; color: rgb(0, 0, 153); font-family: arial;">Nyamuk</span><span style="color: rgb(0, 0, 153); font-family: arial;"> ; Obat nyamuk, autan, dll , Bunga kluwih dibakar, Gombal / kain butut [dalam keadaan memaksa, penulis pernah memotong lengan baju kaos sebagai pengganti gombal] dan minyak tanah dibakar kemudian dimatikan sehingga asapnya bisa mengusir nyamuk , Gosokkan sedikit garam pada bekas gigitan nyamuk</span><br /><div style="text-align: justify; font-family: arial; color: rgb(0, 0, 153);"><br /><span style="font-style: italic;">Laron</span> ; Mengusir laron yang terlalu banyak dengan cabe yang digantungkan<br /><br /><span style="font-style: italic;">Disengat Lebah</span> ; Oleskan air bawang merah pada luka bekas sengatan berkali-kali, Tempelkan tanah basah/liat di atas luka sengatan, Jangan dipijit-pijit, Tempelkan pecahan genting panas di atas luka, Olesi dengan petsin untuk mencegah pembengkakan<br /><br /><span style="font-style: italic;">Gigitan Lintah</span> ; Teteskan air tembakau pada lintahnya, Taburkan garam di atas lintahnya, Teteskan sari jeruk mentah pada lintahnya, Taburkan abu rokok di atas lintahnya, Membuang [mengais] lintah upayakan dengan patahan kayu hidup yang ada kambiumnya.<br /><br /><span style="font-style: italic;">Semut Gatal</span> ; Gosokkan obat gosok pada luka gigitan, Letakkan cabe merah pada jalan semut, Letakkan sobekan daun sirih pada jalan semut<br /><br /><span style="font-style: italic;">Kalajengking dan lipan</span>; Pijatlah daerah sekitar luka sampai racun keluar, Ikatlah tubuh di sebelah pangkal yang digigit, Tempelkan asam yang dilumatkan di atas luka, Taburkan serbuk lada dan minyak goreng pada luka, Taburkan garam di sekeliling bivouck untuk pencegahan<br /><br /><span style="font-style: italic;">Ular dll</span> ; Untuk mencegah dan mengobati secara darurat gigitan dan sengatan binatang berbisa mematikan harus mempelajari Emergency Medical Care [EMC]<br /></div><br /><span style="font-weight: bold; color: rgb(255, 0, 0); font-family: arial; font-size: 130%;">Membaca Jejak</span><br /><br /><div style="text-align: justify; font-family: arial;"><span style="color: rgb(0, 0, 153);">Ada beberapa jenis jejak yang dapat diidentifikasi, yaitu jejak buatan, maksudnya adalah jejak yang dibuat oleh manusia dan jejak alami yaitu tanda jejak sebagai tanda keadaan lingkungan.</span><br /><br /><span style="color: rgb(0, 0, 153);">Jejak alami biasanya menyatakan tentang jenis binatang yang lewat dan ada disekitar, arah gerak binatang, besar kecilnya binatang, cepat lambatnya gerak binatang. Untuk membaca jejak alami [binatang] dapat diketahui dari telapak yang ditinggalkan, kotoran yang tersisa, pohon atau ranting yang patah, lumpur atau tanah yang tercecer di atas rumput.</span><br /><br /><span style="font-weight: bold; color: rgb(255, 0, 0); font-size: 130%;">Air</span><br /><br /><span style="color: rgb(0, 0, 153);">Seseorang dalam keadaan normal dan sehat dapat bertahan sekitar 20 – 30 hari tanpa makan, tapi orang tersebut hanya dapat bertahan hidup 3 - 5 hari saja tanpa air.</span><br /><br /><span style="color: rgb(0, 0, 153);">Ada air yang tidak perlu dimurnikan, seperti air hujan langsung. Untuk memperoleh air hujan langsung dalam keadaaan sirvive di alam bebas, maka dapat dengan cara memampung dengan ponco atau daun yang lebar dan alirkan ke tempat penampungan [nesting atau phipless]</span><br /><br /><span style="color: rgb(0, 0, 153);">Air dari tanaman rambat/rotan atau bambu. Cara memperolehnya, yaitu potong setinggi mungkin lalu potong pada bagian dekat tanah, air yang menetes dapat langsung ditampung atau diteteskan ke dalam mulut.</span><br /><span style="color: rgb(0, 0, 153);">Selain rotan, bambu dan tumbuhan rambat, air juga dapat diperoleh pada bunga (kantung semar) dan lumut.</span><br /><br /><span style="color: rgb(0, 0, 153);">Air yang harus dimurnikan terlebih dahulu antara lain adalah air sungai besar, air sungai tergenang, air yang didapatkan dengan menggali pasir di pantai (+ 5 meter dari batas pasang surut). Untuk mendaptkan air di daerah sungai yang kering, caranya dengan menggali lubang di bawah batuan</span><br /><br /><span style="color: rgb(0, 0, 153);">Berikutnya air juga dapat diperoleh dari batang pisang, caranya tebang batang pohon pisang, sehingga yang tersisa tinggal bawahnya [bongkahnya] lalu buat lubang ditengahnya maka air akan keluar, biasanya dapat keluar sampai 3 kali pengambilan.</span><br /></div><br /><span style="font-weight: bold; color: rgb(255, 0, 0); font-family: arial; font-size: 130%;">Makanan</span><br /><br /><div style="text-align: justify; font-family: arial; color: rgb(0, 0, 153);">Dalam kondisi hidup dialam bebas ada berbagai makanan yang dapat di konsumsi, tetapi harus memperhatikan beberapa syarat dan patokan berikut :<br /></div> <ul style="font-family: arial;"><li style="color: rgb(0, 0, 153);">Makanan yang di makan kera juga bisa di makan manusia </li><li style="color: rgb(0, 0, 153);">Hati-hatilah pada tanaman dan buah yang berwarna mencolok </li><li style="color: rgb(0, 0, 153);">Hindari makanan yang mengeluarakan getah putih, seperti sabun kecuali sawo dan pepaya. </li><li style="color: rgb(0, 0, 153);">Tanaman yang akan dimakan di coba dulu dioleskan pada tangan, lengan, bibir dan atau lidah, tunggu sesaat. Apabila terasa aman bisa dimakan. </li><li><span style="color: rgb(0, 0, 153);">Hindari makanan yang terlalu pahit atau asam</span> </li></ul><br /><span style="color: rgb(0, 153, 0); font-family: arial; font-size: 85%;"><span style="font-style: italic;">Note ; </span><br /></span> <div style="text-align: justify;"><span style="color: rgb(0, 153, 0); font-family: arial; font-size: 85%;"><span style="font-style: italic;">Hubungan air dan makanan; </span><span style="font-style: italic;">Untuk makanan yang mengandung karbohidrat memerlukan air yang sedikit, </span><span style="font-style: italic;">Makanan ringan yang dikemas akan mempercepat kehausan, </span></span><span style="color: rgb(0, 153, 0); font-family: arial; font-size: 85%;"><span style="font-style: italic;">Makanan yang mengandung protein butuh air yang banyak.</span></span><br /></div><br /><div style="font-family: arial; color: rgb(0, 0, 153); text-align: justify;">Tumbuhan yang dapat dimakan dapat diketahui dari ciri-ciri fisik, misalnya :<span style="font-style: italic;"> Permukaan daun atau batang yang tidak berbulu atau berduri, tidak mengeluarkan getah yang sangat lekat, tidak menimbulkan rasa gatal, hal ini dapat dicoba dengan mengoleskan daunnya pada kulit atau bibir dan tidak menimbulkan rasa pahit yang sangat [dapat dicoba di ujung lidah]</span><br /></div><br /><span style="color: rgb(0, 0, 153); font-family: arial;">Bagian-bagian tumbuhan yang dapat dimakan berupa batangnya :</span><br /><ul style="font-family: arial; color: rgb(0, 0, 153);"><li>Batang pohon pisang (putihnya) </li><li>Bambu yang masih muda (rebung) </li><li>Pakis dalamnya berwarna putih </li><li>Sagu dalamnya berwarna putih </li><li>Tebu </li></ul><br /><span style="color: rgb(0, 0, 153); font-family: arial;">Bagian-bagian tumbuhan yang dapat dimakan berupa daunnya :</span><br /><ul style="font-family: arial; color: rgb(0, 0, 153);"><li>Selada air </li><li>Rasamala (yang masih muda) </li><li>Daun mlinjo </li><li>Singkong </li></ul><br /><div style="text-align: justify; font-family: arial; color: rgb(0, 0, 153);">Bagian-bagian tumbuhan yang dapat dimakan berupa akar dan umbinya :<br /></div><span style="color: rgb(0, 0, 153); font-family: arial;"> Ubi jalar, talas, singkong</span><br /><br /><span style="color: rgb(0, 0, 153); font-family: arial;">Bagian-bagian tumbuhan yang dapat dimakan berupa Buahnya :</span><br /><span style="color: rgb(0, 0, 153); font-family: arial;">Arbei, asam jawa, juwet</span><br /><br /><span style="color: rgb(0, 0, 153); font-family: arial;">Tumbuhan yang dapat dimakan seluruhnya :</span><br /><ul style="font-family: arial; color: rgb(0, 0, 153);"><li style="text-align: justify;">Jamur merang, jamur kayu. Tetapi ada beberapa jenis jamur mempunyai beracun yang ciri-cirinya adalah :</li><li>Mempunyai warna mencolok </li><li>Baunya tidak sedap </li><li>Bila dimasukkan ke dalam nasi, nasinya menjadi kuning </li><li>Sendok menjadi hitam bila dimasukkan ke dalam masakan </li><li>Bila diraba mudah hancur </li><li>Punya cawan/bentuk mangkok pada bagian pokok batangnya </li><li>Tumbuh dari kotoran hewan </li><li>Mengeluarkan getah putih </li></ul><br /><div style="text-align: justify; font-family: arial; color: rgb(0, 0, 153);">Selain tumbuhan, berbagai hewan yang ditemukan di alam dapat dimakan juga, misalnya B<span style="font-style: italic;">elalang, Jangkrik, Tempayak putih (gendon), Cacing, burung, Laron, Lebah, larva, Siput/bekicot, Kadal [bagia belakang dan ekor], Katak hijau, Ular [1/3 bagian tubuh tengahnya], Binatang besar lainnya</span>.<br /></div><br /><span style="color: rgb(0, 0, 153); font-family: arial;">Ada beberapa ciri binatang yang tidak dapat dimakan, yaitu :</span><br /><ul style="font-family: arial; color: rgb(0, 0, 153);"><li>Binatang yang mengandung bisa : lipan dan kalajengking </li><li>Binatang yang mengandung racun : penyu laut </li><li>Binatang yang mengandung bau yang khas : sigung / senggung </li></ul><br /><span style="font-family: arial; font-size: 130%;"><span style="font-weight: bold; color: rgb(255, 0, 0);">Api</span></span><br /><br /><div style="text-align: justify; font-family: arial; color: rgb(0, 0, 153);">Bila mempunyai bahan untuk membuat api, yang perlu diperhatikan adalah jangan membuat api terlalu besar tetapi buatlah api yang kecil beberapa buah, hal ini lebih baik dan panas yang dihasilkan merata.<br /></div><br /><span style="color: rgb(0, 0, 153); font-family: arial;">Cara membuat api dalam keadaan darurat :</span><br /><ul style="text-align: justify; font-family: arial; color: rgb(0, 0, 153);"><li>Dengan lensa / Kaca pembesar ; Fokuskan sinar pada satu titik dimana diletakkan bahan yang mudah terbakar.</li><li>Gesekan kayu dengan kayu ; Cara ini adalah cara yang paling susah, caranya dengan menggesek-gesekkan dua buah batang kayu sehingga panas dan kemudian dekatkan bahan penyala, sehingga terbakar</li><li>Busur dan gurdi ; Buatlah busur yang kuat dengan mempergunakan tali sepatu atau parasut, gurdikan kayu keras pada kayu lain sehingga terlihat asap dan sediakan bahan penyala agar mudah tebakar. Bahan penyala yang baik adalah kawul / sabut terdapat pada dasar kelapa, atau daun aren</li></ul><br /><span style="font-family: arial; font-size: 130%;"><span style="font-weight: bold; color: rgb(255, 0, 0);">Survival kits</span></span><br /><br /><div style="text-align: justify; font-family: arial; color: rgb(0, 0, 153);">Survical kits adalah perlengkapan untuk survival yang harus dibawa dalam perjalanan sebagai alat berjaga-jaga bila terjadi keadaan darurat atau juga dapat digunakan selama perjalanan.<br /></div><br /><span style="color: rgb(0, 0, 153); font-family: arial;">Beberapa contoh survival kits adalah :</span><br /><ul style="font-family: arial; color: rgb(0, 0, 153);"><li>Mata pancing /kait </li><li>Pisau / sangkur / vitrorinoc</li><li>Tali kecil </li><li>Senter </li><li>Cermin suryakanta, cermin kecil </li><li>Peluit </li><li>Korek api yang disimpan dalam tempat kedap air [tube roll film]</li><li>Tablet garam, norit </li><li>Obat-obatan pribadi </li><li>Jarum + benang + peniti </li><li>Ponco / jas hujan / rain coat</li><li>Lain-lain</li></ul>Education-http://www.blogger.com/profile/06182734592281203101noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1306928631943690434.post-14713903891723146712009-09-22T07:53:00.000+07:002009-09-22T11:59:30.279+07:00Management Perjalanan & Peralatan<p> </p><span style="font-weight: bold; color: rgb(255, 0, 0);">Persiapan</span><br /><br />Untuk merencanakan suatu perjalanan ke alam bebas harus ada persiapan dan penyusunan secara matang. Ada rumusan yang umum digunakan yaitu 4W & 1 H, yang kepanjangannya adalah Where, Who, Why, When dan How.<br /><br />Berikut ini aplikasi dari rumusan tersebut:<br /><ul><li>Where (Dimana), untuk melakukan suatu kegiatan alam kita harus mengetahui dimana yang akan kita digunakan, misalnya: Tangkiling-Bukit Batu-Palangkaraya.</li><li>Who (Siapa), apakah anda akan melakukan kegiatan alam tersebut sendiri atau dengan berkelompok. contoh: satu kelompok (25 personil) terdiri dari 5 orang anggota penuh (panitia) dan 20 orang siswa DIKLAT (peserta) </li><li>Why (Mengapa), ini adalah pertanyaan yang cukup panjang jawabannya dan bisa bermacam-macam contoh : Untuk melakukan DIKLATSAR.</li><li>When (Kapan) waktu pelaksanaan kegiatan tersebut, berapa lama ? contoh : 23 Februari 2005 sampai dengan 25 Februari 2005</li></ul><br />Dari pertanyaan-pertanyaan 4 W, maka didapat suatu gambaran sebagai berikut: pada tanggal 23-25 Februari 2005 akan diadakan DIKLAT, yang akan dilaksanakan oleh 5 panitia dan diikuti 20 orang siswa DIKLAT. Tempat yang digunakan untuk DIKLAT tersebut yaitu di Tangkiling-Bukit Batu-Palangkaraya.<br /><br />Untuk How [Bagaimana] merupakan suatu pembahasan yang lebih komprehensif dari jawaban pertanyaan diatas ulasannya adalah sebagai berikut :<br /><br /><ul><li>Bagaimana kondisi lokasi </li><li>Bagaimana cuaca disana </li><li>Bagaimana perizinannya </li><li>Bagaimana mendapatkan air </li><li>Bagaimana pengaturan tugas panitia</li><li>Bagaimana acara akan berlangsung </li><li>Bagaimana materi yang disampaikan </li><li>dan masih banyak “bagaimana ?” lagi (silahkan anda mengembangkannya lagi) </li></ul><br />Dari jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang timbul itulah kita dapat menyusun rencana gegiatan yang didalamnya mencakup rincian :<br /><ol><li>Pemilihan medan, dengan memperhitungkan lokasi basecamp, pembagian waktu dan sebagainya. </li><li>Pengurusan perizinan </li><li>Pembagian tugas panitia </li><li>Persiapan kebutuhan acara </li><li>Kebutuhan peralatan dan perlengkapan </li><li>dan lain sebagainya. </li></ol><br />Yang tidak kalah pentingnya adalah anda akan mendapatkan point-point bagi kalkulasi biaya yang dibutuhkan untuk melakukan kegiatan tersebut.<br /><br /><span style="font-weight: bold; color: rgb(255, 0, 0);">Packing</span><br /><br />Sebelum melakukan kegiatan alam bebas kita biasanya menentukan dahulu peralatan dan perlengkapan yang akan dibawa, jika telah siap semua inilah saatnya mempacking barang-barang tersebut ke dalam carier atau backpack. Packing yang baik menjadikan perjalanan anda nyaman karena ringkas dan tidak menyulitkan.<br />Prinsip dasar yang mutlak dalam mempacking adalah :<br /><br /><ol><li>Pada saat back-pack dipakai beban terberat harus jatuh ke pundak, Mengapa beban harus jatuh kepundak, ini disebabkan dalam melakukan perjalanan [misalnya pendakian] kedua kaki kita harus dalam keadaan bebas bergerak, jika salah mempacking barang dan beban terberat jatuh kepinggul akibatnya adalah kaki tidak dapat bebas bergerak dan menjadi cepat lelah karena beban backpack anda menekan pinggul belakang. Ingat : Letakkan barang yang berat pada bagian teratas dan terdekat dengan punggung.</li><li>Membagi berat beban secara seimbang antara bagian kanan dan kiri pundak Tujuannya adalah agar tidak menyiksa salah satu bagian pundak dan memudahkan anda menjaga keseimbangan dalam menghadapi jalur berbahaya yang membutuhkan keseimbangan seperti : meniti jembatan dari sebatang pohon, berjalan dibibir jurang, dan keadaan lainnya.<br />Pertimbangan lainnya adalah sebagai berikut :</li></ol> <ul><li>Kelompokkan barang sesuai kegunaannya lalu tempatkan dalam satu kantung untuk mempermudah pengorganisasiannya. Misal : alat mandi ditaruh dalam satu kantung plastik. </li><li>Maksimalkan tempat yang ada, misalkan Nesting (Panci Serbaguna) jangan dibiarkan kosong bagian dalamnya saat dimasukkan ke dalam carrier, isikan bahan makanan kedalamnya, misal : beras dan telur. </li><li>Tempatkan barang yang sering digunakan pada tempat yang mudah dicapai pada saat diperlukan, misalnya: rain coat/jas hujan pada kantong samping carrier. </li><li>Hindarkan menggantungkan barang-barang diluar carrier, karena barang diluar carrier akan mengganggu perjalanan anda akibat tersangkut-sangkut dan berkesan berantakan, usahakan semuanya dapat dipacking dalam carrier. </li></ul><br />Mengenai berat maksimal yang dapat diangkat oleh anda, sebenarnya adalah suatu angka yang relatif, patokan umum idealnya adalah 1/3 dari berat badan anda , tetapi ini kembali lagi ke kemampuan fisik setiap individu, yang terbaik adalah dengan tidak memaksakan diri, lagi pula anda dapat menyiasati pemilihan barang yang akan dibawa dengan selalu memilih barang/alat yang berfungsi ganda dengan bobot yang ringan dan hanya membawa barang yang benar-benar perlu.<br /><br /><span style="font-weight: bold; color: rgb(255, 0, 0);">Memilih dan Menempatkan Barang</span><br /><br />Dalam memilih barang yang akan dibawa pergi mendaki atau kegiatan alam bebas selalu cari alat/perlengkapan yang berfungsi ganda, tujuannya apalagi kalau bukan untuk meringankan berat beban yang harus anda bawa, contoh : Alumunium foil, bisa untuk pengganti piring, bisa untuk membungkus sisa nasi untuk dimakan nanti, dan yang penting bisa dilipat hingga tidak memakan tempat di carrier.<br /><br /><span style="font-style: italic; font-weight: bold;">Matras </span>; Sebisa mungkin matras disimpan didalam carrier jika akan pergi kelokasi yang hutannya lebat, atau jika akan membuka jalur pendakian baru. Banyak rekan pendaki yang lebih senang mengikatkan matras diluar, memang kelihatannya bagus tetapi jika sudah berada di jalur pendakian, baru terasa bahwa metode ini mengakibatkan matras sering nyangkut ke batang pohon dan semak tinggi, lagipula pada saat akan digunakan matrasnya sudah kotor.<br /><br /><span style="font-weight: bold; font-style: italic;">Kantung Plastik</span> ; Selalu siapkan kantung plastik didalam carreir anda, karena akan berguna sekali nanti misalnya untuk tempat sampah yang harus anda bawa turun, baju basah dan lain sebagainya. Gunakan selalu kantung plastik untuk mengorganisir barang barang didalam carrier anda (dapat dikelompokkan masing-masing pakaian, makanan dan item lainnya), ini untuk mempermudah jika sewaktu-waktu anda ingin memilih pakaian, makanan dsb.<br /><br /><span style="font-weight: bold;">Menyimpan Pakaian ;</span><br />Jika anda meragukan carrier yang anda gunakan kedap air atau tidak, selalu bungkus pakaian anda didalam kantung plastik [dry-zax], gunanya agar pakaian tidak basah dan lembab. Sebaiknya pakaian kotor dipisahkan dalam kantung tersendiri dan tidak dicampur dengan pakaian bersih.<br /><br /><span style="font-weight: bold;">Menyimpan Makanan ;</span><br />Pada gunung-gunung tertentu (misalnya Rinjani) usahakan makanan dibungkus dengan plastik dan ditutup rapat kemudian dimasukkan kedalam keril, karena monyet-monyet didekat puncak / base camp terakhir suka membongkar isi tenda untuk mencari makanan.<br /><br /><span style="font-weight: bold;">Menyimpan Korek Api Batangan ;</span><br />Simpan korek api batangan anda didalam bekas tempat film (photo), agar korek api anda selalu kering.<br /><br /><span style="font-weight: bold;">Packing Barang / Menyusun Barang Di Carrier ;</span><br />Selalu simpan barang yang paling berat diposisi atas, gunanya agar pada saat carrier digunakan, beban terberat berada dipundak anda dan bukan di pinggang anda hingga memudahkan kaki melangkah.<br /><br /><span style="font-weight: bold; color: rgb(255, 0, 0);">Perlengkapan Pribadi Alam Bebas</span><br />Outdoor activity atau kegiatan alam bebas merupakan kegiatan yang penuh resiko dan memerlukan perhitungan yang cermat. Jika salah-salah maka bukan mustahil musibah akan mengancam setiap saat. Sebagai contoh, sebuah referensi pernah mencatat bahwa salah satu kegiatan alam bebas yaitu rock climbing [panjat tebing] merupakan jenis olahraga yang resiko kematiannya merupakan peringkat ke-2 setelah olahraga balap mobil formula-1.<br /><br />Tentu saja resiko tersebut terjadi apabila safety-procedure tidak menjadi perhatian yang serius, tetapi apabila safety-procedure diperhatikan dan sering berlatih, maka resiko tersebut dapat ditekan sampai titik paling aman.<br /><br />Perjalanan alam bebas pasti akan bersentuhan dengan cuaca, situasi medan dan waktu yang kadang tidak bersahabat, baik malam atau siang hari, oleh karena itu perlu dipersiapkan perlengkapan yang memadai.<br /><br />Salah satu “perisai diri” ketika melakukan aktivitas alam bebas adalah perlengkapan diri pribadi. Berikut digambarkan beberapa perlengkapan pribadi standard.<br /><br /><br /><span style="font-weight: bold;">1. Tutup kepala/topi</span><br />Untuk melindungi diri dari cuaca panas atau dingin perlu penutup kepala. Dalam keadaan panas atau hujan, maka tutup kepala yang baik adalah yang juga dapat melindungi kepala dan wajah sekaligus. Untuk ini pilihan terbaik adalah topi rimba atau topi yang punya pelindung keliling. Topi pet atau topi softball tidak direkomendasikan.<br />Pada cuaca dingin malam hari atau di daerah tinggi, maka penutup kepala yang baik adlah yang dapat memberikan rasa hangat. Pilihannya adalah balaklava atau biasa disebut kupluk.<br /><br /><br /><span style="font-weight: bold;">2. Syal-slayer</span><br />Slayer atau syal bukan hanya digunakan sebagai identitas organisasi, tetapi sebetulnya mempunyai fungsi lainnya. Syal/slayer dapat digunakan untuk menghangatkan leher ketika cuaca dingin, dapat juga digunakan sebagai saringan air ketika survival. Syal/slayer juga sangat berguna ketika dalam keadaan darurat, baik digunakan untuk perban darurat atau sebagai alat peraga darurat. Oleh karenanya disarankan menggunakan syal/slayer yang berwarna mecolok dan terbuat dari bahan yang kuat serta dapat menyerap air namun cepat kering.<br /><br /><br /><span style="font-weight: bold;">3. Baju</span><br />Kebutuhan ini multak, tidak bisa beraktivitas tanpa baju [bayangkan kalau tanpa ini, maka kulit akan terbakar matahari]. Baju yang baik adalah dari bahan yang dapat menyerap keringat, tidak disarankan menggunakan baju dari bahan nilon karena panas dan tidak dapat meyerap keringat. Baju dengan bahan demikian biasanya adalah planel atau paling tidak kaos dari bahan katun.<br />Pilihan warna untuk aktivitas lapangan seperti halnya juga slayer/syal adalah yang mencolok agar bia terjadi keadaan darurat [misalnya hilang] dapat dengan mudah diidentifikasi dan dikenali.<br />Dalam beraktivitas di alam bebas jangan pernah melupakan baju salin/ganti, hal ini karena aktivitas lapangan akan sangat banyak mengeluarkan energi yang membuat badan kita berkeringat. Bawalah baju salain 2 atau 3 buah.<br /><br /><br /><span style="font-weight: bold;">4. Celana</span><br />Celana lapang yang baik adalah yang memnuhi syarat ringan, mudah kering dan dapat menyerap keringat. Pemakaian bahan jeans sangat tidak direkomendasikan karena berat dan susah kering dan membuat lecet. Celana yang baik adalah kain dengan tenunan ripstop [bila berlubang kecil tidak merembet atau robek memanjang]. Bila aktivitas dilakukan di daerah pantai atau perairan juga baik bila menggunakan bahan dari parasut tipis.<br />Selain celana panjang, jangan lupa bahwa under-wear juga penting. jangan lupa juga untuk menyediakan serep ganti.<br /><br /><span style="font-weight: bold;">5. Jaket</span><br />Salah satu perlengkapan penting dalam alam bebas adalah jaket. Jaket digunakan untuk melindungi diri dari dingin bahkan sengatan matahari atau hujan.<br />Jaket yang baik adalah model larva, yaitu jaket yang panjang sampai ke pangkal paha. Jaket ini juga biasanya dilengkapi dengan penutup kepala [kupluk]. Akan sangat baik bila jaket yang memiliki dua lapisan (double-layer). Lapisan dalam biasanya berbahan penghangat dan menyeyerap keringat seperti wool atau polartex, sedang lapisan luar berfungsi menahan air dan dingin. Kini teknologi tekstil sudah mampu memproduksi Gore-Tex bahan jaket yang nyaman dipakai saat mendaki bahan ini memungkinkan kulit tetap bernafas, tidak gerah mengeluarkan keringat mampu menahan angin (wind breaking) dan resapan air hujan (water proff) sayang, bahan ini masih mahal. Yang paling baik jaket terbuat dari bulu angsa-biasanya digunakan untuk kegiatan pendakian gunung es].<br /><br /><span style="font-weight: bold;">6. Slepping bag</span><br />Istirahat adalah kebutuhan pegiat alam bebas setelah aktivitas yang melelahkan seharian. Tempat istirahat yang ideal adah dengan menggunakan slepping bag [kantong tidur]. Slepping bag yang baik juga biasanya terbuat dari dua sisi, yaitu yang dingin, licin dan tahan air satu sisi, dan yang hangat dan tebal disisi lain. Penggunaannya sesuai dengan cuaca saat istirahat.<br /><br /><span style="font-weight: bold;">7. Sepatu</span><br />Sepatu yang baik yaitu yang melindungi tapak kaki sampai mata kaki, kulit tebal tidak mudah sobek bila kena duri. keras bagian depannya, untuk melindungi ujung jari kaki apabila terbentur batu. bentuk sol bawahnya dapat menggigit ke segala arah dan cukup kaku, ada lubang ventilasi bersekat halus. Gunakan sepatu yang dapat dikencangkan dan dieratkan pemakaiannya [menggunakan ban atau tali. Dilapangan sepatu tidak boleh longgar karena akan menyebabkan pergesekan kaki dengan sepatu yang berakibat lecet. Penggunaan sepatu juga harus dibarengi dengan kaos kaki. Untuk ini juga sebaiknya disediakan kaos kaki serep bial suatu saat basah.<br /><br /><span style="font-weight: bold;">8. Carrier</span><br />Carrier bag atau ransel sebaiknya gunakan yang tidak terlalu besar tetapi juga tidak terlampau kecil, artinya mapu menampung perlengkapan dan peralatan yang dibawa. Sebaiknya jangan menggunakan carrier yang mempunyai banyak kantong dibagian luar karena dalam keadaan tertentu ini akan menghambat pergerakan. Gunakan carrier yang ramping walaupun agak tinggi, ini lebih baik daripada yang gemuk tetapi rendah. Sebelum berangkat harus diperhatikan jahitan-jahitannya, karena kerusakan pada jahitan terutama sabuk sandang akan berakibat sangat fatal.<br /><br /><span style="font-weight: bold;">9. Alat masak, makan dan mandi</span><br />Perlengkapan sangat penting lainnya adalah alat masak, makan dan mandi. Bagimanapun juga dalam kondisi lapangan kita sangat perlu untuk menghemat aktu dan bahan masalak. Gunakan alat dari alumunium karena cepat panas, untuk ini nesting menjadi pilihan yang sangat baik, disamping dia ringkas dan serba guna. Juga perlu dipersiapkan alat bantu makan lainnya (sendok, piring, dll) dan pastikan bahan bakar untuk memasak / membuat api seperti lilin, spirtus, parafin, dll.<br />Jangan lupa juga siapkan phiples minum sebagai bekal perjalanan [saat ini banyak tersedia model dan jenis phipless].<br />Perlengkapan mandi juga sangat penting karena tidak jarang perjalanan dilakukan berhari-hari dengan tubuh penuh keringat. Bawalah alat mandi seperti sabun yang berkemasan tube agar mudah disimpan dan tidak perlu membuang sampah bungkusan disembarang tempat.<br /><br /><span style="font-weight: bold;">10. Obat-obatan dan Survival Kits</span><br />Perlengkapan pribadi lainnya yang sangat penting adalah obat-obatan, apalagi kalau pegiat mempunyai penyakit khusus tertentu seperti asma. Disamping obat-obatan juga setidaknya mempunyai kelengkapan survival kitsEducation-http://www.blogger.com/profile/06182734592281203101noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1306928631943690434.post-83650082211251639662009-09-22T07:35:00.000+07:002009-09-22T11:59:30.280+07:00Pengetahuan Dasar Navigasi Darat<p> </p><div style="text-align: justify;">Navigasi darat adalah ilmu praktis. Kemampuan bernavigasi dapat terasah jika sering berlatih. Pemahaman teori dan konsep hanyalah faktor yang membantu, dan tidak menjamin jika mengetahui teorinya secara lengkap, maka kemampuan navigasinya menjadi tinggi. Bahkan seorang jago navigasi yang tidak pernah berlatih dalam jangka waktu lama, dapat mengurangi kepekaannya dalam menerjemahkan tanda-tanda di peta ke medan sebenarnya, atau menerjemahkan tanda-tanda medan ke dalam peta. Untuk itu, latihan sesering mungkin akan membantu kita untuk dapat mengasah kepekaan, dan pada akhirnya navigasi darat yang telah kita pelajari menjadi bermanfaat untuk kita.<br /><br />Pada prinsipnya navigasi adalah cara menentukan arah dan posisi, yaitu arah yang akan dituju dan posisi keberadaan navigator berada dimedan sebenarnya yang di proyeksikan pada peta.<span class="fullpost"><br /><br />Beberapa media dasar navigasi darat adalah :<br /><br /><span style="font-weight: bold; color: rgb(0, 0, 153);">Peta</span><br /><br />Peta adalah penggambaran dua dimensi (pada bidang datar) dari sebagian atau keseluruhan permukaan bumi yang dilihat dari atas, kemudian diperbesar atau diperkecil dengan perbandingan tertentu. Dalam navigasi darat digunakan peta topografi. Peta ini memetakan tempat-tempat dipermukaan bumi yang berketinggian sama dari permukaan laut menjadi bentuk garis kontur.<br /><br />Beberapa unsur yang bisa dilihat dalam peta :<br /><br /></span></div> <ul style="text-align: justify;"><li>Judul peta; biasanya terdapat di atas, menunjukkan letak peta </li><li>Nomor peta; selain sebagai nomor registrasi dari badan pembuat, kita bisa menggunakannya sebagai petunjuk jika kelak kita akan mencari sebuah peta</li><li>Koordinat peta; penjelasannya dapat dilihat dalam sub berikutnya </li><li>Kontur; adalah merupakan garis khayal yang menghubungkan titik titik yang berketinggian sama diatas permukaan laut. </li><li>Skala peta; adalah perbandingan antara jarak peta dan jarak horizontal dilapangan. Ada dua macam skala yakni skala angka (ditunjukkan dalam angka, misalkan 1:25.000, satu senti dipeta sama dengan 25.000 cm atau 250 meter di keadaan yang sebenarnya), dan skala garis (biasanya di peta skala garis berada dibawah skala angka). </li><li>Legenda peta ; adalah simbol-simbol yang dipakai dalam peta tersebut, dibuat untuk memudahkan pembaca menganalisa peta. </li></ul> <div style="text-align: justify;"><br />Di Indonesia, peta yang lazim digunakan adalah peta keluaran Direktorat Geologi Bandung, lalu peta dari Jawatan Topologi, yang sering disebut sebagai peta AMS (American Map Service) dibuat oleh Amerika dan rata-rata dikeluarkan pada tahun 1960.<br /><br />Peta AMS biasanya berskala 1:50.000 dengan interval kontur (jarak antar kontur) 25 m. Selain itu ada peta keluaran Bakosurtanal (Badan Koordinasi Survey dan Pemetaan Nasional) yang lebih baru, dengan skala 1:50.000 atau 1:25.000 (dengan interval kontur 12,5 m). Peta keluaran Bakosurtanal biasanya berwarna.<br /><br /><span style="font-weight: bold; color: rgb(0, 0, 153);">Koordinat</span><br /><br /><span style="font-weight: bold; font-style: italic;">Peta Topografi</span> selalu dibagi dalam kotak-kotak untuk membantu menentukan posisi dipeta dalam hitungan koordinat. Koordinat adalah kedudukan suatu titik pada peta. Secara teori, koordinat merupakan titik pertemuan antara absis dan ordinat. Koordinat ditentukan dengan menggunakan sistem sumbu, yakni perpotongan antara garis-garis yang tegak lurus satu sama lain. Sistem koordinat yang resmi dipakai ada dua macam yaitu : </div> <ol style="text-align: justify;"><li><span style="font-weight: bold; font-style: italic;">Koordinat Geografis</span> (Geographical Coordinate) ; Sumbu yang digunakan adalah garis bujur (bujur barat dan bujur timur) yang tegak lurus dengan garis khatulistiwa, dan garis lintang (lintang utara dan lintang selatan) yang sejajar dengan garis khatulistiwa. Koordinat geografis dinyatakan dalam satuan derajat, menit dan detik. Pada peta Bakosurtanal, biasanya menggunakan koordinat geografis sebagai koordinat utama. Pada peta ini, satu kotak (atau sering disebut satu karvak) lebarnya adalah 3.7 cm. Pada skala 1:25.000, satu karvak sama dengan 30 detik (30"), dan pada peta skala 1:50.000, satu karvak sama dengan 1 menit (60").</li><li style="text-align: justify;"><span style="font-weight: bold; font-style: italic;">Koordinat Grid</span> (Grid Coordinate atau UTM) ; Dalam koordinat grid, kedudukan suatu titik dinyatakan dalam ukuran jarak setiap titik acuan. Untuk wilayah Indonesia, titik acuan berada disebelah barat Jakarta (60 LU, 980 BT). Garis vertikal diberi nomor urut dari selatan ke utara, sedangkan horizontal dari barat ke timur. Sistem koordinat mengenal penomoran 4 angka, 6 angka dan 8 angka. Pada peta AMS, biasanya menggunakan koordinat grid. Satu karvak sebanding dengan 2 cm. Karena itu untuk penentuan koordinat koordinat grid 4 angka, dapat langsung ditentukan. Penentuan koordinat grid 6 angka, satu karvak dibagi terlebih dahulu menjadi 10 bagian (per 2 mm). Sedangkan penentuan koordinat grid 8 angka dibagi menjadi sepuluh bagian (per 1 mm).</li></ol><br /><span style="font-weight: bold; color: rgb(0, 0, 153);">Analisa Peta</span><br /><br /><div style="text-align: justify;">Salah satu faktor yang sangat penting dalam navigasi darat adalah analisa peta. Dengan satu peta, kita diharapkan dapat memperoleh informasi sebanyak-banyaknya tentang keadaan medan sebenarnya, meskipun kita belum pernah mendatangi daerah di peta tersebut.<br /></div><br /><div> </div> <ol style="text-align: justify;"><li style="text-align: justify;"> Unsur dasar peta ; Untuk dapat menggali informasi sebanyak-banyaknya, pertama kali kita harus cek informasi dasar di peta tersebut, seperti judul peta, tahun peta itu dibuat, legenda peta dan sebagainya. Disamping itu juga bisa dianalisa ketinggian suatu titik (berdasarkan pemahaman tentang kontur), sehingga bisa diperkirakan cuaca, dan vegetasinya.</li><li>Mengenal tanda medan ; Disamping tanda pengenal yang terdapat dalam legenda peta, kita dapat menganalisa peta topografi berdasarkan bentuk kontur. Beberapa ciri kontur yang perlu dipahami sebelum menganalisa tanda medan :<br /><ul><li style="text-align: justify;">Antara garis kontur satu dengan yang lainnya tidak pernah saling berpotongan </li><li style="text-align: justify;">Garis yang berketinggian lebih rendah selalu mengelilingi garis yang berketinggian lebih tinggi, kecuali diberi keterangan secara khusus, misalnya kawah </li><li style="text-align: justify;">Beda ketinggian antar kontur adalah tetap meskipun kerapatan berubah-ubah </li><li style="text-align: justify;">Daerah datar mempunyai kontur jarang-jarang sedangkan daerah terjal mempunyai kontur rapat.</li><li style="text-align: justify;">Beberapa tanda medan yang dapat dikenal dalam peta topografi:</li></ul><br /><ol><li style="text-align: justify;">Puncak bukit atau gunung biasanya berbentuk lingkaran kecil, tertelak ditengah-tengah lingkaran kontur lainnya. </li><li style="text-align: justify;">Punggungan terlihat sebagai rangkaian kontur berbentuk U yang ujungnya melengkung menjauhi puncak </li><li style="text-align: justify;">Lembahan terlihat sebagai rangkaian kontur berbentuk V yang ujungnya tajam menjorok kepuncak. Kontur lembahan biasanya rapat. </li><li style="text-align: justify;">Saddle, daerah rendah dan sempit diantara dua ketinggian </li><li style="text-align: justify;">Pass, merupakan celah memanjang yang membelah suatu ketinggian </li><li style="text-align: justify;">Sungai, terlihat dipeta sebagai garis yang memotong rangkaian kontur, biasanya ada di lembahan, dan namanya tertera mengikuti alur sungai. Dalam membaca alur sungai ini harap diperhatikan lembahan curam, kelokan-kelokan dan arah aliran. </li><li style="text-align: justify;">Bila peta daerah pantai, muara sungai merupakan tanda medan yang sangat jelas, begitu pula pulau-pulau kecil, tanjung dan teluk </li><li style="text-align: justify;">Pengertian akan tanda medan ini mutlak diperlukan, sebagai asumsi awal dalam menyusun perencanaan perjalanan</li></ol> </li></ol><br /><br /><span style="font-weight: bold; color: rgb(0, 0, 153);">Kompas</span><br /><br /><div style="text-align: justify;">Kompas adalah alat penunjuk arah, dan karena sifat magnetnya, jarumnya akan selalu menunjuk arah utara-selatan (meskipun utara yang dimaksud disini bukan utara yang sebenarnya, tapi utara magnetis). Secara fisik, kompas terdiri dari :<br /></div><br /><ul><li>Badan, tempat komponen lainnya berada </li><li style="text-align: justify;">Jarum, selalu menunjuk arah utara selatan, dengan catatan tidak dekat dengan megnet lain/tidak dipengaruhi medan magnet, dan pergerakan jarum tidak terganggu/peta dalam posisi horizontal. </li><li>Skala penunjuk, merupakan pembagian derajat sistem mata angin. </li></ul> Jenis kompas yang biasa digunakan dalam navigasi darat ada dua macam yakni kompas bidik (misal kompas prisma) dan kompas orienteering (misal kompas silva, suunto dll). Untuk membidik suatu titik, kompas bidik jika digunakan secara benar lebih akurat dari kompas silva. Namun untuk pergerakan dan kemudahan ploting peta, kompas orienteering lebih handal dan efisien.<br /><div style="text-align: justify;"><br /></div> Dalam memilih kompas, harus berdasarkan penggunaannya. Namun secara umum, kompas yang baik adalah kompas yang jarumnya dapat menunjukkan arah utara secara konsisten dan tidak bergoyang-goyang dalam waktu lama. Bahan dari badan kompas pun perlu diperhatikan harus dari bahan yang kuat/tahan banting mengingat kompas merupakan salah satu unsur vital dalam navigasi darat<br /><div style="text-align: justify;"><br /></div> <span style="font-size:85%;"><span style="font-style: italic;">Cttn: saat ini sudah banyak digunakan GPS [global positioning system] dengan tehnologi satelite untuk mengantikan beberapa fungsi kompas.</span></span><br /><div style="text-align: justify;"><br /><br /><span style="font-weight: bold; color: rgb(0, 0, 153);">Orientasi Peta</span><br /><br /></div> Orientasi peta adalah menyamakan kedudukan peta dengan medan sebenarnya (atau dengan kata lain menyamakan utara peta dengan utara sebenarnya). Sebelum anda mulai orientasi peta, usahakan untuk mengenal dulu tanda-tanda medan sekitar yang menyolok dan posisinya di peta. Hal ini dapat dilakukan dengan pencocokan nama puncakan, nama sungai, desa dll. Jadi minimal anda tahu secara kasar posisi anda dimana. Orientasi peta ini hanya berfungsi untuk meyakinkan anda bahwa perkiraan posisi anda dipeta adalah benar. Langkah-langkah orientasi peta:<br /><div style="text-align: justify;"> </div> <ol style="text-align: justify;"><li>Usahakan untuk mencari tempat yang berpemandangan terbuka agar dapat melihat tanda-tanda medan yang menyolok. </li><li>Siapkan kompas dan peta anda, letakkan pada bidang datar </li><li>Utarakan peta, dengan berpatokan pada kompas, sehingga arah peta sesuai dengan arah medan sebenarnya </li><li>Cari tanda-tanda medan yang paling menonjol disekitar anda, dan temukan tanda-tanda medan tersebut di peta. Lakukan hal ini untuk beberapa tanda medan </li><li>Ingat tanda-tanda itu, bentuknya dan tempatnya di medan yang sebenarnya. Ingat hal-hal khas dari tanda medan. </li></ol> <div style="text-align: justify;"><br />Jika anda sudah lakukan itu semua, maka anda sudah mempunyai perkiraan secara kasar, dimana posisi anda di peta. Untuk memastikan posisi anda secara akurat, dipakailah metode resection.<br /></div><br /><span style="font-weight: bold;">Resection</span><br /><br /><div style="text-align: justify;">Prinsip resection adalah menentukan posisi kita dipeta dengan menggunakan dua atau lebih tanda medan yang dikenali. Teknik ini paling tidak membutuhkan dua tanda medan yang terlihat jelas dalam peta dan dapat dibidik pada medan sebenarnya (untuk latihan resection biasanya dilakukan dimedan terbuka seperti kebun teh misalnya, agar tanda medan yang ekstrim terlihat dengan jelas).<br /><br />Tidak setiap tanda medan harus dibidik, minimal dua, tapi posisinya sudah pasti.<br />Langkah-langkah melakukan resection:<br /></div> <ol style="text-align: justify;"><li>Lakukan orientasi peta</li><li>Cari tanda medan yang mudah dikenali di lapangan dan di peta, minimal 2 buah</li><li>Dengan busur dan penggaris, buat salib sumbu pada tanda-tanda medan tersebut (untuk alat tulis paling ideal menggunakan pensil mekanik-B2).</li><li>Bidik tanda-tanda medan tersebut dari posisi kita dengan menggunakan kompas bidik. Kompas orienteering dapat digunakan, namun kurang akurat.</li><li>Pindahkan sudut back azimuth bidikan yang didapat ke peta dan hitung sudut pelurusnya. Lakukan ini pada setiap tanda medan yang dijadikan sebagai titik acuan.</li><li>Perpotongan garis yang ditarik dari sudut-sudut pelurus tersebut adalah posisi kita dipeta.</li></ol> <div style="text-align: justify;"><br /><span style="font-weight: bold;">Intersection</span><br /><br />Prinsip intersection adalah menentukan posisi suatu titik (benda) di peta dengan menggunakan dua atau lebih tanda medan yang dikenali di lapangan. Intersection digunakan untuk mengetahui atau memastikan posisi suatu benda yang terlihat dilapangan tetapi sukar untuk dicapai atau tidak diketahui posisinya di peta. Syaratnya, sebelum intersection kita sudah harus yakin terlebih dahulu posisi kita dipeta. Biasanya sebelum intersection, kita sudah melakukan resection terlebih dahulu.<br /><br />Langkah-langkah melakukan intersection adalah:<br /></div> <ol style="text-align: justify;"><li>Lakukan orientasi peta</li><li>Lakukan resection untuk memastikan posisi kita di peta.</li><li>Bidik obyek yang kita amati</li><li>Pindahkan sudut yang didapat ke dalam peta</li><li>Bergerak ke posisi lain dan pastikan posisi tersebut di peta. Lakukan langkah 1-3</li><li>Perpotongan garis perpanjangan dari dua sudut yang didapat adalah posisi obyek yang dimaksud.</li></ol><br /><span style="font-weight: bold;">Azimuth - Back Azimuth</span><br /><br /><div style="text-align: justify;">Azimuth adalah sudut antara satu titik dengan arah utara dari seorang pengamat. Azimuth disebut juga sudut kompas. Jika anda membidik sebuah tanda medan, dan memperolah sudutnya, maka sudut itu juga bisa dinamakan sebagai azimuth. Kebalikannya adalah back azimuth. Dalam resection back azimuth diperoleh dengan cara:<br /></div> <ul style="text-align: justify;"><li>Jika azimuth yang kita peroleh lebih dari 180º maka back azimuth adalah azimuth dikurangi 180º. Misal anda membidik tanda medan, diperoleh azimuth 200º. Back azimuthnya adalah 200º- 180º = 20º</li><li>Jika azimuth yang kita peroleh kurang dari 180º, maka back azimuthnya adalah 180º ditambah azimuth. Misalkan, dari bidikan terhadap sebuah puncak, diperoleh azimuth 160º, maka back azimuthnya adalah 180º+160º = 340º</li></ul> <div style="text-align: justify;"><br />Dengan mengetahui azimuth dan back azimuth ini, memudahkan kita untuk dapat melakukan ploting peta (penarikan garis lurus di peta berdasarkan sudut bidikan). Selain itu sudut kompas dan back azimuth ini dipakai dalam metode pergerakan sudut kompas (lurus/ man to man-biasa digunakan untuk “Kompas Bintang”). Prinsipnya membuat lintasan berada pada satu garis lurus dengan cara membidikaan kompas ke depan dan ke belakang pada jarak tertentu.<br /><br />Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:<br /></div> <ol style="text-align: justify;"><li>Titik awal dan titik akhir perjalanan di plot di peta, tarik garis lurus dan hitung sudut yang menjadi arah perjalanan (sudut kompas). Hitung pula sudut dari titik akhir ke titik awal. Sudut ini dinamakan back azimuth.</li><li>Perhatikan tanda medan yang menyolok pada titik awal perjalanan. Perhatikan tanda medan lain pada lintasan yang dilalui.</li><li>Bidikkan kompas seusai dengan arah perjalanan kita, dan tentukan tanda medan lain di ujung lintasan/titik bidik. Sudut bidikan ini dinamakan azimuth.</li><li>Pergi ke tanda medan di ujung lintasan, dan bidik kembali ke titik pertama tadi, untuk mengecek apakah arah perjalanan sudah sesuai dengan sudut kompas (back azimuth).</li><li>Sering terjadi tidak ada benda/tanda medan tertentu yang dapat dijadikan sebagai sasaran. Untuk itu dapat dibantu oleh seorang rekan sebagai tanda. Sistem pergerakan semacam ini sering disebut sebagai sistem man to man.</li></ol><br /><span style="font-weight: bold;">Merencanakan Jalur Lintasan</span><br /><br /><div style="text-align: justify;">Dalam navigasi darat tingkat lanjut, kita diharapkan dapat menyusun perencanaan jalur lintasan dalam sebuah medan perjalanan. Sebagai contoh anda misalnya ingin pergi ke suatu gunung, tapi dengan menggunakan jalur sendiri.<br /><br />Penyusunan jalur ini dibutuhkan kepekaan yang tinggi, dalam menafsirkan sebuah peta topografi, mengumpulkan data dan informasi dan mengolahnya sehingga anda dapat menyusun sebuah perencanaan perjalanan yang matang. Dalam proses perjalanan secara keseluruhan, mulai dari transportasi sampai pembiayaan, disini kita akan membahas khusus tentang perencanaan pembuatan medan lintasan. Ada beberapa hal yang dapat dijadikan bahan pertimbangan sebelum anda memplot jalur lintasan.<br /><br /><span style="font-weight: bold;">Pertama</span>, anda harus membekali dulu kemampuan untuk membaca peta, kemampuan untuk menafsirkan tanda-tanda medan yang tertera di peta, dan kemampuan dasar navigasi darat lain seperti resection, intersection, azimuth back azimuth, pengetahuan tentang peta kompas, dan sebagainya, minimal sebagaimana yang tercantum dalam bagian sebelum ini.<br /><br /><span style="font-weight: bold;">Kedua</span>, selain informasi yang tertera dipeta, akan lebih membantu dalam perencanaan jika anda punya informasi tambahan lain tentang medan lintasan yang akan anda plot. Misalnya keterangan rekan yang pernah melewati medan tersebut, kondisi medan, vegetasi dan airnya. Semakin banyak informasi awal yang anda dapat, semakin matang rencana anda.<br /><br />Tentang jalurnya sendiri, ada beberapa macam jalur lintasan yang akan kita buat. Pertama adalah tipe garis lurus, yakni jalur lintasan berupa garis yang ditarik lurus antara titik awal dan titik akhir. Kedua, tipe garis lurus dengan titik belok, yakni jalur lintasan masih berupa garis lurus, tapi lebih fleksibel karena pada titik-titik tertentu kita berbelok dengan menyesuaian kondisi medan. Yang ketiga dengan guide/patokan tanda medan tertentu, misalnya guide punggungan/guide lembahan/guide sungai. Jalur ini lebih fleksibel karena tidak lurus benar, tapi menyesuaikan kondisi medan, dengan tetap berpatokan tanda medan tertentu sebagai petokan pergerakannya.<br /></div><br />Untuk membuat jalur lintasan, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan.<br /><ol><li style="text-align: justify;">Usahakan titik awal dan titik akhir adalah tanda medan yang ekstrim, dan memungkinkan untuk resection dari titik-titik tersebut.</li><li style="text-align: justify;">Titik awal harus mudah dicapai/gampang aksesnya</li><li style="text-align: justify;">Disepanjang jalur lintasan harus ada tanda medan yang memadai untuk dijadikan sebagai patokan, sehingga dalam perjalanan nanti anda dapat menentukan posisi anda di peta sesering mungkin.</li><li style="text-align: justify;">Dalam menentukan jalur lintasan, perhatikan kebutuhan air, kecepatan pergerakan vegetasi yang berada dijalur lintasan, serta kondisi medan lintasan. Anda harus bisa memperkirakan hari ke berapa akan menemukan air, hari ke berapa medannya berupa tanjakan terjal dan sebagainya.</li><li style="text-align: justify;">Mengingat banyaknya faktor yang perlu diperhatikan, usahakan untuk selalu berdiskusi dengan regu atau dengan orang yang sudah pernah melewati jalur tersebut sehingga resiko bisa diminimalkan.</li></ol><br /><span style="font-weight: bold;">Penampang Lintasan</span><br /><br /><div style="text-align: justify;">Penampang lintasan adalah penggambaran secara proporsional bentuk jalur lintasan jika dilihat dari samping, dengan menggunakan garis kontur sebagai acuan. Sebagaimana kita ketahui bahwa peta topografi yang dua dimensi, dan sudut pendangnya dari atas, agak sulit bagi kita untuk membayangkan bagaimana bentuk medan lintasan yang sebenarnya, terutama menyangkut ketinggian. Dalam kontur yang kerapatannya sedemikian rupa, bagaimana kira-kira bentuk di medan sebenarnya. Untuk memudahkan kita menggambarkan bentuk medan dari peta topografi yang ada, maka dibuatlah penampang lintasan.<br /></div><br />Beberapa manfaat penampang lintasan :<br /><ol style="text-align: justify;"><li>Sebagai bahan pertimbangan dalam menyusun perencanaan perjalanan</li><li>Memudahkan kita untuk menggambarkan kondisi keterjalan dan kecuraman medan</li><li>Dapat mengetahui titik-titik ketinggian dan jarak dari tanda medan tertentu</li><li>Untuk menyusun penampang lintasan biasanya menggunakan kertas milimeter block, guna menambah akurasi penerjemahan dari peta topografi ke penampang.</li></ol><br />Langkah-langkah membuat penampang lintasan:<br /><ol style="text-align: justify;"><li>Siapkan peta yang sudah diplot, kertas milimeter blok, pensil mekanik/pensil biasa yang runcing, penggaris dan penghapus</li><li>Buatlah sumbu x, dan y. sumbu x mewakili jarak, dengan satuan rata-rata jarak dari lintasan yang anda buat. Misal meter atau kilometer. Sumbu y mewakili ketinggian, dengan satuan mdpl (meter diatas permukaan laut). Angkanya bisa dimulai dari titik terendah atau dibawahnya dan diakhiri titik tertinggi atau diatasnya.</li><li>Tempatkan titik awal di sumbu x=0 dan sumbu y sesuai dengan ketinggian titik tersebut. Lalu peda perubahan kontur berikutnya, buatlah satu titik lagi, dengan jarak dan ketinggian sesuai dengan perubahan kontur pada jalur yang sudah anda buat. Demikian seterusnya hingga titik akhir.</li><li>Perubahan satu kontur diwakili oleh satu titik. Titik-titik tersebut dihubungkan sat sama lainnya hingga membentuk penampang berupa garis menanjak, turun dan mendatar.</li><li>Tembahkan keterangan pada tanda-tanda medan tertentu, misalkan nama-nama sungai, puncakan dan titik-titik aktivitas anda (biasanya berupa titik bivak dan titik istirahat), ataupun tanda medan lainnya. Tambahan informasi tentang vegetasi pada setiap lintasan, dan skala penampang akan lebih membantu pembaca dalam menggunakan penampang yang telah dibuat.</li></ol><br /><br />Ingatlah hai engkau penjelahan alam :<br /><ol style="text-align: justify;"><li><span style="font-style: italic;">Take nothing, but pictures</span> [jangan ambil sesuatu kecuali gambar]</li><li><span style="font-style: italic;">Kill nothing, but times</span> [jangan bunuh sesuatu kecuali waktu]</li><li><span style="font-style: italic;">Leave nothing, but foot-print</span> [jangan tinggalkan sesuatu kecuali jejak kaki]</li></ol><br />dan senantiasa ;<br /><ol style="text-align: justify;"><li><span style="font-weight: bold;">Percaya</span> kepada Tuhan Yang Maha Kuasa</li><li><span style="font-weight: bold;">Percaya </span>kepada kawan [dalam hal ini kawan adalah rekan pegiat dan peralatan serta perlengkapan, tentu saja juga harus dibarengi bahwa diri kita sendiri juga dapat dipercaya oleh “teman” tersebut dengan menjaga, memelihara dan melindunginya]</li><li><span style="font-weight: bold;">Percaya </span>kepada diri sendiri, yaitu percaya bahwa kita mampu melakukan segala sesuatunya den</li></ol>Education-http://www.blogger.com/profile/06182734592281203101noreply@blogger.com0